Mohon tunggu...
Pujakusuma
Pujakusuma Mohon Tunggu... Freelancer - Mari Berbagi

Ojo Dumeh, Tansah Eling Lan Waspodho...

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gatot Puji UU Cipta Kerja, Rizal Ramli Kebakaran Jenggot

17 Oktober 2020   09:18 Diperbarui: 17 Oktober 2020   09:45 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"UU ini saya tahu tujuannya sangat mulia, karena dengan demikian investasi akan datang kemudian roda ekonomi berputar, eksport banyak, pajak masuk banyak kembali lagi ke masyarakat. Sehingga sandang, pangan, papan bisa terpenuhi," Gatot Nurmantyo.

Jagat dunia Per-KAMI-an terguncang. Tak ada angin, tak ada api, tiba-tiba presidium Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), Gatot Nurmantyo memuji Undang-Undang Cipta kerja. Padahal, undang-undang ini ditolak keras oleh KAMI. Bahkan, akibat undang-undang ini, delapan petinggi KAMI ditangkap polisi.

Alih-alih melakukan konsolidasi menguatkan tekad dan berusaha menyelamatkan loyalisnya, Gatot justru berbalik arah. Dari yang awalnya membenci Undang-Undang Cipta kerja, kini jadi mendukung dan mengamininya. Sejak RUU Cipta kerja disahkan, Gatot beberapa kali mengeluarkan pernyataan keras terkait hal ini.

Apakah Gatot ciut nyali? Atau dia sudah mendapat ilham dan kembali ke jalan yang benar?

Sebagai prajurit TNI dan mantan Panglima, kata ciut nyali mungkin tidak ada dalam diri Gatot. Sejak muda, ia sudah ditempa dengan beragam pendidikan keprajuritan dan pastinya rasa takut sudah tak ada dalam jiwanya.

Nah, dugaan kedua mungkin ada benarnya. Setelah mempelajari dengan seksama Undang-Undang Cipta kerja, Gatot bak mendapat ilham. Ia menjadi sadar bahwa jalan yang ditempuhnya selama bersama KAMI adalah jalan yang salah. Akhirnya, ia memutuskan untuk kembali ke jalan yang benar.

Lalu bagaimana sikap kolega Gatot di KAMI?

Jelas saja, pernyataan Gatot ini langsung mengundang kegaduhan di tubuh organisasi itu. Rizal Ramli misalnya, ia langsung kebakaran jenggot. Meski tak punya jenggot, tapi istilah itu tepat disematkan pada ekonom senior yang juga beberapa kali menduduki jabatan menteri itu. Rizal terkejut dengan pernyataan Gatot dan tak menyangka ia bersikap seperti itu. Bahkan, Rizal mengatakan Gatot sudah seperti seorang juru bicara.

"Lha kok sudah jadi jubir?" sindir Rizal Ramli melalui akun twitternya.

Rizal sepertinya kecewa, sebagai seorang petinggi sekaligus penggagas KAMI, pernyataan Gatot tidaklah relevan. Apalagi saat ini, ada beberapa tokoh KAMI yang ditangkap pihak kepolisian karena disinyalir menjadi biang pemicu kerusuhan demo UU Ciptakerja. Bukannya fokus membebaskan para tokohnya itu, Gatot justru bersikap tidak waras.

"Piye toh? Bukannya keluarin Syahganda, loyalis situ?" ucap Rizal.

Bisa dipastikan, KAMI saat ini sedang kebingungan. Bak anak ayam kehilangan induk, mereka mulai khawatir dengan keberlangsungan organisasi yang digadang mampu menyelamatkan Indonesia dari keterpurukan.

Sebagai mantan Palima TNI, peran Gatot tentu sangatlah sentral dalam perjuangan KAMI. Dengan begitu, apabila benar Gatot telah kembali ke jalan yang lurus, maka KAMI akan limbung sebagai sebuah organisasi. Daya ledak program yang disusun akan berkurang, kepercayaan pengikutnya juga bisa dipertaruhkan.

Penulis yakin, para petinggi KAMI saat ini sedang kebingungan dengan sikap Gatot. Mungkin saja terjadi ketegangan di sana, masing-masing saling menuduh dan tidak percaya.

Akankah KAMI bubar?

Bisa saja, karena masalah ini pasti akan memicu permasalahan lain dalam tubuh KAMI. Meski memiliki sejumlah tokoh penting lain semisal Din Syamsuddin, Rizal Ramli hingga Rocky Gerung, tapi tak bisa memastikan bahwa KAMI bisa selamat dari kehancuran. Mungkin saja KAMI bubar, lalu mereka yang masih ingin melanjutkan perjuangan, membentuk organisasi baru. KAMI Perjuangan atau KAMI Era Baru. Yah seperti partai politik atau group band, saat satu atau dua personilnya keluar, akan muncul nama baru sebagai upaya melanjutkan eksistensi.

Atau??

Ada kemungkinan lain dari berubahnya sikap Gatot terhadap Undang-Undang Cipta kerja. Bisa jadi, ini adalah salah satu strategi Gatot untuk menutup isu lain yang lebih besar dan lebih mengancam masa depan KAMI.

Seperti diketahui, penangkapan petinggi KAMI merupakan bukti bahwa organisasi itu memiliki kepentingan dalam hal politik. Mereka menggerakkan massa untuk melakukan aksi demonstrasi dan menimbulkan kerusuhan, dengan sebaran informasi provokatif, berbau SARA dan kebencian.

Tudingan bahwa KAMI memiliki kaitan dengan aksi demo rusuh di berbagai tempat kemudian berkembang. Gatot sendiri telah membantah tudingan itu, dengan mengatakan KAMI sama sekali tidak terlibat. Bahkan, ia sampai menantang Badan Intelejen Negara (BIN) untuk membuktikannya.

Pernyataan Gatot yang memuji UU Cipta kerja bisa jadi menjadi alat untuk menangkis tudingan-tudingan itu. Sehingga, ia menjadikan dirinya sebagai korban untuk menyelamatkan KAMI. Setting politik dan strategi komunikasi dilakukan agar masyarakat dan pemerintah percaya, bahwa KAMI bukanlah dalang kerusuhan.

Mungkin keresahan penulis juga dirasakan oleh pegiat media sosial, Denny Siregar. Denny menganggap, sikap Gatot sangat aneh karena berbalik arah dengan cepat dari nilai-nilai organisasinya. Melalui akun twitternya, Denny menyampaikan dengan bahasa sindiran, bahwa memang ada yang aneh dari sikap Gatot.

"Beloknya cepat banget, kaya emak-emak naik metik," katanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun