Sabtu malam kota ramai sekali
oleh hingar-bingar muda-mudi yang mencari jati diri
dari kisah asmara yang sibuk mereka tenun sendiri.
Tapi aku tidak!
Jalanan masih macet seperti kepalaku yang berusaha mengingat
alamat tempat di mana kemarin aku sempat rehat.
Aku patuh pada jalan-jalan yang menyimpan banyak jejak kaki kita,
pada gedung-gedung pencakar langit yang tinggi serupa cita-cita bocah ingusan,
pada warna-warni lampu jalan yang menjadi penunjuk arah.
Aku menentang musisi jalanan yang bersenandung sedih
dan menyebut-nyebut namamu dalam lirik lagunya,
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!