Hari ini seperti jawaban dari seluruh penulurusan ilegal kedua orang yang tiba-tiba menjadi akrab karena selembar kertas. Jika aku ceritakan dari awal, mungkin kau juga akan kesal mendengar ujung dari cerita ini. Setelah sekian lama, ternyata jawaban itu adalah kantin.
"Aku benci mengatakan ini, tapi aku tidak mengerti Pak."
"Sora, ini sudah mau pagi. Bagaimana kalau kita lanjutkan besok saja."
"Aku jadi ingat kalau aku belum mengerjakan tugas."
"Tugas apa??"
"Interpretasi arsitektur."
"Mengulang saja semester depan!! Kau akan dapat E!! Karena sering mengantuk di kelas."
Cerita ini belum berhenti. Di balik tembok kantin ada sebuah sumur, nah di sebelah sumur itu ada lubang berbentuk kotak yang di semen. Tidak memerlukan waktu lama untuk menemukannya. Karena semen itu berwarna crimson. Jangan merinding dulu, itu memang sengaja dicat merah. Ia tertimbun di bawah rerumputan lebat. Kami tentu membongkar paksa untuk mengetahui apa yang ada di baliknya.
Sebuah lorong bawah tanah yang lembab dan sempit. Aku khawatir kalau itu adalah sebuah makam. Tapi Pak Satya meyakinkanku bahwa itu adalah sebuah ruangan. Diujung lorong itu ada pintu, juga berwarna crimson.
Pintu inilah yang membuatku dan Pak Satya saling bertanya. Apakah orang-orang itu yang membangunnya atau mereka juga belum pernah sama sekali menemukannya. Melihat dari petunjuk yang mereka tinggalkan sepertinya mereka, Ayahku dan Kakek Pak Satya belum pernah datang ke sini. Lebih tepatnya mereka menyadari keberadaan tempat ini, tapi tidak sempat mengetahui isinya.
"Aku tau kau penasaran dengan pintu itu dan sangat ingin membukanya. Tapi bagaimana kalau itu semacam kotak pandora."