“ lensanya rusak”
“gak. Lensanya baik-baik aja”
Kepalaku mengambil tempat parkir lain, sadar situasi. Kini keningku dan pundakmu yang tak mau kenal tuan inci.
“kalau gitu berarti si empunya yang gak ngerti. Belajar ngerti, setelah itu gak akan susah buat menghadapi. Inget, Lensanya baik-baik aja”
Pundakmu mulai basah. Aku kalah.
Lingkar tanganmu merenggang. Kini mereka terposisikan manis di pipi kanan dan kiriku. Menarik kepalaku dari tempat parkirnya di pundakmu. Wajahku yang sudah kuyup air mata berhadapan tepat dengan senyum manismu. Tanganmu bergerak lagi, menarik keningku untuk tanpa jarak dengan keningmu. Hidung kita bertemu.
Udara bersuara menggerayangi wajah ini. stacato legato terencana manis pada gerakan bibirmu.
“kalau hati ini lensa. Bersama kamu adalah potraiture. Setiap air mata, tawa bahagia, sumringah renyah, rengut sungut, amarah, ah segala ekspresi atas hati. Terekam, tajam!”
Berpandangan. Kini bibir kita yang kehilangan tuan inci.
purwokerto, agustus 2010
Untukmu