Ketika jalan hidup yang begitu panjang dan terjal harus kami hadapi bersama. Tak sekalipun kulihat lelah di matanya. Beliau tampak tegar menerima kenyataan hidup dan terus berjuang demi kemajuan anaknya.
Masih saja terngiang ucapan beliau padaku:
"Jangan pernah mengeluh dengan apa yang menimpa pada diri kita, curahkanlah segala keluh kesahmu hanya Pada-Nya dengan Sholat dan Doa".
Dan aku sangat tahu sekali dengan sikap beliau yang tak pernah mengumbar cerita tentang keluarga kami. Siapapun yang mengenalnya selalu berdecak kagum akan keberhasilannya membesarkan anaknya seorang diri.
Aku tiada dan bukan apa-apa tanpa dirinya. Karena ibu adalah malaikat penyelamat di kehidupanku. Bahkan ketika anaknya ini terbenam dalam lumpur kepahitan hidup.
Aku yang kemudian bisa bangkit kembali dan menjadi seorang guru seperti beliau. Perjalanan hidupnya adalah inspirasi nyata di depan nyata sekaligus sebagai bahan ajar di sekolah kehidupanku.
Tak perlu teladan yang jauh untukku mengambil contoh pengalaman. Semua ada pada ibuku yang telah berhasil menjadikanku ada dan menjadi seseorang kini.
Ibu, yang kini mulai renta dan aku masih saja membebaninya dengan jalan kehidupanku yang memang kurang beruntung. Namun apa daya, aku harus terima apa adanya jika ibu masih harus menemani perjuanganku.
Satu hal yang tak pernah bisa aku turuti dari beliau, yakni ketabahan dan kesabarannya yang tiada batas.Â
Selama 9 bulan, ibu yang berjuang hingga ujung nyawa saat melahirkan anaknya. Namun ketika kita beranjak dewasa begitu saja lupa dengan segala kebaikan dan kasih sayangnya.
Kita hanya bisa menyuruhnya menyediakan segala keperluan seenaknya. Tentu kita ingat akan hal itu, menyuruhnya membelikan sesuatu atau membuat masakan kesukaan kita. Dan semua itu dilakukannya dengan penuh kasih sayang agar anaknya tidak merasa sedih dan kecewa.