Kemudian pada bagian bawah tangga tersebut diletakkan Parang (Pisau besar) atau Pangkulu’ (Kampak) untuk pengantin laki-laki, atau diletakkan Balira (sebuah alat tenun) untuk pengantin perempuan. Penempatan barang tersebut menyimbolkan sebagai Kerja Keras atau Ketekunan untuk mencapai kehidupan yang bahagia dan sejahtera. Setelah semua bahan dan alat yang dibutuhkan telah tersedia, barulah Anrong Bunting memulai prosesi Appassili tersebut. Appassili ini menjadi prosesi penutup dan calon pengantin siap untuk di Korongtigi pada malam hari.
Gambar 4. Prosesi Appassili
Begitu menariknya adat budaya masyarakat suku Makassar. Ini hanya sebagian kecil dari banyaknya adat budaya yang dimiliki oleh suku Makassar. Ammuntuli Je’ne’, A’bu’bu’dan Appassili adalah budaya lokal yang harus terus dilestarikan oleh kita semua, agar kekayaan adat budaya tidak punah sehingga masih dapat dinikmati oleh anak cucu kita kelak. Lestari Budayaku, Salam Budaya!!!
Penulis dan Editor: Rahmat Kurniawan
Email: rahmatkurniawan.unm@gmail.comÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H