Melihat Mei Mei kerepotan, Upin Ipin berisiatif membantunya. Membawakan jeruk itu sampai di rumah Mei Mei. Setelah bilang terima kasih dan meminta Upin Ipin menunggu sebentar di luar, Mei Mei langsung masuk ke dalam rumah. Meninggalkan Upin Ipin yang masih berdiri di luar.
Pandangan Ipin tertuju pada sebuah piring sesajen yang diletakkan di halaman rumah Mei Mei. Piring itu berisi beberapa batang dupa dan beberapa jeruk limau. Nyaris saja Upin Ipin mengambil jeruknya. Beruntung Mei Mei langsung datang dan berteriak agar dua teman kembarnya meletakkan kembali jeruk itu di piringnya.
Mei Mei mengatakan bahwa jeruk itu untuk sembahyang. Yang diperuntukkan sebagai makanan hantu. Mei Mei juga menjelaskan bahwa dalam kepercayaan orang China, bulan ini adalah bulan tidak baik alias bulan hantu. Dimana semua hantu bergentayangan.
Sebab itu Mama Mei Mei melarang Mei Mei main air, tidak boleh pulang terlambat dan tidak boleh jalan sendirian. Dia juga memberi pesan pada Upin Ipin agar ketika ada orang yang memanggil mereka jangan menoleh ke belakang. Karena mungkin itu bukan orang, tapi hantu.
Tak banyak berkomentar, apalagi menyanggah. Dua kembar nakal itu langsung pulang terbirit-birit. Bahkan ketika Mei Mei memanggil mereka untuk memberi buah jeruk Mandarin sebagai tanda terima kasih, mereka tetap lari. Mengira itu bukan suara Mei Mei, tapi suara hantu.
Sesampainya di rumah, Upin Ipin langsung bertanya pada Opah. Memvalidasi apakah bulan ini bulan hantu atau tidak?
Abang HF tahu apa jawaban Opah? Opah berkata, "Betul. Menurut kepercayaan orang China, bulan ini pintu surga dan neraka mereka dibuka. Jadi semua orang mati turun ke bumi. Itu sebabnya bulan ini disebut bulan hantu."
"Betulkah Opah? Berarti hantu itu ada?" Kembali Upin bertanya memastikan.
"Itu kepercayaan orang China lah. Kita harus menghormati. Kalian jangan berani mengambil buah yang digunakan untuk sembahyang di pinggir jalan itu." Kali ini Kak Ros yang gantian menjawab.
Itulah toleransi yang Indah, Bang. Tidak memaksakan orang lain yang berbeda keyakinan mengikuti apa yang kita yakini. Karena kita juga tidak mau dipaksa untuk meyakini apa yang diyakini oleh orang lain yang berseberangan dengan keyakinan kita.
Bayangkan seandainya Upin Ipin bertanya tentang hantu ada atau tidak. Lantas Opah menjawab, "hantu itu tidak ada. Kalau ada sesajen yang kalian temui di jalan, tendang saja! Buang! Itu perbuatan sia-sia para pemuja setan."