PKS) untuk Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo cukup menarik perhatian publik.
Ada berita menarik hari ini. Di tengah kabar pelantikan sejumlah kepala daerah hasil Pilkada 2020 lalu, berita tentang apresiasi dan pujian dari Partai Keadilan Sejahtera (Bukan kaleng-kaleng, pujian dan apresiasi itu dilontarkan langsung oleh Ketua DPP PKS, Mardani Ali Sera. Apresiasi dan pujian itu disampaikan Mardani atas sikap ksatria Ganjar dalam menangani bencana banjir di Jawa Tengah.
Sebelumnya Ganjar memang menjadi perbincangan publik. Saat daerah lain saling menyalahkan soal bencana banjir, Ganjar dengan ksatria mengatakan bahwa banjir di Jateng adalah salahnya. Ia pun siap pasang badan sebagai orang yang paling pantas disalahkan atas terjadinya bencana itu, bukan lainnya.
"Saya yang salah. Yang lain sudah bekerja dengan baik," begitu katanya.
Bravo mas Ganjar!
Begitu teriak Mardani di akun media sosialnya. Mardani menilai, Ganjar berani terbuka terhadap kritik serta berani mengakui kesalahan. Sikap itu lanjut dia membuka perbaikan pada diri seorang pemimpin.
"Namun perlu diiringi membuat skema pencegahan agar kejadian serupa tidak terulang di masa depan," kata Mardani, dikutip detik.com
Ditelaah lebih dalam, teks yang disampaikan Mardani itu memiliki konteks yang sangat dalam. Pemilihan kata 'Bravo' kepada Ganjar mengisyaratkan kebanggaan dan kesenangan Mardani pada Ganjar. Apalagi, teks itu diikuti dengan pernyataan 'pemimpin yang siap dikritik dan disalahkan bisa membuka perbaikan pada diri seorang pemimpin'. Hipotesa awal, Mardani benar-benar tulus memuji dan mengapresiasi sikap ksatria Ganjar.
Jika Ganjar dipuji Megawati atau Jokowi, mungkin hal yang biasa. Tapi ketika Ganjar mendapatkan pujian dari politisi yang kerap berlawanan dengannya, itu merupakan hal yang luar biasa.
Sebagai partai yang memilih beroposisi dengan pemerintah, PKS kerap melontarkan kritikan tajam pada pemerintahan, tak jarang juga untuk Ganjar. Berkali-kali, Mardani menyampaikan kritikan tajam hingga sindiran pedas ke orang nomor satu di Jawa Tengah itu. Masih ingatkan saat Mardani menyentil Ganjar ketika blusukan di Solo bersama calon Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka? Ganjar yang menemani Gibran blusukan itu disebut Mardani sebagai tim sukses dan tidak mendukung upaya good governance.
Lalu kenapa sekarang Mardani yang juga pentolan PKS memuji Ganjar? Tahukah ia konsekuensi dari pernyataannya itu?.
Prasangka baiknya, Mardani semakin dewasa dalam berpolitik. Ia tak hanya mengkritik dan mencibir atas kesalahan pemerintah secara membabi buta, namun juga memuji ketika pemerintah berjalan sesuai harapan yang ada.
Tapi bisa juga ini upaya Mardani untuk mulai memasang ancang-ancang demi menyelamatkan masa depannya. Melihat elektabilitas Ganjar yang terus naik dan prestasi kerjanya yang juga terus menanjak, tak berdosa apabila kita menduga, Mardani mulai merapat ke Ganjar demi kepentingan 2024.
Oktober 2020 ketika sejumlah lembaga survei mengeluarkan hasil survei Ganjar yang terus naik bahkan mengungguli kandidat lainnya, Mardani pernah mengatakan Ganjar punya kelebihan. Selain itu, Ganjar memiliki keuntungan yang membuat namanya kian diusung publik untuk maju Pilpres 2024, salah satunya karena dia berasal dari Jawa.
Hipotesis ini semakin kuat dengan fakta jago-jago PKS yang digadang-gadang mampu berbuat banyak justru mulai melempem. Dengan bergabungnya Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno ke Kabinet Joko Widodo, praktis menutup kesempatan PKS untuk mampu bersaing di kancah Pilpres 2024.
Satu-satunya harapan, kalau boleh saya katakan begitu, adalah Anies Baswedan. Orang nomor satu di DKI Jakarta itu adalah tumpuan PKS untuk merebut singgasana kekuasaan. Namun sepertinya itu cukup berat, mengingat elektabilitas Anies juga masih stagnan. Belum lagi soal isu-isu negatif yang terus merontokkan kepercayaan publik pada mantan Menteri Pendidikan Jokowi ini.
Dalam hal penanganan banjir saja misalnya, Anies dianggap sering blunder dan membuat tingkat kepercayaan publik terus menurun. Dikenal dengan Gubernur yang hanya pandai beretorika, Anies disebut tak mampu menangani persoalan klasik di ibu kota itu. Tak banyak hal yang dilakukan Anies untuk menangani Banjir, justru menebar retorika demi popularitas belaka.
Bahkan terbaru, Anies dengan enteng mencari menuduh banjir Jakarta karena kesalahan Bogor dan Depok sebagai daerah hulu. Dengan seperti itu, Anies seolah hanya menjari kambing hitam atas masalah yang seharusnya menjadi tanggungjawabnya itu.
Anies seolah termakan omongannya sendiri. Masih ingatkan saat ia kampanye dulu, bagaimana ia menilai bahwa banjir bukan salah air, melainkan salah penataan kawasan. Bahkan kalimat yang masih sangat terkenal sampai sekarang adalah, air itu seharusnya dimasukkan ke bumi, bukan dibuang ke laut. Karena melanggar Sunnatullah!.
Beda dengan Ganjar, yang sigap menangani bencana musiman ini. Ia telah mengajak seluruh Bupati/Wali Kota untuk siaga terhadap bencana yang kemungkinan muncul. Upaya mitigasi bencana telah dilakukan, mulai penataan kawasan hilir, penghijauan kawasan hulu serta program-program lainnya. Namun apa boleh dikata, alam menunjukkan kekuatannya. Hujan ekstrem yang melanda, membuat beberapa wilayahnya kebanjiran.
Ganjar bisa saja menyalahkan Bupati/Wali Kota yang pastinya bertanggungjawab atas bencana banjir di daerahnya masing-masing. Namun tidak begitu. Ganjar dengan ksatria menegaskan, bahwa banjir yang melanda Jateng adalah kesalahan Gubernur Jawa Tengah bernama Ganjar Pranowo.
Dengan sikap ksatria itu, Ganjar justru banjir pujian. Orang yang hendak membully Ganjar, menjadi bingung mau menyerang di bagian mana. Lha wong belum disalahkan saja sudah mengakui kesalahannya kok?.
Mungkin itulah kenapa PKS melalui Mardani Ali Sera juga memuji Ganjar. Sikap ksatria Ganjar membuatnya terpukau dan dengan mampu mengusik hati nuraninya untuk mengatakan Ganjar hebat. Meskipun ia memberikan masukan, namun secara langsung Mardani mengakui kehebatan Ganjar dibanding Anies.
Lucu juga ya...
Partai yang mengusung Anies, justru memuji Ganjar. Apa maknanya? Apakah ada udang di balik tepung?.
Disinilah pembelajaran untuk kita semua, bahwa politik itu memang tak dapat ditebak. Tak ada kawan atau lawan dalam dunia perpolitikan kita.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H