Selalu ada harapan di hidupku untuk tetap tumbuh dalam tulisan fiksi. Dunia luar memang luas, Pura-Pura Penyair adalah celah di mana aku bisa hidup di antaranya. Dalam belajar menulis pun, mati dan hidup ada di diksiku, hingga aku kembali teringat bahwa ada Pura-Pura Penyair yang sejak awal menjadi muaraku. ─ Dini HaraniÂ
Semoga ini menjadi awal yang baik, serta dapat menjadi salah satu sumber gizi dan energi bagi siapa saja. ─ Etick Muhamad AradhitaÂ
Antologi bersama Komunitas Pura-Pura Penyair adalah pengalaman yang luar biasa. Seperti menikam jarak bertahun lamanya lalu bertemu diabadikan dengan karya. Harapan untuk terbitnya buku ini: bisa mengikat kenangan di setiap titik semesta lewat bait-bait yang indah. ─ Farizsa Putri KarimahÂ
Sedikit halu, banyak harunya. ─ Ma'rufal AzisÂ
Saya merasa bersyukur menemukan Pura-Pura Penyair sebagai rumah yang menyajikan banyak hal, juga merasa sangat senang bertemu dengan rekan Pepura. Bak teman lama bertemu kembali. Semoga dengan adanya Antologi Puisi Jilid I ini menjadi acuan, bagi saya pribadi, untuk belajar menulis puisi yang lebih asyik. Mari tumbuh bersama-sama dengan sebaik-baiknya. *emotikon bunga mawar* >kalau ada, kalau ngga ada yaudah gapapa wkwk< ─ NanadhylaÂ
Dengan rasa syukur kepada keluarga besar Pura-Pura Penyair, buku kumpulan puisi yang berjudul Mengunci Ingatan telah menerima puisi saya yang, tak lebih hanya sebuah imajinasi bergelantungan yang divisualkan. Sekali dan berlipat lagi terima kasih. Salam. ─ NopÂ
Pura-Pura Penyair bagi saya punya ruang khusus dalam perjalanan mencintai sastra. Nggak pernah menyangka akan bertahan selama ini, dan punya peminat yang lumayan banyak. Tetapi, di samping itu tentu saja ada orang di belakang layar yang bekerja keras untuk itu. Hingga nama Pura-Pura Penyair dikenal khalayak. Dan terbitnya buku Mengunci Ingatan adalah bentuk dari kerja keras itu. Yang mana semua pihak saling memberi dukungan. Tentunya dengan para Pepura yang terus mengirimkan karya terbaiknya. Ke depannya, semoga Pura-Pura Penyair tetap asri dan lestari untuk siapa saja. ─ Peka Tariska
Membaca ulang beberapa puisi yang kuhasilkan sebab tergabung dalam keluarga (Pura-Pura Penyair) ini, selalu mengingatkan tentang hari-hari awal perkenalan. Banyak teman juga pengetahuan. Senang juga kadang tegang, pengalaman yang tak cukup hanya dengan terlisankan. Pada akhirnya, Pura-Pura Penyair  ialah wujud kebahagiaan dari sejak pertama kami disatukan. Terima kasih, dan salam sayang yang panjang. ─ R AÂ
Buku ini menjadi bukti bahwa kita adalah satu keluarga yang disatukan lewat tulisan tanpa melihat asal kita masing-masing. Besar harapan saya, kelak salah satu atau semuanya yang ada di Pepura ini menjadi penulis terkenal. Bisa selalu ingat dan bisa berbagi ilmu untuk teman-teman Pepura lainnya. Semoga buku ini menjadi awal yang bagus untuk Komunitas Pura-Pura Penyair. Agar kita bisa selalu berkarya, selalu menulis dan menulis sampai kapan pun. Terima kasih teman-teman, saya tanpa kalian bukan apa-apa. Saya bangga bisa kenal teman-teman dan sebuku dengan teman yang hebat-hebat ini. ─ RizafranÂ
Bersyukur, karena bisa bersama dalam satu buku. Sekalipun belum bisa bersatu dalam titik temu. Semoga huruf demi huruf tersebut mampu menjadi penyemangat untuk terus maju. Menjadi pengingat tentang hidup yang senantiasa tumbuh. Sampai waktu yang benar-benar memberikan bukti, bahwa cita-cita perlu digerakkan secara utuh. ─ Sri MaullasariÂ
Alhamdulillah. Saya bersyukur dan sangat bahagia dengan diterbitkannya buku antologi puisi dari kawan-kawan di Komunitas Pura-Pura Penyair. Ini adalah momentum yang baik di mana saya dapat mendapatkan tambahan motivasi lagi untuk dapat terus menulis, meskipun bisa dibilang masih banyak kekurangannya. Saya berharap dengan diterbitkannya antologi ini, kolaborasi antarpenulis dalam Komunitas Pura-Pura Penyair dapat terus terjalin dengan baik serta terus menginspirasi siapa pun untuk berkarya dan bersastra. Terima kasih untuk semua yang berkontribusi dalam antologi ini, juga kepada para pembaca nantinya bersedia meluangkan waktunya. Salam. ─ Tegar Satriani
Antologi ini akan menjadi kenangan manis bagi saya. Tak ada yang lebih berbahagia daripada menjadi bagian dari keluarga Pepura. Dipertemukan kalimat-kalimat pucat, frasa-frasa tingkat paling menara, juga tempat di mana hati dan diksi adalah puisi. Senang rasanya bisa memiliki teman-teman baru dalam menulis. Bagi saya, banyak tulisan yang layak untuk dibagikan pada dunia. Untuk itu, terima kasih telah memberi ruang. Semoga tetap menjadi rumah bagi karya sastra. Terima kasih. ─ UutÂ
Hujan membasahi apa saja yang dia kehendaki. Termasuk hati untuk mengikhtiarkan cita dan membuktikan cinta. Ya, hujan tak hanya menggerakkan ingatan tapi juga tangan dan pikiran untuk melahirkan puisi. Hujan tenggelam dalam kubangan, sedang puisi saya tenggelam dalam sebuah antologi pertama Komunitas Pura-Pura Penyair. Komunitas ini telah banyak mendorong saya lahir sebagai diri mandiri, tumbuh dengan kreatif, dan selalu mengingatkan tentang upaya menemukan jati diri dan mimpi. Tak lain, terima kasih kepada Presdir Pura-Pura Penyair dan semua teman yang terus mendukung dan menguatkan saya. Semoga tak saja berhenti di sini, kita terus melangkah maju. ─ Wahyu WeÂ
Luar biasa belajar dan menjadi besar bersama kalian. Bersyukur dapat bertemu penyair yang lebih dulu berkecimpung dalam dunia menulis. Tentu menjadikan pribadi lebih dewasa dan tak gampang tergiur oleh tawaran-tawaran manis. Lebih berkonsentrasi dalam membaca, menulis, menulis, dan menulis. Tidak lagi kemaruk dengan menumpuk materi tanpa praktik. Atau lebih ngerinya mencoba sekali lalu berhenti. Karena terlalu banyak yang dipelajari hingga bingung pada bidang nan diyakini. Menjadi tahu keahlian berasal dari kerutinan yang terfokus. Bukan sekadar iseng mencicipi sesaat. ─ Yusuf
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H