Bertempat di Bale UPTD SMPN 3 Pasawahan sedang dilaksanakan Workshop In House Training dengan tema: Peningkatan Kompetensi Guru Abad 21 Berbasis Tatanen di Bale Atikan. Kegiatan ini akan berlangsung selama tiga hari ke depan mulai dari tanggal 25 sampai dengan 27 Oktober 2021.
Workshop ini diselenggarakan untuk menambah pengetahuan bagi guru, staf TU dan peserta didik tentang Konsep Dasar Pembelajaran yang berbasis Tatanen di Bale Atikan. Selanjutnya dengan harapan agar sekolah mampu menghasilkan Standar Lulusan yang betul-betul handal menjadi Generasi Emas yang dibanggakan.
Seperti yang diungkapkan oleh Nara sumber di hari pertama ini Bapak Drs. H. Aceng Kuswaya, bahwa sekolah harus mengemas pembelajaran dengan Berbasis Lima Bunga Karakter sebagai bagian dari Kurikulum Baru Yang Disertifikasi di Kab. Purwakarta. Dan kelima bunga karakter tersebut antara lain: (1) Karakter 7 Poe Atikan; (2) Pendidikan Ramah Anak; (3) Pendidikan Anti Korupsi; (4) Pendidikan Kitab Kuning; dan (5) Tatanen di Bale Atikan (TDBA).
Dan hal terpenting bahwa sekolah harus mengembangkan kegiatan pembelajaran yang berkarakter dengan berbasis 7 Poe Atikan sebagai konsep dasar dalam pembelajaran, yaitu: (1) Ajeg Nusantara (Senin); (2) Mapag Buana (Selasa); (3) Maneuh di Sunda (Rabu); (4) Nyanding Wawangi (Kamis); (5) Nyucikeun Diri (Jum'at); dan (6) Betah di Imah (Sabtu-Minggu).
Tatanen di Bale Atikan lahir di Purwakarra dengan latar belakang adanya kesenjangan ekologis, kesenjangan sosial dan kesenjangan spiritual.
Secara etimologi, Tatanen di Bale Atikan berasal dari Bahasa Sunda, Tatanen artinya bercocok tanam, Bale artinya tempat yang luas, Atikan artinya pendidikan.
Sedangkan secara terminologi, Tatanen di Bale Atikan merupakan sebuah gerakan pendidikan karakter untuk menumbuhkan kesadaran hidup ekologis dalam merawat dan berguru pada bumi yang terintegrasi dalam kegiatan pembelajaran yang berbasis Pancaniti dan Permakultur sehingga peserta didik tumbuh dan berkembang sesuai kodrat dirinya, alamnya dan zamannya.
Dalam Tatanen di Bale Atikan memiliki konsep pembelajaran sebagai berikut:
1) Gerakan, 2) Pendidikan karakter, 3) Kesadaran Hidup Ekologis, 4) Merawat bumi, 5) Berguru pada bumi, 6) Berbasis pancaniti, 7) Kegiatan pertanian, dan 8) Bersifat kodrati.
Tatanen di Bale Atikan harus berprinsip pada tiga hal yaitu: a) Berkeadilan, b) Berkelanjutan, dan c) Berkearifan lokal.
Sedangkan tujuan pembelajaran Tatanen di Bale atikan adalah:
1) Membentuk karakter peserta didik melalui pelestarian lingkungan
2) Mengembangkan kompetensi 4C (Creatifitas, Colaboratif, Critical, Communication) peseta didik melalui proses pelestarian lingkungan
3) Meningkatkan kesadaran hidup ekologis bagi seluruh warga sekolahÂ
4) Menjadikan sekolah sebagai lingkungan yang kondusif, asri dan hijau
5) Menjadikan kebun sekolah sebagai laboratorium ekologis bagi peserta didik untuk mengenal ekosistem lingkungan secara nyata
6) Menumbuhkan sikap peduli terhadap lingkunganÂ
7) Mengelola potensi alam berbasis kearifan lokal
Penjelasan materi dilanjutkan oleh Nara sumber kedua Bapak Nurdin Cahyadi, S.Kom.
Dalam implementasinya, Tatanen di Bale Atikan memiliki empat tahapan yaitu: Perencanaan, Pengorganisasian, Pelaksanaan dan Pengawasan. Dan untuk ruang lingkupnya meliputi: Struktur Program, Struktur Kurikulum dan Struktur Lingkungan.
Ada dua hal pokok yang wajib diketahui dan sangat penting dalam Pembelajaran berbasis Tatanen di Bale Atikan yaitu: Pancaniti dan Permakultur.
Apa itu Pancaniti?
Pancaniti adalah prinsip pendidikan kesundaan dalam pengembangan kognitif peserta didik dengan terdiri dari lima tahapan yaitu:
1) Niti Harti: kemampuan peserta didik dalam mengetahui dan mengerti melalui mendengar, membaca dan melihat serta mengamati.
2) Niti surti: pemahaman dari semua arti yang ditemukan dan dipahami, yang kemudian diaplikasikan pada tahap selanjutnya
3) Niti Bukti: pembuktian dari sebuah pengertian dan pemahaman yang sudah diperoleh dan diterapkan dalam keseharian sebagai latihan dasar.
4) Niti Bakti: membaktikan temuannya untuk dirinya, sesamanya dan lingkungannya (bakti ka diri, ka sasama, ka alamnya)
5) Niti Sajati: kebulatan pemahaman yang mampu dikomunikasikan sebagai bentuk integrasi dari tahapan mengerti, memahami dan membuktikan serta menguji coba berdasarkan proses pembelajaran dan pengalaman pribadi sehingga menghasilkan disiplin ilmu baru yang tidak bisa terbantahkan.Â
Selain pancaniti tadi, ada 12 prinsip permakultur dalam pentingnya Tatanen di Bale Atikan, yaitu:
1. Pengamatan dan interaksi
2. Tangkap dan simpan energi
3. Strategi panen
4. Sistem swatata dan menerima umpan balik
5. Sumber daya terbarukan (Biologis)
6. Tanpa sampah atau residu
7. Rancangan dari pola alam hingga terperinci
8. Konektifitas (keterikatan bukan pemisahan)
9. Skala
10. Stabilitas (menghargai keanekaragaman)
11. Optimalisasi lahan tepian dan marginal
12. Suksesi (stacking dalam ruang dan waktu)
SADAR sebagai tahapan perencanaan Tatanen di Bale Atikan. SADAR disini yaitu: Survei, Analisis, Design dan Rencana Aksi. Yang kemudian dilanjutkan pada tahapan pelaksanaan dengan melaksanakan 4 tahap yaitu:Â
1. Penerapan (aktualisasi rencana aksi yang sudah dibuat berkaitan dengan design, persiapan lahan, pembenihan dan penanaman)
2. Rawat (pemeliharaan ekosistem dan habitatnya)
3. Evaluasi (pengukuran dan penilaian terhadap ketercapaian program Tatanen di Bale Atikan,danÂ
4. Oprek (mencari, memperbaiki, mengembangkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik).
Setelah tahapan-tahapan tadi kemudian dilaksanakanlah monitoring dan evaluasi.
Salam Harmoni Seisi Bumi.
Salam Literasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H