Mohon tunggu...
Puji Hastuti
Puji Hastuti Mohon Tunggu... Dosen - DOSEN POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

Dosen Poltekkes Kemenkes Semarang

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Artikel Utama

Preeklampsi : Menakutkan untuk Ibu Hamil?

23 April 2015   10:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:46 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Faktor risiko ke enam adalah hipertensi yang sudah ada sebelum hamil. Ibu yang mengalami hipertensi kronis bisa mengalami preeklampsia berat. Faktor risiko ke tujuh adalah obesitas atau kegemukan. Kegemukan disamping menyebabkan kolesterol tinggi dalam darah juga menyebabkan kerja jantung berat, oleh karena jumlah darah yang berada dalam badan sekitar 15% dari berat badan, maka semakin gemuk seorang semakin banyak pula jumlah darah yang terdapat di dalam tubuh yang berarti makin berat pula fungsi pemompaan jantung sehingga dapat menyumbangkan terjadinya preeklampsia (Bobak, 2005).

Patofisiologi terjadinya preeklampsia adalah terjadi spasme pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasme hebat arteriola glomerulus. Pada beberapa kasus, lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasme, maka tekanan darah dengan akan naik, sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi (Sofian, 2012). Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan oleh penimbunan air yang berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin karena retensi air spasme arteriola sehingga terjadi perubahan pada glomerulus.

Perubahan yang terjadi pada beberapa organ - organ tubuh diantaranya otak yaitu edema yang otak dapat menimbulkan kelainan serebral dan gangguan visus, bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan. Pada plasenta dan rahim dimana aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada preeklampsia dan eklampsia sering terjadi peningkatan tonus rahim dan kepekaannya terhadap rangsang, sehingga terjadi partus prematurus.

Pada ginjal dapat terjadi filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal menurun. Hal ini menyebabkan filtrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun, sampai 50% dari normal sehingga pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria. Pada paru - paru bisa terjadi edema paru. Kematian ibu pada preeklampsia dan eklampsia biasanya disebabkan oleh edema paru yang menimbulkan dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya aspirasi pnemonia, atau abses paru.

Pada mata dapat dijumpai adanya edema retina dan spasme pembuluh darah. Bila terdapat hal - hal tersebut, maka harus dicurigai terjadinya preeklampsia berat. Pada eklampsia dapat terjadi ablasio retina yang disebabkan edema intraokuler dan merupakan salah satu indikasi untuk melakukan terminasi kehamilan. Gejala lain yang dapat menunjukan tanda preeklampsia adalah adanya skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau di dalam retina.

Pada keseimbangan air dan elektrolit untuk preeklampsia ringan biasanya tidak dijumpai perubahan yang nyata pada metabolisme air, elektrolit, kristaloid, dan protein serum. Jadi, tidak terjadi gangguan kesehatan elektrolit. Gula darah, kadar natrium bikarbonat, dan pH darah berada pada batas normal. Pada preeklampsia berat dan eklampsia, kadar gula darah naik sementara, asam laktat dan asam organik lainnya naik, sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini biasanya disebabkan oleh kejang - kejang. Setelah konvulsi selesai zat - zat organik dioksidasi, dan dilepaskan natrium yang lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk natrium bikarbonat. Dengan demikian cadangan alkali dapat kembali pulih normal (Sofian, 2012).

Pencegahan preeklampsia sangat terbatas karena etiologinya belum diketahui secara pasti, oleh karena itu pendekatan yang bijaksana adalah dengan mengidentifikasi wanita yang berisiko. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan teliti dapat menemukan tanda - tanda dini preeklampsia dan dalam hal itu perlu penanganan yang semestinya. Kita perlu lebih waspada akan timbulnya preeklampsia dengan adanya faktor-faktor predisposisi. Walaupun timbulnya preeklampsia tidak dapat dicegah sepenuhnya namun frekuensinya dapat dikurangi dengan pemberian penerangan secukupnya dan pelaksanaan pengawasan yang baik pada wanita hamil. Mengenal secara dini preeklampsia dan merawat penderita tanpa memberikan diuretika dan obat antihipertensi, memang merupakan kemajuan yang penting dari pemeriksaan antenatal yang baik (Varney, 2007)

Kehamilan dengan preeklampsia harus ditangani secara tepat begitu juga pada saat persalinan harus berlangsung secara tepat pula, baik dari pemberian obat - obatan maupun jenis persalinan (persalinan spontan maupun buatan) yang dijadikan sebagai pilihan yang tepat bagi ibu yang mengalami preeklampsia.

Sumber :

Bobak, Dkk. Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC; 2005.

Cuningham, F. Gary, et al. Obstetri Williams Vol.1, Edisi 21. Jakarta: EGC; 2006.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun