Sekilas tentang Mengunci Ingatan
Pada tahun 2020, bertepatan dengan hari kelahiran Chairil Anwar sekaligus peringatan Hari Puisi Indonesia, Pura-Pura Penyair merilis e-book kumpulan puisi jilid pertama berjudul Mengunci Ingatan. Puisi-puisi yang termaktub dalam e-book tersebut merupakan puisi yang ditulis oleh 20 anggota Komunitas Pura-Pura Penyair pada rentang tahun 2019 hingga tahun 2020.
20 anggota tersebut di antaranya: Adilla W. Kirana (Kebumen), Alfi Zhulfah (Kendal), Amaliya Khamdanah (Demak), Andrianie Lisa (Yogyakarta), Anis Khoirunnisak (Jombang), Daffa Randai (Palembang), Dini Harani (Pati), Etick Muhamad Aradhita (Jakarta), Farizsa Putri Karimah (Depok), Ma’rufal Azis (Indramayu), Nanadhyla (Medan), NOP (Jambi), Peka Tariska (Riau), R A (Banyuwangi), Rizafran (Brebes), Sri Maullasari (Pati), Tegar Satriani (Grobogan), Uut (Belitung), Wahyu We (Yogyakarta), dan Yusuf (Ponorogo).
Merujuk pada prakata ringkas yang ditulis oleh Daffa Randai pada 8 Juli 2020, e-book yang judulnya diambil dari salah satu puisi milik Nanadhyla tersebut menghimpun 60 puisi dengan tawaran tema dan gaya penulisan yang beragam. Keragaman tersebut tak lain dipengaruhi oleh beberapa hal, 4 di antaranya: 1) subjektivitas penulis dalam memandang, menafsirkan, dan mereproduksi pengetahuan-pengalaman personal ke dalam tulisan, 2) perbedaan latar belakang, 3) keadaan sosial dan lingkungan, 4) kondisi psikis penulis ketika mengerjakan tulisan.
Selang beberapa waktu pascarilis, e-book Mengunci Ingatan kemudian dipilih dan dijadikan sebagai objek material penelitian a.k.a skripsi oleh Mahazan, salah seorang mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa Yogyakarta. Skripsi tersebut berjudul: Simbol dan Makna dalam Kumpulan Puisi Mengunci Ingatan Karya Adilla W. Kirana, Dkk. (Pendekatan Semiotika Riffaterre).
Testimoni Pascarilisnya Mengunci Ingatan
Teramat sangat senang. Penantian setelah 3 tahun Pura-Pura Penyair berdiri akhirnya bisa terealisasikan, meluncurkan antologi puisi. Nggak ada kata lain selain bersyukur, semoga bisa terus menerus dan berkembang. Pihak-pihak yang terlibat pun semoga semakin banyak dan luas. ─ Adilla W. Kirana
Senang bisa ikut meramaikan antologi puisi jilid pertama Komunitas Pura-Pura Penyair ini. Saya juga tidak menyangka, salah satu puisi yang saya tulis bisa dibaca berdampingan dengan karya mereka yang luar biasa tentunya. Saya sadar, banyak sekali kekurangan dalam puisi yang saya tulis. Tapi inilah puisi yang tulus saya tulis dari hati saya. Semoga ke depan terdapat kegiatan seperti ini lagi. Semangat untuk Pura-Pura Penyair, dan tak lupa terima kasih untuk semuanya. ─ Alfi Zhulfah
Pura-Pura Penyair, padahaaaal, tidak jadi, kapan-kapan saja. Haha. Singkatnya begini, aku senang bisa bertemu dengan Sesuatu di Jogja ini. 2017 dan semoga terus berlanjut, sampai kapan pun. Tak ada ucapan selain terima kasih, telah menerima apa saja, ketidaktahuanku akan apa saja, aku belajar banyak dari sini. Pura-Pura Penyair tetap menjadi rumah untuk puisi-puisi serta karya sastra, dan tentu tetap membumi. Uwuwu ─ Amaliya Khamdanah
Rasanya ribuan kata di pikiran dan di hati, tapi tetap sulit memilih kata mana yang tepat untuk menggambarkan ini. Lahirlah kata “syukur” untuk merangkul ribuan kata menjadi satu. Semua hal yang membuat kita berubah menjadi lebih positif rasanya perlu untuk disyukuri. ─ Andrianie Lisa
Menjadi bagian dari antologi jilid pertama Komunitas Pura-Pura Penyair merupakan suatu hal yang membahagiakan dan kehormatan pula. Sebab mampu bergabung bersama teman-teman Pepura yang lebih mahir dan andal serta berpengalaman dalam dunia kepenulisan. Meskipun ini bukan kali pertama saya bergabung dalam proyek penulisan antologi, namun di proyek antologi jilid pertama Pura-Pura Penyair, saya merasa berusaha berkarya lebih maksimal dari sebelumnya dan banyak belajar dari teman-teman Pepura. ─ Anis Khoirunnisak
Bagi saya, judul buku Mengunci Ingatan ini merupakan dua kata yang cukup komprehensif untuk mewakili apa yang saya pikir dan rasakan. Pertama: saya selalu merasa senang terlibat dalam hal yang pasti akan mewujud kenangan. Kedua: saya selalu merasa perlu Mengunci setiap Ingatan tentang hal baik yang pernah saya lalui bersama rekan-rekan. Kelak, mungkin saya akan kembali menemukan ini sebagai kenangan. Kelak, mungkin saya akan sangat berterima kasih sebab pernah berproses bersama rekan-rekan dalam satu ruang belajar. ─ Daffa Randai
Selalu ada harapan di hidupku untuk tetap tumbuh dalam tulisan fiksi. Dunia luar memang luas, Pura-Pura Penyair adalah celah di mana aku bisa hidup di antaranya. Dalam belajar menulis pun, mati dan hidup ada di diksiku, hingga aku kembali teringat bahwa ada Pura-Pura Penyair yang sejak awal menjadi muaraku. ─ Dini Harani
Semoga ini menjadi awal yang baik, serta dapat menjadi salah satu sumber gizi dan energi bagi siapa saja. ─ Etick Muhamad Aradhita
Antologi bersama Komunitas Pura-Pura Penyair adalah pengalaman yang luar biasa. Seperti menikam jarak bertahun lamanya lalu bertemu diabadikan dengan karya. Harapan untuk terbitnya buku ini: bisa mengikat kenangan di setiap titik semesta lewat bait-bait yang indah. ─ Farizsa Putri Karimah
Sedikit halu, banyak harunya. ─ Ma'rufal Azis
Saya merasa bersyukur menemukan Pura-Pura Penyair sebagai rumah yang menyajikan banyak hal, juga merasa sangat senang bertemu dengan rekan Pepura. Bak teman lama bertemu kembali. Semoga dengan adanya Antologi Puisi Jilid I ini menjadi acuan, bagi saya pribadi, untuk belajar menulis puisi yang lebih asyik. Mari tumbuh bersama-sama dengan sebaik-baiknya. *emotikon bunga mawar* >kalau ada, kalau ngga ada yaudah gapapa wkwk< ─ Nanadhyla
Dengan rasa syukur kepada keluarga besar Pura-Pura Penyair, buku kumpulan puisi yang berjudul Mengunci Ingatan telah menerima puisi saya yang, tak lebih hanya sebuah imajinasi bergelantungan yang divisualkan. Sekali dan berlipat lagi terima kasih. Salam. ─ Nop
Pura-Pura Penyair bagi saya punya ruang khusus dalam perjalanan mencintai sastra. Nggak pernah menyangka akan bertahan selama ini, dan punya peminat yang lumayan banyak. Tetapi, di samping itu tentu saja ada orang di belakang layar yang bekerja keras untuk itu. Hingga nama Pura-Pura Penyair dikenal khalayak. Dan terbitnya buku Mengunci Ingatan adalah bentuk dari kerja keras itu. Yang mana semua pihak saling memberi dukungan. Tentunya dengan para Pepura yang terus mengirimkan karya terbaiknya. Ke depannya, semoga Pura-Pura Penyair tetap asri dan lestari untuk siapa saja. ─ Peka Tariska
Membaca ulang beberapa puisi yang kuhasilkan sebab tergabung dalam keluarga (Pura-Pura Penyair) ini, selalu mengingatkan tentang hari-hari awal perkenalan. Banyak teman juga pengetahuan. Senang juga kadang tegang, pengalaman yang tak cukup hanya dengan terlisankan. Pada akhirnya, Pura-Pura Penyair ialah wujud kebahagiaan dari sejak pertama kami disatukan. Terima kasih, dan salam sayang yang panjang. ─ R A
Buku ini menjadi bukti bahwa kita adalah satu keluarga yang disatukan lewat tulisan tanpa melihat asal kita masing-masing. Besar harapan saya, kelak salah satu atau semuanya yang ada di Pepura ini menjadi penulis terkenal. Bisa selalu ingat dan bisa berbagi ilmu untuk teman-teman Pepura lainnya. Semoga buku ini menjadi awal yang bagus untuk Komunitas Pura-Pura Penyair. Agar kita bisa selalu berkarya, selalu menulis dan menulis sampai kapan pun. Terima kasih teman-teman, saya tanpa kalian bukan apa-apa. Saya bangga bisa kenal teman-teman dan sebuku dengan teman yang hebat-hebat ini. ─ Rizafran
Bersyukur, karena bisa bersama dalam satu buku. Sekalipun belum bisa bersatu dalam titik temu. Semoga huruf demi huruf tersebut mampu menjadi penyemangat untuk terus maju. Menjadi pengingat tentang hidup yang senantiasa tumbuh. Sampai waktu yang benar-benar memberikan bukti, bahwa cita-cita perlu digerakkan secara utuh. ─ Sri Maullasari
Alhamdulillah. Saya bersyukur dan sangat bahagia dengan diterbitkannya buku antologi puisi dari kawan-kawan di Komunitas Pura-Pura Penyair. Ini adalah momentum yang baik di mana saya dapat mendapatkan tambahan motivasi lagi untuk dapat terus menulis, meskipun bisa dibilang masih banyak kekurangannya. Saya berharap dengan diterbitkannya antologi ini, kolaborasi antarpenulis dalam Komunitas Pura-Pura Penyair dapat terus terjalin dengan baik serta terus menginspirasi siapa pun untuk berkarya dan bersastra. Terima kasih untuk semua yang berkontribusi dalam antologi ini, juga kepada para pembaca nantinya bersedia meluangkan waktunya. Salam. ─ Tegar Satriani
Antologi ini akan menjadi kenangan manis bagi saya. Tak ada yang lebih berbahagia daripada menjadi bagian dari keluarga Pepura. Dipertemukan kalimat-kalimat pucat, frasa-frasa tingkat paling menara, juga tempat di mana hati dan diksi adalah puisi. Senang rasanya bisa memiliki teman-teman baru dalam menulis. Bagi saya, banyak tulisan yang layak untuk dibagikan pada dunia. Untuk itu, terima kasih telah memberi ruang. Semoga tetap menjadi rumah bagi karya sastra. Terima kasih. ─ Uut
Hujan membasahi apa saja yang dia kehendaki. Termasuk hati untuk mengikhtiarkan cita dan membuktikan cinta. Ya, hujan tak hanya menggerakkan ingatan tapi juga tangan dan pikiran untuk melahirkan puisi. Hujan tenggelam dalam kubangan, sedang puisi saya tenggelam dalam sebuah antologi pertama Komunitas Pura-Pura Penyair. Komunitas ini telah banyak mendorong saya lahir sebagai diri mandiri, tumbuh dengan kreatif, dan selalu mengingatkan tentang upaya menemukan jati diri dan mimpi. Tak lain, terima kasih kepada Presdir Pura-Pura Penyair dan semua teman yang terus mendukung dan menguatkan saya. Semoga tak saja berhenti di sini, kita terus melangkah maju. ─ Wahyu We
Luar biasa belajar dan menjadi besar bersama kalian. Bersyukur dapat bertemu penyair yang lebih dulu berkecimpung dalam dunia menulis. Tentu menjadikan pribadi lebih dewasa dan tak gampang tergiur oleh tawaran-tawaran manis. Lebih berkonsentrasi dalam membaca, menulis, menulis, dan menulis. Tidak lagi kemaruk dengan menumpuk materi tanpa praktik. Atau lebih ngerinya mencoba sekali lalu berhenti. Karena terlalu banyak yang dipelajari hingga bingung pada bidang nan diyakini. Menjadi tahu keahlian berasal dari kerutinan yang terfokus. Bukan sekadar iseng mencicipi sesaat. ─ Yusuf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H