Pekerjaan dilaksanakan selama 8 hari. Dalam sehari kami menargetkan 6 tower. Jarak antar tower bekisar antara 300-500 meter. Jarak yang tidak terlalu jauh, jika jalanannya lurus. Namun kenyataannya medan yang berbukit memacu kami untuk lebih banyak mengeluarkan keringat. Seringkali kami harus mengambil jalan memutar karena dihadang jurang atau pohon tumbang untuk sampai ke tower tujuan.
Dua hari berikutnya, kami dipandu oleh orang yang berbeda. Orang ini sepertinya terlalu energik. Berkali-kali kami tertinggal dan bingung memilih jalan. Dia berjalan cepat sekali. Hanya dalam hitungan menit dia sudah hilang di balik pepohonan. Meninggalkan kami yang ngos-ngosan tanpa peduli kami tersesat atau tidak. Dia meninggalkan kami dengan cepat, secepat orang yang ingin melupakan masa lalunya yang kelam. Terpaksa, kami memberi kode berupa suara panggilan keras. Ingin sekali saya menegurnya, tapi sungkan lantaran saya masih pegawai junior.
Hari-hari terakhir, sempat terjadi miss komunikasi. Tempat titik pertemuan yang dijanjikan salah koordinat. Akhirnya mengakibatkan tim harus bolak-balik di dalam hutan untuk berjalan mencari jalan keluar. Tak lama, awan mendung juga menumpahkan isinya. Hujan deras. Pepohonan tidak cukup baik menjadi tempat perlindungan. Gubuk juga tidak ada. Kami pun basah kuyup. Sore harinya, kami baru bisa keluar dari lokasi dan segera menuju penginapan untuk mengusir lelah dan lapar yang menghinggapi.
Saat akan pulang, kami harus menempuh jalan yang sama. Mengingatnya saja sudah membuat lelah. Andaikata bisa melintasi sungai, kami tidak perlu repot-repot kembali ke titik awal. Aha! Kami melihat ada sampan tersandar di sungai. Setelah dicari tahu ternyata milik warga tadi. Terbesitlah akal bulus yang baik hati. Bang Joko membeli 1 karung duku. Murah, hanya 50 ribu. “Mobilnya ada di seberang pak, boleh diantarkan sekalian pak?”, tawar bang Joko. Bapak itu setuju. Alhasil kami membawa pulang 1 karung duku dengan bonus menyeberang sungai. Lumayan, saya bisa mengistirahatkan paha untuk misi selanjutnya.
Itulah sekelumit pengalaman menjelajah transmisi. Dekat di mata, jauh di kaki. Bisa berarti secara harfiah maupun kiasan. Intinya, pekerjaan ini sekilas nampak sederhana namun ternyata perlu menguras tenaga. Ah, tidak mengapa. Asalkan itu bisa mengalirkan listrik dan membuatmu kembali tersenyum karena bisa menonton tayangan favoritmu di TV.
Penulis: Gigih Yudhanto Purbonoto
Unit: PLN Tragi Lopana, AP2B Minahasa, Wilayah Suluttenggo
Facebook : Gigih Yudhanto Purbonoto
Twitter : @Gigih_Purbonoto
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H