Mohon tunggu...
Puji Astuti
Puji Astuti Mohon Tunggu... Guru - Guru SD

Saya adalah seorang Guru SD yang mengajar di SDN 3 Pakel Kecamatan Pule Kabupaten Trenggalek. Untuk menambah ilmu dan pengalaman saya mengikuti Program Guru Penggerak Angkatan 7. Saya tipe orang yang selalu penasaran dengan hal-hal baru, saya selalu berusaha untuk bertanggung jawab dan menyelesaikan tugas tepat waktu. Saya suka berkolaborasi dan berdiskusi bersama.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan ke 7 ( 2.3 Coaching untuk Supervisi Akademik)

19 Maret 2023   12:31 Diperbarui: 21 Mei 2023   07:07 650
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama dua minggu saya belajar banyak hal, utamanya pada eksplorasi konsep saya memahami materi tentang Coaching. Materi ini dimulai dari pengertian coaching, perbedaannya dengan mentoring, training, konseling, dan faslititasi. Secara sekilas mungkin hampir sama, namun ketika dipahami lebih lanjut coaching merupakan suatu proses kolaborasi yang bertujuan untuk menemukan solusi dari masalah yang dihadapi coachee, dengan mengajukan pertanyaan berbobot. Proses coaching lebih mengarah pada memberdayakan bukan mengevaluasi.

Sesuai deskripsi di atas, maka coaching ini sangat cocok dan sesuai di terapkan dalam konteks pendidikan. Coaching merupakan suatu proses memfasilitasi dan mengantarkan coachee untuk memaksimalkan potensi dirinya, sehingga menjadi pribadi yang lebih baik dari sekarang. Coaching lebih mengutamakan untuk menuntun coachee menemukan ide dan gagasan untuk mengatasi masalah dan situasinya sendiri, tidak langsung memberikan solusi ataupun pendapat. Untuk mencapai itu semua maka kita harus bisa menerapkan 4 cara berpikir yaitu, coach dan coachee sebagai mitra belajar, emansipasif, kasih dan persaudaraan, dan ruang perjumpaan pribadi.

Selain 4 hal di atas, dalam melaksanakan coaching kita harus selalu memiliki paradigma berpikir coaching, yaitu 1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan 2. Bersikap terbuka dan ingin tahu 3. Memiliki kesadaran diri yang kuat 4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan. Selanjutnya untuk bisa memberdayakan orang lain, maka kita harus menerapkan prinsip coaching, yang meliputi Kemitraan, Proses Kreatif, dan memaksimalkan potensi.

Sekarang saatnya kita menerapkan coaching dalam supervisi akademik. Dalam melakukan supervisi akademik melalui coaching, hendaknya berpedoman pada 3 kompetensi inti, yaitu Kehadiran Penuh (Presence), Mendengarkan aktif, dan mengajukan pertanyaan berbobot. Dalam mendengarkan aktif, kita harus menghindari Asumsi, Melabel/Jugdment, dan Asosiasi. Untuk mengajukan pertanyaan berbobot kita bisa mendengarkan dengan RASA. Rasa merupakan akronim dari Receive/terima, Appreciate/apresiasi, Summarize/merangkum, dan Ask/Tanya. Percakapan coaching, merupakan hal penting dalam membantu coachee menemukan ide dan mengembangkan potensinya, untuk itu seorang coach harus memiliki alur percakapan yang jelas dan terarah. Salah satu alur yang bisa diterapkan yaitu Alur TIRTA, alur yang dikembangkan dari GROW model. Dari segi bahasa TIRTA berarti air.

Alur percakapan coaching TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang membuat kita memiliki paradigma berpikir, prinsip dan keterampilan coaching untuk memfasilitasi rekan sejawat agar dapat belajar dari situasi yang dihadapi dan membuat keputusan-keputusan bijaksana secara mandiri. Melalui alur percakapan coaching TIRTA, kita diharapkan dapat melakukan pendampingan baik kepada rekan sejawat maupun murid. Alur TIRTA merupakan singkatan dari Tujuan Umum, Identifikasi, Rencana Aksi, dan Tanggung jawab. Alur TIRTA ini bisa diterapkan dalam percakapan untuk perencanaan, Percakapan untuk refleksi, percakapan untuk pemecahan masalah, dan percakapan untuk kalibrasi.

Setelah menerapkan alur TIRTA dalam percakapan supervisi akademik berbasis coaching, maka satu proses yang paling penting yaitu, pemberian umpan balik. Umpan balik yang efektif haruslah bersifat netral sehingga tidak subjektif dan tanpa dasar. Umpan balik ini dapat diberikan dengan pertanyaan Reflektif, dan umpan balik menggunakan data yang valid. Pelaksanaan supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching harus berpegang pada prinsip Kemitraan, Konstruktif,Terencana, Reflektif, Objektif, Berkesinambungan, dan Komprehensif.

Supervisi akademik didasarkan pada kebutuhan dan tujuan sekolah dan dilaksanakan dalam tiga tahapan, yakni perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut. Percakapan coaching tersebut digunakan pada tahapan supervisi akademik baik di tahap perencanaan, pelaksanaan, dan tindak lanjut serta siklus dalam supervisi klinis diantaranya Pra-observasi, Observasi dan Pasca-observasi. Harapannya, dengan adanya penerapan keterampilan coaching dalam supervisi akademik ini kinerja guru sebagai pelayan pendidikan dapat meningkat sehingga memberikan pembelajaran yang bermakna, berpihak pada murid dan membawa murid mencapai keselamatan dan kebahagiaan.

Examination

Materi selama kegiatan sangat memberikan manfaat pada diri saya, yang berperan sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah. Melalui kegiatan ini saya juga belajar untuk menjadi coach bagi rekan sejawat, belajar memberdayakan rekan sejawat sesuai dengan potensi dan kekuatan dirinya.

Setelah memahami materi ini, ternyata selama ini yang saya terapkan pada peserta didik dan rekan sejawat masih jauh dari paradigma berpikir coaching. Selama ini ketika ada siswa yang mengalami masalah dalam belajar ataupun hal lainnya, saya cenderung memberikan solusi secara langsung tanpa meminta mereka memikirkan solusinya sendiri. Pengalaman yang saya rasakan memberdayakan siswa, yaitu sesuai materi modul lalu yaitu segitiga restitusi, hal ini menurut saya ada kesamaan dengan teknik coaching, namun beda. Jika kemarin restitusi, itu ketika ada melakukan kesalahan dan kita panggil, namun pada teknik coaching yaitu, anak itu yang dating sendiri menemui guru/coach untuk dibantu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Berdasarkan ini untuk menjadi coach, maka saya harus menciptakan suasana yang menyenangkan bagi siswa, agar siswa tidak merasa jauh dan takut untuk meminta bantuan kepada saya. Selanjutnya ke depan saya akan berupaya untuk menerapkan coaching dengan alur TIRTA jika membantu siswa yang sedang bermasalah.

Untuk rekan sejawat, hampir sama. Selama ini ketika ada teman yang bercerita dan butuh solusi atas masalahnya saya lebih sering memberikan pendapat sesuai versi dan pengalaman saya, tanpa saya bertanya ide dan gagasan dia. Melalui materi ini, selanjutnya saya akan berupaya menjadi pendengar yang aktif ketika ada teman yang butuh bantuan, berusaha semaksimal mungkin menghilangkan, asumsi, menilai dan asosiasi terhadap situasi yang dihadapi oleh teman tersebut. Memposisikan diri sebagai coach, dengan mengajukan pertanyaan berbobot, membantu coachee mengeluarkan ide, dan solusi sendiri, selanjutnya mengarahkan coachee untuk menyusun rencananya dan tak lupa selalu memberikan umpan balik serta apresiasi yang positif atas gagasan yang disampaikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun