Mohon tunggu...
puntodamar
puntodamar Mohon Tunggu... -

Hello World ! I'm a programmer

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia, Simbol, dan Penistaan Agama

27 Agustus 2018   11:56 Diperbarui: 27 Agustus 2018   12:04 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gambar di atas adalah kejadian sekitar dua tahun yang lalu. Saat itu, masyarakat mengutuk perbuatan remaja yang dianggap sangat tidak sopan terhadap simbol negara. Kemudian beberapa bulan setelahnya, muncul berita viral tentang sandal jepit dengan gambar tokoh-tokoh Kristiani. Berbeda dengan yang sebelumnya, banyak umat Kristiani yang saya jumpai di kolom komentar berpendapat bahwa itu "cuma simbol", tidak ada yang perlu dipermasalahkan.

Ini menjadi hal yang menarik bagi saya, bagaimana bisa orang bisa memiliki tanggapan yang berbeda terhadap penghinaan simbol?

Asumsi saya, kalau simbol negara aja marah diejek, apalagi simbol agama yang merupakan kepercayaannya.

Fumi-e

en.wikipedia.org/wiki/Fumi
en.wikipedia.org/wiki/Fumi
Fumi-e adalah gambar tokoh-tokoh Kristiani yang dibuat untuk diinjak pada masa Jepang sebelum periode Meiji. Mereka yang dicurigai beragama Kristiani, diwajibkan untuk menginjak gambar tersebut untuk membersihkan nama mereka. Jika mereka tidak mau,  berarti dugaan itu benar, dan mereka akan dihukum.

So, dari secuil sejarah tersebut, apakah pembuatan sandal ini adalah fumi-e ini gaya baru? Banyak yang berkomentar bahwa "kami berbeda dengan kaum sebelah yang pantatnya tipis". Oke mungkin ini benar, tapi apakah secara alkitabiah, apakah itu memang sikap yang benar? Tolong berikan dalil yang membenarkan ataupun menyalahkan.

"Tidak boleh menuhankan simbol"
Ini adalah argumen favorit. Oke, tapi bagi saya tetaplah kontradiktif ketika melihat penghinaan bendera tadi. Simbol bukanlah Tuhan, tapi ada makna di dalamnya. 

Seorang WNI menghina bendera Indonesia, artinya dia menghina kerja keras dan pengorbanan para pahlawan. Mari kita ibaratkan simbol adalah sebuah foto. Jika Anda adalah seorang anak yatim-piatu, bagaimana perasaanmu jika foto orangtuamu diinjak injak? Atau ketika nama bapakmu dijadikan bahan olok-olok di sekolah? :)

Memang betul kita tidak boleh menyembah simbol, tapi perlu diingat bahwa kita menyembah sosok yang ikon yang disimbolkan. Jadi walaupun kita tidak boleh menuhankan simbol, sudah sepantasnya kita menghormatinya.

"Tuhan kita terlalu mulia, sehingga tidak bisa dihina"

Dalam Galatia 6:7 dituliskan bahwa :

Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.

Sepenangkap saya, ayat di atas adalah peringatan kepada orang-orang yang tidak menghormati Allah. Dari situ, saya implying bahwa Allah bisa dihina, marah, dan akan menghukum mereka yang melakukan :)

Betul bahwa ayat ini ditujukan untuk orang Kristiani saja, sehingga orang non-Kristen tidak ada kewajiban untuk melakukannya. Namun coba pikirkan sudut pandang berikut. Apa yang akan Allah lakukan pada umat Kristiani yang membiarkan saja namaNya dihina?

"Gausah marah, didoakan saja"

Bagi saya ini adalah jawaban diplomatik. Selain itu, secara doktrin tidaklah cukup. Kita selalu digembor-gembor bahwa "doa tanpa usaha itu sia-sia". Sehingga menurut saya, sekedar mendoakan tidaklah bermakna apa-apa.

"mereka tidak bermaksud menghina"

Menghina ataupun tidak, menurut saya tidak ada salahnya untuk mengingatkan "eh ini tidak boleh lho, nanti Tuhan marah" , "jangan begitu dong, ini provokasi" :)

KESIMPULAN

Ya intinya sih, saya tidak mengajak untuk jadi manusia bersumbu pendek. Tapi saya kira, umat Kristiani perlu memikirkan lagi tentang bagaimana cara kita menghormati simbol.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun