Pada zaman dahulu, datanglah seorang laki-laki yang dikenal oleh masyarakat sebagai Mbah Arjo. Beliau berasal dari Kerajaan Mataram yang pergi berkelana ke sebuah hutan untuk mencari ketenangan jiwa seperti bertapa. Di samping itu beliau membuka lahan untuk pemukiman, Mbah Arjo datang seorang diri, tetapi ada beberapa warga yang mengatakan bahwa Mbah Arjo Bersama dengan istrinya bernama Sarti. Mbah Arjo dan istrinya Sarti sering duduk di depan rumahnya yang berada di bawah pohon jati besar.
      "Tinggal di daerah sini enak ya.. dingin dan damai."  Kata Sarti yang duduk di sebelah Mbah Arjo.
      "Iya, di sini masi termasuk hutan rimbun, aku berharap suatu saat tempat ini menjadi desa yang makmur." Jawab Mbah Arjo.
      "Bikinin aku kopi, aku mau mengurus kandang ayam di belakang." Kata Mbah Arjo yang di jawab anggukan oleh Sarti dan langsung pergi ke dapur.
      Sarti pergi ke dapur untuk membuatkan kopi dan mengantarkan ke tempat Mbah Arjo di belakang rumah.
      Saat babat alas di sekitar tempat tinggalnya beliau menemukan tempat makan yang terbuat dari tanah, tempat makan ini di sebut juga dengan Cowek. Mbah Arjo memiliki kebiasaan makan menggunakan cowek, selain itu Mbah Arjo menggunakan cowek untuk membakar dupa.
      "Mbesok, tempat ini di beri nama Cowek saja, karena di sekitar sini aku banyak menemukan cowek-cowek yang berserakan." Kata Mbah Arjo di dalam hati sambil meneruskan   pekerjaanya di ladang.
Pada suatu malam sehabis mengaji di Mushola, Bujuk Romahtulloh berbicara dengan Pak Kemat.
      "Kita ini harus mulai mencari daerah baru untuk tempat menyebarkan agama Islam ini."  Kata Bujuk Rohmatulloh.
      "Aku juga berfikiran begitu, aku juga ingin punya lahan pertanian yang luas." Jawab Pak Kemat.
      "Bagaimana kalau kita datang ke daerah yang berada di Pasuruan? aku dengar di daerah lereng Gunung Arjuno masi banyak lahan  yang belum ada penghuninya." Ucap Bujuk Rohmatulloh yang di setujui oleh Pak Kemat.