Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU) menegaskan komitmennya untuk beradaptasi dengan era digital melalui penyelenggaraan Konferensi Besar (Konbes) yang digelar. Ketua Umum PP IPPNU, Whasfi Velasufah, mengungkapkan bahwa pihaknya akan segera melakukan Focus Group Discussion (FGD) dengan Alvara untuk menyusun strategi penetrasi ke sekolah-sekolah umum.
"PBNU meminta kami untuk mengadakan FGD dengan Alvara yang insyaallah akan segera dilaksanakan. Ini adalah bagian dari strategi IPPNU untuk masuk ke sekolah-sekolah umum," jelas Whasfi dalam pembukaan Konbes.
Wakil Sekretaris Jenderal PBNU, Nur Hidayat, M.A., dalam arahannya menekankan pentingnya transformasi digital dalam berorganisasi. "Kita tidak bisa menolak digitalisasi. Warteg saja sekarang sudah digital, tidak sepatutnya organisasi sebesar IPNU-IPPNU tertinggal," tegasnya.
Mengutip futurolog Alvin Toffler, Nur Hidayat mengingatkan bahwa di abad ke-21, buta literasi bukan lagi tentang kemampuan baca tulis, melainkan ketidakmampuan untuk belajar, melepas, dan belajar kembali (learn, unlearn, and relearn).
Dewan Pembina Dr. Hj. Ida Fauziyah, M.Si. yang hadir dalam pembukaan Konbes menyoroti tantangan besar yang dihadapi Indonesia menuju 2045. "Ada 21 tahun tersisa menuju 2045. Indonesia diberi bonus demografi dengan penduduk usia produktif yang mendominasi hingga tahun 2045. Ini adalah jembatan dari Allah untuk menjemput takdir menjadi negara maju," ujarnya.
Ida mengingatkan bahwa Indonesia harus belajar dari keberhasilan Jepang dan Korea Selatan dalam memanfaatkan bonus demografi, bukan seperti Thailand dan Afrika Selatan yang gagal memanfaatkannya. "Saat ini lebih dari 58% penduduk Indonesia tingkat pendidikannya hanya sampai SMP ke bawah, yang bisa menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi hanya 11-13%," ungkapnya.
Merespons tantangan tersebut, PP IPPNU telah menyiapkan sejumlah langkah strategis, di antaranya:
1. Melakukan riset di wilayah terpilih sebagai basis pengembangan materi kaderisasi
2. Implementasi kebijakan peremajaan usia secara bertahap
3. Pengembangan sistem kaderisasi yang terintegrasi dengan PBNU
4. Digitalisasi sistem administrasi organisasi
"IPPNU harus menjadi lokomotif bagi kemajuan Indonesia. Kita tidak bisa mengandalkan negara lain, bahkan negara pun sebenarnya bergantung pada civil society," tegas Menaker Ida.
Sementara itu, melalui Wakil Sekjen PBNU, Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf menyampaikan pesan agar IPPNU tidak merasa inferior dalam melakukan ekspansi pembinaan ke sekolah non-Ma'arif. "Kita butuh need assessment. Jangan melakukan pendekatan tanpa strategi, tanpa riset, tanpa segmentasi," pesan Gus Yahya yang disampaikan Nur Hidayat.
Konbes PP IPPNU kali ini tidak hanya menjadi forum permusyawaratan tertinggi setelah kongres, tetapi juga momentum transformasi organisasi menghadapi era digital dan bonus demografi. Melalui berbagai program strategis yang dicanangkan, IPPNU berkomitmen memperkuat perannya dalam pembangunan SDM Indonesia menuju Indonesia Emas 2045.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H