Masya Allah, aku hanya mampu menundukkan pandangan ketika Sang Hafidz Qur'an itu sekilas mengetahui keberadaanku. Aku berlalu dari ruang makan untuk menyambut kedatangan rombongan tamu agung itu dengan perasaan yang bergemuruh di dalan dada.
Muhammad Haikal Abdullah. Nama itu selalu kupanjatkan dalam tiap doa dan sujudku. Muslimah mana yang tak akan bahagia andaikata bisa bersanding dengan seorang muslim pilihan sepertinya. Seorang hafidz Al- Qur'an. Begitupula dengan diriku. Lima tahun mengenalnya saat ia dan Mas Lukman kakakku nyantri di pondok pesantren Krapyak Yogyakarta saat itu telah mulai tumbuh benih-benih cinta di dalam hatiku.
"Balutlah rasa cintamu itu dengan iman dan ketakwaan terhadap rabbul izzati anakku. Temanilah ia dengan cahaya Quran dan Sunnah agar cinta dalam hatimu itu terpelihara kesuciaanya dan terbebas dari api neraka. Hidup, mati, rezeki, dan jodoh telah tertulis dalam lauful mahfudz. Lelaki yang baik untuk wanita yang baik. Wanita yang baik untuk lelaki yang baik. Lelaki yang keji untuk wanita yang keji dan wanita yang keji untuk lelaki yang keji. Persiapkan dirimu dengan sebaik-baiknya untuk layak mendapatkan yang terbaik dengan iman dan ketakwaan."
Aku menangis dalam pangkuan ibunda. Dengan penuh kasih sayang membelai kepala anaknya tiap kali bersedih hati. Kata-kata ibunda laksana embun pagi bagiku.
Sejuk dan menentramkan hati.
***
Lantunan-lantunan ayat-ayat suci yang dikumandangkan Sang Hafidz Qur'an mengalun begitu merdu menggetarkan kalbu. Suasana walimatul ursy kakakku mendadak hening. Semua yang hadir seakan terbius oleh lantunan-lantunan ayat-ayat suci yang dikumandangkan Sang Hafidz. Tak terasa air mataku perlahan jatuh. Akankah Allah Sang Maha Pencipta mengabulkan doa-doa yang kupanjatkan. Wallaahu a'lam bi showab.
***
Usai doa untuk kedua mempelai selesai dipanjatkan para tamu undangan berkesempatan memberi ucapan selamat kepada dua mempelai yang senyum kebahagiaan seolah tak pernah lepas dari wajah mereka.
Kakakku merangkul Sang Hafidz yang juga sekaligus sebagai sahabat karibnya. "Masya Allah Kal, jazakallah khairan katsiron atas doanya. Kapan jenengan nyusul kal?"
Sang hafidz itu hanya tersenyum mendengar gurauan kakakku. "Hehe...doa dari jenengan itulah yang saya harapkan Lukman..."