Mohon tunggu...
Puji Khristiana
Puji Khristiana Mohon Tunggu... Freelancer - Ibu rumah tangga 2 anak yang hobi menulis

Bekerja sebagai penulis konten dan blogger

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mulai Agamis hingga Atheis, Inilah 5 Tipe Member Grup Filsafat Facebook

8 Februari 2022   13:01 Diperbarui: 9 Februari 2022   10:19 410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Awalnya saya mengira group filsafat di facebook adalah sekumpulan alumni mahasiswa ilmu filsafat dari perguruan tinggi ternama. Atau kumpulan orang-orang bijak santrinya Socrates ataupun Aristoteles.

Dengan bergabung bersama mereka, saya berharap dapat banyak pengetahuan tentang ilmu yang menjadi dasar segala ilmu di dunia ini. Atau minimal bisa menemukan kata-kata bijak untuk dicopas sebagai postingan status di facebook.

Tapi nyatanya salah. Jangankan mahasiswa yang bisa menjelaskan dengan bahasa akademik yang teratur dan berkelas. Yang saya dapatkan hanya debat dari dua kelompok dengan pemikiran yang saling berseberangan.

Jika dilihat dari postingan dan komentarnya, member group filsafat ini hanya terdiri dari dua komunitas. Komunitas beragama dan atheis. Tapi jika mau melihat secara keseluruhan, membernya bisa dikelompokkan menjadi beberapa bagian. Antara lain :

Pertama, Kelompok Agamis

Yaitu kaum yang taat beragama, penolak filsafat. Paling keras berkomentar ketika ada postingan yang mempertanyakan eksistensi tuhan.

Mereka menganggap bahwa filsafat hanya metafisika. Benda abstrak yang hanya muncul di awang-awang. Filsafat hanya pemikiran genit mereka yang menolak beragama dan eksistensi tuhan.

Bagi kaum dogmatis dalam beragama, filsafat hanya sebatas omong kosong atau dongeng sebelum tidur yang tidak boleh diajarkan pada anak-anak. Khawatir kalau pemikiran filsafat ini akan mengotori jiwa ketergantungan pada tuhan mereka.

Segala postingan dari member lain yang beraroma mempertanyakan eksistensi tuhan selalu dijawab dengan narasi tunggal yang bernada dogmatis. Tuhan itu ada. Dan agamalah yang menjadi cara untuk mengenal-Nya.

Segala hal yang terjadi di dunia ini semua atas kehendak tuhan. Jika menemukan masalah, jalan keluarnya hanyalah kembali pada tuhan.

Mirip-mirip dengan iklan obat herbal. Apapun penyakitnya, herbal adalah obatnya. Apapun masalahnya, agama adalah solusinya.

Mereka menolak mentah-mentah ilmu filsafat dengan alasan merusak akidah dan keyakinan. Keyakinan adanya tuhan sebagai pencipta dan pengatur alam semesta tidak boleh dirusak begitu saja dengan pemikiran abstrak metafisika seperti filsafat ini.

Kalau buat postingan mirip-mirip seperti ini, "Ketaatanmu tidak bermanfaat untuk-Nya, dan maksiatmu tidak mendatangkan bahaya untuk-Nya. Tuhan memerintah dan melarang itu tidak lain hanya untuk kepentingan dirimu sendiri"

Tapi nyatanya, meskipun mereka menolak, toh masuk juga menjadi member group filsafat. Tujuannya apa coba?

Kedua, Kaum Atheis

Berkebalikan dengan kaum dogmatis atau agamis. Kaum penolak eksistensi tuhan sangat mendukung pemikian filsafat. Tujuan utama masuk ke dalam group filsafat adalah bertemu dengan orang yang sefrekuensi.

Sebut saja mereka adalah kelompok open minded (bahasa halus untuk sebutan atheis). Pengekor pemikiran ahli psikologi, Sigmun Fraud. Dimana ketergantungan manusia pada tuhan lebih dikarenakan ketidakmampuan manusia dalam memaksimalkan akal dan fikirannya.

Atau peniru pendapat pionir paham Marxisme, Karl Marx. Agama hanya sebatas candu. Tempat paling nyaman bagi manusia untuk melarikan segala masalah yang tidak bisa diselesaikannya.

Mereka tidak hanya mempertanyakan eksistensi tuhan. Tapi sudah pede sekali mengampanyekan penolakan adanya tuhan. Seperti salah satu postingan berikut ini.

"Bukan tuhan yang menciptakan manusia. Tapi manusialah yang menciptakan sosok tuhan dalam fikirannya."

Postingan yang terkesan simpel. Bahkan mungkin ditulis sambil ngupil. Tapi sukses telak mengundang ratusan komentar dengan jawaban yang beragam. Banyak yang setuju, sedikit yang kontra, selebihnya hanya silent reader yang tidak mau ikut perang pendapat. Termasuk saya.

Ketiga, Kaum Moderat

"Pernah gak kalian capek berdebat dan menyerahkan semuanya kepada Allah, karena dialah sang pembolak balik hati"

Inilah salah satu postingan khas kaum moderat. Yaitu kaum penengah yang menolak atheis tapi juga menerima konsep filsafat. Menurut kaum penengah ini, agama dan filsafat bukanlah dua hal yang harus dipisah.

Di tangan filsafat, agama tidak hanya sebatas dogma. Masih ada sisa ruang bagi nalar untuk berfikir. Filsafat menuntun agar fikiran tidak larut dalan dogmatisme religi, ilmu pengetahuan dan isi fikiran manusia itu sendiri.

Kaum moderat ini pula yang diam-diam punya harapan. Berharap agar objek filsafat bisa lebih luas. Tidak hanya sebatas mempertanyakan eksistensi tuhan saja. Karena sejatinya filsafat adalah seni berfikir kritis pada suatu keadaan.

Keempat, Kelompok Bingung

Ada sebuah postingan yang bernada putus asa. Cukup mewakili apa yang ada di dalam hati saya.

"Ini grup filsafat apa grup saling hujat agama sihhh? Saya kira grup ini isinya orang orang bijak ga taunya orang orang nyinyir. Njirrr nyesel gua"

Atau, "Grop ngaji filsafat rasa grop debat theis vs atheis..ane yang sudah capek debat pengen nyari ilmu bijak malah debat lagi"

Anggap saja mereka termasuk anggota kelompok yang bingung. Persis seperti saya. Maksud hati ingin masuk pada komunitas orang-orang yang bijak layaknya Aristoteles dan Socrates. Tapi nyatanya ketemu dengan kebalikannya.

Kalau dedengkot filsafat macam Aristoteles dan Socrates mikir dulu baru ngomong, sedangkan anggota group filsafat lebih banyak yang ngomong dulu baru mikir.

Jangankan untuk menemukan jawaban atas pertanyaan tentang kebenaran itu mutlak atau relatif. Kaum bingung ini akan lebih bingung lagi saat kebebasan berpendapat dalam group seperti dikebiri. 

Tidak ada lagi ruang untuk bebas berpendapat. Yang ada saling hujat demi memuaskan ego dan menjaga martabat. 

Niat masuk group untuk menemukan kompas jalan keluar. Tapi justru bertemu dengan lapisan labirin yang tak ada ujung pangkalnya.

Kelima, Silent Reader

Di kelompok inilah sebenarnya saya menempatkan diri. Sadar diri dengan kemampuan ilmu yang dimiliki. Baik ilmu agama, ilmu filsafat, ataupun kemampuan menuangkan pendapat dalam tulisan yang runut dan menarik.

Saya memilih silent reader bukannya tanpa alasan. Selain sadar diri, alasan yang paling kuat adalah takut disebut kafir saat mendukung pendapat atheis. Atau takut disebut bodoh jika mendukung kaum agamis.

Termasuk juga jika memilih moderat. Takut dibilang manusia tak punya prinsip. Tidak bisa menentukan pijakan yang tepat. Memilih tinggal di kutub agamis atau kutub atheis. 

Ya sudahlah. Dari sinilah saya memutuskan untuk diam saja. Cuma baca postingan dan komentar. Lumayan. Meski banyak yang bernada rasis dan sadis, tapi ada juga nyelip komentar yang bikin ngakak abis.

Karena memutuskan menjadi silent reader, maka mereka nyaris tidak pernah posting ataupun komentar. Cukup menjadi pembaca setia kubu atheis, agamis moderat, maupun kaum bingung.

Dari sekian group Facebook yang saya ikuti, group filsafat memang yang paling menarik. Di sini saya bisa merasa tiba-tiba menjadi orang yang pintar dan bodoh dalam waktu yang bersamaan. 

Menemukan bagaimana cara berfikir tentang agama dengan cara yang genit tapi berkelas. Tempat dimana orang-orang yang mengaku beragama di KTP tapi nyatanya memilih menjadi atheis pada berkumpul.

Meski agak lelah juga menjangkau pola fikiran mereka, saya tetap memutuskan untuk tidak hengkakng dari group filsafat ini. Menarik, lucu, meski kadang kala membingungkan juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun