"Gunung Parang, aku datang!"
Ungkapan bahagia dari hati yang sekian lama memendam keinginan tuk datang ke gunung parang yang menggoda dengan pesonanya.
Alam selalu menyuguhkan keindahan bagi kita, ialah anugerah terindah dari Sang Maha Kuasa. Bagiku alam adalah sahabat sejati, karena kapanpun dan bagaimanapun ia bisa memberiku imaji dan inspirasi.
Begitu kesempatan ini datang sungguh bahagia rasanya karena gunung parang telah lama kuidamkan dalam sebuah kunjungan.
Bersama Warga Kota Purwakarta, akhirnya aku bisa berangkat menuju ke gunung parang yaitu pada hari Sabtu tanggal 24 Juli 2020.
Gunung Parang, sebuah gunung yang terletak di Desa Sukamulya Kecamatan Tegalwaru Purwakarta merupakan gunung tertinggi di Asia Tenggara dengan jalur pendakian melalui ferrata.
Perjalananku bersama Warga Kota Purwakarta menuju ke gunung parang dengan titik start dari Perpustakaan Purwakarta. Cukup lumayan jauh jalan yang harus dilalui, namun sungguh seru dirasakan karena kami menggunakan mobil bak terbuka untuk menuju ke sana.
Kurang lebih dua jam perjalanan kami pun tiba di Kampung Badega Gunung Parang. Bertemulah kami dengan salah satu pengelola di sana yaitu Kang Baban, dan kami pun disambutnya dengan ramah.
Sebelum kami melanjutkan perjalanan naik ke gunung parang, dengan penuh sabar Kang Baban memberikan beberapa informasi tentang gunung parang yang memang sudah terkenal hingga ke mancanegara.
Untuk masuk ke area gunung parang tentunya ada tiket masuk yang harus kita bayar sekitar Rp. 5.000. Namun karena kami adalah keluarga blogger kompasiana Purwakarta (Warga Kota PWK), kami pun diberikan fasilitas tiket masuk gratis.
Keren, kan?
Beruntung banget menjadi salah satu anggota Warga Kota PWK, karena hobi menulis kamilah setiap perjalanan/trip kami selalu mendapatkan pelayanan gratis.Â
Alhamdulillah, bermula dari hobi bisa berakhir hoki.
Setelah kami ngobrol dengan Kang Baban, kami pun berfoto bersama dulu sebelum melanjutkan pendakian melalui sasak (jembatan bambu) untuk mencapai ketinggian 250 meter di Pos 1.
Nafas yang cukup berat membuatku tertinggal di belakang dari yang lainnya.Â
Eungap, gaisss! (Kata orang Sunda begitu)
Tapi aku coba terus mengikuti yang lainnya demi menikmati pemandangan yang indah di atas sana. Sungguh rasa penasaran telah menguatkan kaki tuk terus melangkah naik.
Pesona itu sungguh tiada tara, Subhanalloh!
Jauh mata memandang dari atas ketinggian 250 meter di gunung parang telah memberiku sebuah makna, "Jika sesuatu yang kita inginkan haruslah diperjuangkan, seberat apapun kita harus bisa melaluinya."
Dan janganlah khawatir karena selama pendakian akan dibantu oleh pemandu yang sudah handal dan mahir di bidangnya.
Di gunung parang pun tersedia warung-warung yang menjual makanan untuk sekedar melepaskan rasa lelah. Ada juga area untuk berkemah di sana.Â
Hayu atuh geura ka gunung parang, gaisss!
Di sini adalah tempat bercengkrama dengan alam yang penuh pesona.
Gunung Parang Purwakarta
Purwakarta Istimewa
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H