Mohon tunggu...
Ina Widyaningsih
Ina Widyaningsih Mohon Tunggu... Administrasi - Staf TU SMPN 3 Pasawahan

Penyair Pinggiran

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mantan TKW Menjadi PNS

25 Januari 2020   22:10 Diperbarui: 25 Januari 2020   22:22 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari demi hari, Aisah mulai merasa nyaman dengan pekerjaannya. Sebagai seorang amah tentunya ia harus menuruti perintah majikannya, apa pun pekerjaan yang diperintahkan harus dilaksanakannya dengan sungguh-sungguh. 

Awalnya, ia bekerja sebagai pengasuh Ibu Tua (istri pertama majikannya yang sudah sakit-sakitan). Aisah menekuni pekerjaannya, mengurusi segala keperluan Ibu Tua mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi. Luka hatinya perlahan mulai terlupakan dengan kesibukan pekerjaannya. Terkadang Ibu Tua pun mengajaknya berbicara sebagai sesama perempuan. Nasib Ibu Tua yang dimadu oleh suaminya, serasa perasaan sakit hatinya ada sedikit persamaan. Aisah dan Ibu Tua pun saling menghibur untuk melupakan luka hatinya.

Beruntung Aisah memiliki majikan Ibu Tua yang baik hati. Kemana pun Ibu Tua pergi pasti Aisah di bawa serta. Belanja ke mall atau kemana saja Ibu Tua ingin pergi. Dan ketika Ibu Tua sakit hingga harus dirawat di rumah sakit pun Aisah ikut menginap di sana untuk menjaga dan mengurusi Ibu Tua. Tak ada waktu bagi Aisah untuk diam melamun mengingat masa lalu dengan sakit hatinya.

Selang beberapa bulan, Aisah harus beralih pekerjaan menjadi pelayan di gerai milik majikannya, karena waktu itu pelayan sebelumnya sudah habis masa kontrak kerjanya. Gerai itu tempat menjual hasil perkebunan majikannya, mulai dari buah-buahan dan sayur-sayuran.

Pekerjaan apa pun tentunya sangat melelahkan, namun bagi Aisah itu adalah sebuah perjuangan. Ia harus kuat demi anaknya, seberat apa pun pekerjaannya. Aisah sudah terbiasa mengangkat beban kurang lebih 30 kg oleh tangannya sendiri. Segala yang ia rasakan tentang kegelisahan ditentangnya untuk tidak bersemayam dalam hati. Aisah menepis kerinduan pada anaknya dengan sekuat hati.

Hari pun berganti bulan ke bulan, hingga genap dua tahun kontrak kerjanya harus berakhir. Majikannya ingin ia memperpanjang kembali kontrak, namun Aisah tetap ingin kembali ke tanah airnya, karena memang sudah tak mampu membendung kerinduan pada keluarganya. Akhirnya ia pun kembali ke Indonesia tercinta, kembali pada keluarganya.

Lantas, apa yang Aisah lakukan setelah kembali di Indonesia?

Ternyata Aisah meneruskan studinya masuk ke perguruan tinggi. Tak ada tabungan yang ia miliki dari hasil kerja di Brunei, karena memang hanya cukup pas-pasan saja untuk biaya setiap bulannya. Kembali ibunya-lah yang akhirnya membiayai Aisah kuliah.

Ketika kuliahnya menginjak di semester ketiga, Aisah berusaha untuk sambil bekerja sebagai guru honorer. Aisah pernah punya mimpi untuk menjadi seorang guru dan pada akhirnya mimpi itu dijadikan nyata dalam perjuangan hidupnya. 

Walau dengan gaji tak seberapa, Aisah tetap menikmati pekerjaannya, karena di belakangnya selalu ada ibunya yang menopang kebutuhannya juga anaknya. 

"Ibuku pahlawanku." Begitulah Aisah membanggakan ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun