Melawan deru kendaraan bermotor yang lebih berisik
daripada suaramu yang berdahanam di kepalaku,
Juga memintasi gemuruh petir dan hujan yang jatuh ke bumi
agar hujan di matamu turut mereda.
Aku berjalan mencakah sambil memikirkan tentang rumah
dan anak-anak yang akan menyambut dengan sumringah,
juga membayangkan kau dengan daster ungu kesukaanmu
berdiri di depan pagar: tubuhku bergetar menggigil kedinginan.
"Aku pulang."
Makassar, 21 Desember 2015.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!