Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

"Mamarung", Sebuah Tradisi Purwakarta Istimewa

3 Februari 2020   13:58 Diperbarui: 3 Februari 2020   17:13 1604
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendapat pengalaman baru itu memang seru juga, adalah tentang sebuah tradisi yang telah menjadi adat kebiasaan di Desa Ciherang, Kecamatan Pasawahan, Purwakarta.

Tradisi "Mamarung" yang membuat pribadi saya menggelengkan kepala. Betapa tidak, tradisi ini dilaksanakan dengan sangat memeras tenaga dan biaya.

Banyak orang dibutuhkan untuk pelaksanaan tradisi ini, karena banyak pekerjaan yang harus dikerjakan dengan kerja sama.

Persiapan tradisi mamarung | dokpri
Persiapan tradisi mamarung | dokpri
Namun bagi mereka yang melaksanakan tradisi mamarung tentunya adalah hal yang telah diperhitungkan sebelumnya dengan pikiran yang matang.

Lalu seperti apakah sebenarnya tradisi mamarung tersebut? Di sinilah saya akan bercerita tentang pengalaman saya yang selama dua hari ikut serta membantu dalam tradisi mamarung di keluarga teman kerja.

Kebetulan pas hari Sabtu, 1 Febuari 2020 adalah hari libur kerja. Teman sekantor berniat melaksanakan acara pesta pernikahan keponakannya pada hari Minggu 2 Febuari 2020. Nah seperti biasanya sebelum hari H acara tersebut tentunya banyak hal yang harus dipersiapkan. 

Di masyarakat Desa Ciherang Kecamatan Pasawahan Purwakarta, telah biasa dilaksanakan tradisi "Mamarung" pada H-1 sebelum hari H pesta.

Sehari sebelum acara pernikahan, tradisi "Mamarung" dilaksanakan di pihak calon pengantin perempuan. Kalau mau dibilang kerennya tradisi "Mamarung" bisa juga disebut dengan "Open house" bagi tetangga, saudara dekat atau pun jauh. 

Seperti apa serunya tradisi "Mamarung" ini bagi saya? Si mpu hajat atau yang mempunyai niat melaksanakan pesta, dengan segala macam persiapan menyediakan segala macam jamuan makanan bagi tamu yang datang. Persiapan ini selama satu minggu sebelumnya telah disediakan dengan matang. 

Segala bentuk makanan tradisional dibuat dengan keterampilan tangan sendiri dengan gotong royong keluarga, saudara dan tetangga. Mulai dari makanan kering seperti opak, ranginang, saroja, keripik, kicimpring, sangray suuk, rangining dan sejenisnya dipersiapkannya dalam jumlah yang banyak. 

Selain itu juga setelah makanan kering yang bisa dibilang awet/jauh masa kadaluarsanya telah siap untuk disajikan nanti ketika H-1 acara pesta tiba, dipersiapkan pula makanan basah seperti dodol, wajit, tape ketan dan lain-lain dengan jumlah banyak pula. 

Persiapan memasak menu makanan untuk tradisi
Persiapan memasak menu makanan untuk tradisi
Persiapan bahan makanan tersebut adalah untuk jamuan para tamu yang datang pada saat mamarung. Tak hanya itu saja jamuan menu makan pun dipersiapkan. 

Ketika hari mamarung tiba, para tamu pun dijamu dengan menu masakan yang khas di sini seperti sasate iwung/rebung, sasate nangka, pepes ikan, sambal goreng kentang, semur daging, sukri, sambel lalap pun lengkap.

Belum lagi ditambah dengan buah-buahan seperti rambutan, pisang, jeruk, dan salak. Tak lupa juga makanan pelengkap lain seperti kue-kue : bugis, papais, putri ayu, kue lapis sampai kue bolu. Lengkap semua!

Nah, hari mamarung pun tiba, mulailah para tamu berdatangan dengan membawa baskom/wadah yang berisikan beras atau pun bahan makanan lain.

Ada juga para tamu yang membawa sejumlah uang dalam amplop sebagai pengganti beras. Hal tersebut adalah sebagai penghargaan atas undangan yang diberikan oleh Si Mpu Hajat.

Setelah para tamu datang, mereka pun dijamu makan dengan jamuan yang telah dipersiapkan tadi. Sementara itu baskom yang dibawa oleh para tamu tadi diberikan kepada yang mpu hajat untuk diisi kembali dengan makanan yang telah disiapkan sebagai penukarnya.

Ada yang disebut dengan kustik (bungkus saeutik/sedikit) yang isinya yaitu beberapa jenis masakan dibungkus menjadi satu dengan jumlah sedikit.

Belum lagi baskom tadi diisi dengan beberapa jenis masakan dalam jumlah agak banyak dari kustik dengan dilengkapi makanan kering dan basah yang dibungkus terpisah.

Pengisian baskom/wadah yang dibawa oleh para tamu | dokpri
Pengisian baskom/wadah yang dibawa oleh para tamu | dokpri
Pembungkusan kustik | dokpri
Pembungkusan kustik | dokpri
Bagi saya yang hadir pada hari mamarung tersebut adalah pengalaman yang seru, karena proses tersebut jelas sekali membutuhkan tenaga dan biaya yang banyak.

Di sini sangat dirasakan sekali rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin dengan erat, setiap anggota keluarga juga saudara bahkan tetangga pun bergotong royong membantu.

Tradisi "Mamarung" mungkin akan terasa asing dengan namanya, namun mungkin saja di daerah yang lain pun ada tradisi yang serupa dengan sebutan yang berbeda.

Di Desa Ciherang Kecamatan Pasawahan ini hingga saat ini masih terus dilaksanakan tradisi mamarung. Mungkin kesan yang diperoleh dari tradisi mamarung ini adalah sepintas seperti foya-foya, namun dalam pelaksananaannya tentu saja disesuaikan dengan kemampuan si mpu hajat dengan kadar yang berbeda. 

Ada nilai positif dari tradisi "Mamarung" yang bisa diambil bagi kehidupan adalah nilai kebersamaan dan kekeluargaan yang selanjutnya sebagai jalan bertukar dan berbagi rezeki dengan sesama. 

Sementara bagi si mpu hajat adalah sebagai ungkapan rasa syukur atas berkat rahmat Yang Maha Kuasa yang diberikannya jodoh/calon suami untuk anak mereka.

Juga sebagai acara selamatan/mohon doa agar acaranya terlaksana dalam kelancaran. Serta pemberitaan bagi para saudara dan tetangga baik yang dekat atau pun yang jauh bahwa putra putri mereka akan melangsungkan pernikahan.

Tradisi "Mamarung" juga tidak hanya dilaksanakan sebelum pesta pernikahan. Masyarakat Desa Ciherang ini pun masih melaksanakan tradisi Mamarung untuk acara khitanan.

Sungguh tradisi ini adalah merupakan tradisi sejak dulu yang bagi masyarakat perkotaan telah mulai luntur dari kebiasaan yang dilaksanakan. Bukan berarti tradisi mamarung tidak berlaku bagi masyarakat kota, namun tradisi ini busa saja dilaksanakan dalam bentuk yang lainnya.

Apa pun tradisinya yang terpenting bagi kita adalah kebersamaan dan kekeluargaan jangan pernah terkikis dari kebiasaan kita sebagai warga negara Indonesia yang Bhineka Tunggal Ika. Persatuan Indonesia sebagai sila ketiga Pancasila semoga tetap terjalin dalam kehidupan kita sehari-hari.

Indonesia Raya
Purwakarta Istimewa

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun