Mohon tunggu...
puji handoko
puji handoko Mohon Tunggu... Editor - laki-laki tulen
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hidup untuk menulis, meski kadang-kadang berlaku sebaliknya.

Selanjutnya

Tutup

Money

Mengelola Pertamina dengan Naluri Keibuan

24 Oktober 2020   20:22 Diperbarui: 24 Oktober 2020   20:25 175
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto dok. pertamina


Baru saja, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mendapat pengakuan sebagai Perempuan Paling Berpengaruh di Dunia. Atau dalam kategori Most Powerful Women International, versi majalah bergengsi Fortune tahun 2020. Ada lima puluh perempuan hebat dalam kategori itu. Nicke menduduki posisi ke-16.

Perempuan kelahiran Tasikmalaya, 25 Desember 1967 itu dianggap berhasil mengelola Pertamina. Sebuah perusahaan besar dengan 32 ribu lebih karyawan di dalamnya. Terutama dalam menghadapi tekanan hebat pandemi COVID-19.

Sebelumnya, di penghujung 2019, Pertamina telah menyetorkan 181,5 triliun rupiah ke kas negara. Jumlah yang sangat besar. Namun tahun berikutnya kejadian luar biasa mengejutkan umat manusia. Keadaan berjungkirbalik.

Pandemi COVID-19 menghantam dunia dan menyebabkan terjungkalnya perekonomian. Kemerosotan itu memicu resesi dan persoalan global yang pelik.

Beberapa negara kemudian melakukan langkah panik: lockdown. Akses masuk dan keluar dikunci. World Health Organization (WHO) saat itu mendukung langkah tersebut. Namun belakangan mereka menyadari, itu bukan jalan keluar terbaik.

Hanya negara tertentu yang berhasil menerapkan langkah itu. Kebanyakan negara yang ikut-ikutan malah mengalami kerusakan ekonomi yang berat sesudahnya.

Indonesia mengambil kebijakan pertengahan. Tidak dilakukan lockdown, tapi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Berbagai stimulus diberikan untuk meringankan tekanan yang dialami masyarakat kecil. Mencoba menggerakkan kembali roda perekonomian dari bawah.

Naluri Seorang Ibu

Dalam kondisi itu, banyak pihak sejatinya sedang mengalami ujian. Termasuk perusahaan negara. Pertamina, sebagai salah satu perusahan raksasa tak luput terkena imbasnya. Seluruh jajaran direksinya sedang diuji oleh pandemi.

Beruntunglah, Pertamina tidak ikut-ikutan panik. Nakhoda biduk Pertamina dikendalikan dengan tenang oleh Direktur Utamanya, Nicke Widyawati. Namun tetap membuat keputusan yang cepat sesuai kondisi yang dihadapi.

Naluri perempuannya membaca gejala dengan teliti. Sebagai seorang ibu, satu hal yang dikedepankan, yaitu melindungi seluruh karyawan Pertamina dari PHK. Sebab, saat itu banyak perusahaan migas telah melakukan pengurangan karyawan demi efisiensi.

Pandemi COVID-19 menyebabkan banyak kegiatan usaha macet. Pembatasan interaksi sosial membuat mobilitas turun drastis. Harga minyak mentah langsung anjlok. Banyak perusahaan migas global yang mengalami kerugian sangat besar.

Menurut data Forbes, hingga semester I 2020 perusahaan migas BP asal Inggris yang rugi USD 6,7 miliar (Rp 98,1 triliun), Total asal Prancis rugi USD 8,4 miliar (Rp 123 triliun), dan yang terburuk Shell asal Belanda rugi USD 18,4 miliar (Rp 270 triliun).

Padahal di Pertamina ada lebih dari 1,2 juta orang tenaga kerja yang terkait, baik dari Pertamina maupun mitra di seluruh ekosistem bisnis Pertamina. Mereka bergantung pada kegiatan operasional Pertamina. Jika operasinya dihentikan, selesai sudah nasib mereka.

Nicke mengambil pilihan sulit untuk terus menjalankan operasi Pertamina sepenuhnya. Ia memikirkan nasib satu juta lebih orang beserta keluarganya itu.  Ia berusaha untuk tidak melakukan PHK dalam kondisi ekonomi yang tertekan. Bagi orang-orang kecil, hal itu akan memperburuk keadaan.

Oleh sebab itu, kegiatan operasional harus terus dijalankan. Sebagai imbasnya, harga BBM terpaksa tidak diturunkan. Terbukti tidak lama kemudian harga minyak mentah kembali naik. Langkah Nicke tepat.

Berkhidmat untuk Bangsa

Pertamina sejatinya bukan perusahaan lumrah sebagaimana umumnya. Sebab di pundaknya diamanatkan tugas yang seringkali berat. Namun seluruhnya harus tuntas. Maka dalam proses operasinya, Pertamina selalu melihat kepentingan negara.

Dalam hal menghadapi pandemi, Pertamina memberikan dukungan penuh pada pemerintah.  Misalnya, menyisihkan anggaran guna membantu Pemerintah dalam penanganan pandemi COVID-19.

Nicke memberikan komando pada Pertamina Group untuk mendukung penanganan COVID-19 itu. Segala hal yang mungkin dilakukan, harus dikerjakan segera. Contohnya, alih fungsi beberapa aset perusahaan menjadi Rumah Sakit Darurat dan Rumah Sakit Rujukan COVID-19.

Tidak hanya berhenti di situ, Pertamina tercatat telah memberikan beragam bantuan senilai total Rp1,4 triliun.

Di luar itu, Nicke memegang teguh komitmen untuk terus merealisasikan proyek-proyek strategis. Proyek itu nantinya dapat menyerap ribuan tenaga kerja. Misalnya proyek pembangunan kilang RDMP & GRR, serta proyek infrastruktur hulu dan hilir lainnya.

Komitmen lainnya, ia berhasil memimpin restrukturisasi lanjutan Pertamina sebagai holding migas, melalui pembentukan subholding. Langkah itu tidak mudah. Sebab ada kecenderungan beberapa pihak yang lebih senang berada dalam zona nyamannya. Namun semua bisa dilalui dengan baik.

Memandang Jauh ke Depan

Pertamina bukan hanya milik generasi lama. Oleh karena itu Nicke konsisten memprioritaskan kemunculan generasi pemimpin di Pertamina. Hal itu dilakukan melalui berbagai program pengembangan human capital seperti catalyser.

Munculnya generasi penerus yang cakap harus dipersiapkan. Mereka tidak muncul begitu saja dari bumi. Orang-orang ini harus ditempa, diarahkan dan diberi kepercayaan.

Keberhasilan lain Nicke adalah merealisasikan program B30 lebih cepat dari target yang ditetapkan Pemerintah. Hal itu membuktikan kesungguhan Pertamina dalam melakukan riset dan ujicoba. Sebab di dalamnya terkandung kesadaran terhadap pentingnya mendorong energi baru dan terbarukan (EBT).

Selama ini Pertamina konsisten menjalankan roadmap bioenergi, yang sudah dimulai sejak 2014. Hal itu ditandai dengan ujicoba green diesel di Cilacap saat itu. Tentu saja dengan niat, untuk menghadirkan energi yang lebih ramah lingkungan.

Untuk mewujudkan hal itu, Pertamina juga menjunjung tinggi prinsip Good Corporate Governance. Karena hanya dengan cara itu cita-cita untuk lebih lincah dan profesional bisa diwujudkan.

Nicke telah mengambil langkah preventif, yaitu melalui kerja sama dengan berbagai lembaga terkait, seperti Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) , Badan Kejaksaan Agung, dan Kepolisian RI. Dengan pengawasan yang ketat itu, ruang gerak oknum yang ingin menyeleweng semakin sulit.

Upaya lainnya adalah meluncurkan Piagam New Pertamina Clean dan mendorong penerapan Sistem Manajemen Anti Penyuapan (SMAP). Program itu sesuai dengan ISO 37001:2016. Semua itu dilakukan untuk menjadikan Pertamina yang lebih kokoh di masa depan.

Tahun 2020, bukanlah tahun yang mudah bagi Pertamina, namun Nicke telah membuktikan kualitas kepemimpinannya. Sebagai seorang perempuan, dengan naluri keibuan, ia menjalankan amanat dengan bijaksana. Pengakuan majalah bergengsi Fortune itu sebagai salah satu buktinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun