Siapa dia? Tak lain adalah Gibran Rakabuming Raka.
Gibran  yang kini jadi Wali Kota Surakarta, digadang-gadang mampu bersaing di Ibu Kota. Sebagai anak biologis sekaligus anak idiologis, gaya politik dan gaya kepemimpinan Gibran hampir sama dengan Jokowi. Sama-sama sederhana, tak formal dan gemar semrawung dengan rakyat.
Inilah yang membuat Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan Partai Amanat Nasional (PAN) menyatakan kesiapannya mendukung Gibran dalam Pilkada DKI Jakarta. Dua partai ini menilai, Gibran memiliki potensi kuat memenangkan pertarungan.
Popularitas dan elektabilitas Gibran memang bukan kaleng-kaleng. Saat dicalonkan sebagai Wali Kota Surakarta oleh PDI Perjuangan, partai lain tak berani memunculkan lawan. Jadilah, ia melawan pasangan independent, yang sosoknya juga tak jelas dan cukup meragukan.
Inilah yang membuat PKB dan PAN mulai merayu Gibran mengembangkan sayap politiknya dengan maju di Pilkada Jakarta. Keduanya sangat optimis, Gibran bisa meniru jejak sang bapak.
Tapi apakah sang pemilik sah Gibran, PDI Perjuangan akan merestuinya? Bisa iya bisa tidak.
Munculnya mantan Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini atau yang akrab disapa bu Risma ke Jakarta merupakan tanda-tanda. Dianggap sukses memimpin Surabaya, Risma didapuk jadi Menteri Sosial menggantikan Juliari Batubara yang terjerat kasus korupsi.
Bisa jadi, Risma tidak benar-benar didatangkan untuk menggantikan Juliari. Tapi, ia disiapkan PDIP untuk ikut kontestasi Pilkada DKI.
Tapi sekali lagi, itu hanya asumsi. Tidak menutup kemungkinan, PDI Perjuangan juga melirik Gibran. Putra sulung Jokowi itu memang memiliki daya tarik untuk dicalonkan.
Jika elektabilitasnya menguat dan partai-partai lain sepakat, bisa saja Gibran yang diangkat.
Kalau itu terjadi, kita akan benar-benar menyaksikan dejavu. Bedanya, dejavu ini bukan perasaan yang muncul dalam benak. Melainkan kisah nyata dengan aktor yang berbeda.