Suatu hari, saya berboncengan dengan seorang guru menuju rumahnya setelah menghadiri sebuah undangan makan sederhana. Sebagaimana biasanya, saya selalu membesarkan daun telinga untuk mendengarkan nasihat-nasihat dari beliau. Di tengah perjalanan, beliau berkata dengan bijak, "Bukan hanya agenda harian yang harus dijadwalkan, tetapi tubuh kita juga butuh jadwal. Ketika sudah waktunya istirahat, abaikan notifikasi di HP, pejamkan mata, dan istirahatlah. Besok pagi baru balas semua pesan yang masuk."
Saya hanya mengangguk setuju sambil berkata dalam hati, "Betul juga, ya."
Sehari sebelumnya, saya baru saja pulih dari penyakit muntaber atau flu perut, yang dalam istilah medis disebut gastroenteritis. Gejalanya termasuk diare, mual, dan muntah, serta sering kali disertai demam. Alhamdulillah, saya hanya mengalami diare dan mual tanpa demam, tetapi tetap saja, kondisinya melemahkan.
Pengalaman ini membuat saya kembali merenungkan pentingnya menjaga kesehatan, termasuk memberi waktu yang cukup untuk tubuh beristirahat. Terlebih di zaman sekarang, di mana gadget menjadi sumber gangguan utama. Padahal, saat tubuh sedang butuh pemulihan, ketergantungan kita pada notifikasi dan layar bisa menghambat proses itu.
Belajar dari Nabi Ayyub AS
Dalam kondisi ini, saya teringat kisah kesabaran Nabi Ayyub AS. Beliau diuji dengan berbagai penderitaan, mulai dari kehilangan harta, penyakit kulit yang berkepanjangan bahkan dijauhi keluarga karena penyakitnya. Namun, di usianya yang ke-51 tahun, di tengah badai cobaan yang melanda, Nabi Ayyub tidak pernah menyerah atau menyalahkan keadaan. Bahkan ketika semua ternaknya mati dan kebunnya rusak, ia tetap bersyukur kepada Allah SWT.
Di tengah penyakit yang dideritanya, Nabi Ayyub terus berusaha mencari kesembuhan, namun tidak sekalipun ia mengeluh. Keimanannya justru semakin kuat. Ia menerima ujiannya dengan lapang dada, meyakini bahwa setiap cobaan pasti datang bersama dengan pertolongan dari Allah. Inilah pelajaran penting yang bisa kita ambil yakni kesabaran dan rasa syukur di tengah ujian hidup adalah kunci untuk bertahan dan bangkit kembali.
Ketika kita dihadapkan pada cobaan hidup, menyerah bukanlah pilihan. Sebaliknya, kita harus tetap bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan dan terus berikhtiar, layaknya Nabi Ayyub. Menyerah hanya akan membuat kita kufur nikmat, tidak mengakui rahmat dan pertolongan Allah yang selalu ada di dekat kita.
Pertolongan Allah Itu Nyata
Sering kali, kita merasa sendirian ketika menghadapi kesulitan. Namun, Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Dalam sebuah hadis qudsi, Allah SWT berfirman, "Aku tergantung pada prasangka hamba-Ku." Artinya, jika kita berprasangka baik kepada Allah, yakin bahwa setiap cobaan memiliki hikmah, maka kita akan menemukan kekuatan dan pelajaran di balik setiap ujian.
Berpikir positif di tengah kesulitan bukan berarti menutup mata terhadap realita, melainkan sebuah bentuk ketawakalan. Dengan demikian, kita bisa menghadapi segala cobaan dengan hati yang tenang dan terus berikhtiar mencari solusi terbaik.
Menjaga Kesehatan adalah Tanggung Jawab Kita
Nasihat guru saya tentang pentingnya istirahat juga mengingatkan saya pada tanggung jawab kita untuk menjaga kesehatan. Kesehatan bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan atau dipandang sepele. Jika kita ingin sehat, pola hidup yang baik harus menjadi prioritas.