Ketika hari mamarung tiba, para tamu pun dijamu dengan menu masakan yang khas di sini seperti sasate iwung/rebung, sasate nangka, pepes ikan, sambal goreng kentang, semur daging, sukri, sambel lalap pun lengkap.
Belum lagi ditambah dengan buah-buahan seperti rambutan, pisang, jeruk, dan salak. Tak lupa juga makanan pelengkap lain seperti kue-kue : bugis, papais, putri ayu, kue lapis sampai kue bolu. Lengkap semua!
Nah, hari mamarung pun tiba, mulailah para tamu berdatangan dengan membawa baskom/wadah yang berisikan beras atau pun bahan makanan lain.
Ada juga para tamu yang membawa sejumlah uang dalam amplop sebagai pengganti beras. Hal tersebut adalah sebagai penghargaan atas undangan yang diberikan oleh Si Mpu Hajat.
Setelah para tamu datang, mereka pun dijamu makan dengan jamuan yang telah dipersiapkan tadi. Sementara itu baskom yang dibawa oleh para tamu tadi diberikan kepada yang mpu hajat untuk diisi kembali dengan makanan yang telah disiapkan sebagai penukarnya.
Ada yang disebut dengan kustik (bungkus saeutik/sedikit) yang isinya yaitu beberapa jenis masakan dibungkus menjadi satu dengan jumlah sedikit.
Belum lagi baskom tadi diisi dengan beberapa jenis masakan dalam jumlah agak banyak dari kustik dengan dilengkapi makanan kering dan basah yang dibungkus terpisah.
Di sini sangat dirasakan sekali rasa kebersamaan dan kekeluargaan yang terjalin dengan erat, setiap anggota keluarga juga saudara bahkan tetangga pun bergotong royong membantu.
Tradisi "Mamarung" mungkin akan terasa asing dengan namanya, namun mungkin saja di daerah yang lain pun ada tradisi yang serupa dengan sebutan yang berbeda.
Di Desa Ciherang Kecamatan Pasawahan ini hingga saat ini masih terus dilaksanakan tradisi mamarung. Mungkin kesan yang diperoleh dari tradisi mamarung ini adalah sepintas seperti foya-foya, namun dalam pelaksananaannya tentu saja disesuaikan dengan kemampuan si mpu hajat dengan kadar yang berbeda.Â