Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisiku Menunggu Waktu

17 April 2020   14:25 Diperbarui: 17 April 2020   14:24 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika waktu mengharuskan aku tuk menunggu, kutuliskan puisi-puisi ini untukmu siapa pun kamu...

Mungkin seseorang yang pernah singgah dan berlalu, atau sekedar hadir menggangguku

Puisiku hanya untaian kata penghias manis di lembaran-lembaran buku

Menjadi jejak perjalanan tuk kenanganku

"Pernah Ada"
by Putri Kinasih

Mentari selalu menawarkan indah pada pagi, ketika aku berdiri di balik jendela
Jauh dan jatuh lamunanku tentangnya
Sebuah nama tertulis dalam lembaran cerita
Telah usang termakan waktu dan usia

Seperti halnya sang mentari yang tak lupa menyapa
Sekelumit kisah selalu bersemayam dalam jiwa
Berada jauh pada ruang hati yang sedang gundah gulana
Teringat jelas seraut wajah berkharisma

Cerita itu memang pernah ada
Tentang sebuah cinta gadis dan jejaka
Pada masa indah sebelum SMA
Gelora asmara antara aku dan dia

Seperti mentari, yang berteman awan di angkasa
Cerita cinta kan bersinar dalam indahnya
Menghias hari dalam serpihan kenangan masa
Pernah ada satu kisah kasih yang tercipta

(teruntuk sang perwira)
#apoemaday_1_150420

"Tentang Cinta"
by Putri Kinasih

Mulanya biasa saja
Hanya ada tawa dan canda
Kata bersambut ceria
Tak ada yang istimewa

Waktu berganti masa
Ada yang berubah dengan rasa
Dag dig dug di dada
Kian lama merasuk sukma

Apakah ini namanya cinta?
Gundah gulana hati jadinya
Dari pagi hingga malam tiba
Rasa ini kian mesra bergelora

Wajahnya terus membayang saja
Menggoda manja di pelupuk mata
Diam-diam kusimpan sebuah asa
Kurasa cinta pada sang pujangga

#apoemaday_2_160420

"Rasaku"
by Putri Kinasih

Sedingin salju
Berembun, mencair, hilang tersapu sang bayu
Tinggalah rasa nan beku
Tergeletak jatuh di ujung kalbu

Bak sekuntum bunga yang telah layu
Hanya berdiri lemah, lunglai tak bermadu
Pesonanya telah hilang teriris waktu
Tiada lagi warnanya yang lucu

Beku saat menunggumu
Sirna terkubur pilu
Pecah dibelah sembilu
Hancur berkeping-keping menjadi debu

Tiada lagi cintaku itu
Tinggallah pasrah dalam hidupku
Walau kurasai sepahit empedu
Antara ada dan tiada itulah cintaku padamu

#apoemaday_3_170420

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun