Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membentuk Manusia Pancasila dan Berbudaya Melalui Program Tujuh Poe Atikan

27 Desember 2024   17:13 Diperbarui: 27 Desember 2024   17:13 26
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siswa dibebaskan dari seragam yang membelenggu dirinya, namun tetap sopan. Guru dibebaskan dari berbagai panduan buku pelajaran yang mempersempit cakrawala berfikirnya.
Demikian pula ada komunikasi dua arah antara guru dan siswa yang saling mengharumkan. Kritik pembelajaran yang membangunkan sinergi nilai estetis di sekolah. Ruang kelas di tata sedemikian rupa sebagai bagian nilai estetis. Nilai sastra dihadirkan dalam setiap pembelajaran di sekolah. Sehingga dari pembelajaran estetis semacam ini akan melahirkan nilai kreatifitas siswa.

(5). Jumaah Nyucikeun Diri
Nyucikeun diri (mensucikan diri)  berarti mengantarkan diri kita pada kesucian. Kesucian yang dimaksud adalah kesucian hati, jiwa dan pikiran kita agar tetap terjaga, selalu dekat dengan tuhannya. Sehingga apa yang dilakukan selama pembelajaran di sekolah sampai pada hari kamis sebagai hari estetis dan kebebasan, namun harus tetap pada kebebasan yang dikawal oleh kesucian diri. 

Banyak hal yang bisa dilakukan untuk mensucikan diri, mulai dengan melakukan kontemplatif  atas apa yang dilakukan hidup kita pada hari-hari sebelumnya. Termasuk memperkuat nilai-nilai ritualitas dan spiritualitas.

(6). Saptu -- Minggu Betah di Imah
Betah  berarti nyaman menempati suatu tempat, dan di Imah yakni tempat tinggal, rumah yang didiami para siswa bersama saudara dan kedua orang tuanya. Jadi betah diimah mencerminkan suatu sikap siswa yang merasa nyaman ketika berada di rumah.  Ia bisa leluasa selama dua hari (sabtu dan minggu) berada di rumahnya, tanpa dibebani oleh pekerjaan rumah (PR) sekolah yang oleh guru dibebaninya.  

Hari sabtu dan minggu, siswa melakukan pembelajaran tugas-tugas orang tuanya di rumah. Siswa betah bersama orang tua, melakukan kegiatan bersama, memasak nasi goreng di rumah, nyambel, bancakan, papahare, bermanja-manja bersama orang tuanya.

Demikian penulis dengan pemahaman ini berkeyakinan bahwa melalui Program Tujuh Poe Atikan dapat membentuk manusia Pancasila dan Berbudaya dengan penguatan karakter dari sejak dini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun