Belum lagi saat pasangan yang diusung menang, arak-arakan di jalanan dan pesta pora sudah pasti tak terhindarkan.
Sebagai seorang kepala negara, Presiden Jokowi sebenarnya bisa mengambil kebijakan menunda Pilkada Serentak tahun ini. Dengan mempertimbangakan masukan sejumlah pihak dan melihat kondisi saat ini, tak akan ada yang menyalahkan jika Jokowi memutuskan menunda pelaksanaan pemilihan kepala daerah. Toh, tidak akan ada yang dirugikan, jika Pilkada Serentak di 270 daerah itu ditunda untuk sementara waktu. Jika kondisi membaik, barulah pesta digelar kembali dengan suka cita.
Atau bisa juga, Jokowi memutuskan Pilkada Serentak 2020 tetap digelar. Tapi, hanya di daerah-daerah yang sudah dinyatakan masuk zona hijau saja yang boleh melaksanakannya. Sementara yang masih zona merah, ditunda sampai kondisi memungkinkan. Saya rasa, cara ini lebih bijak dan pasti berpengaruh positif pada citranya.
Sebagai seorang pengagum Jokowi dan pendukung setia selama Pilpres dua periodenya, saya tentu marah ketika setiap kejadian di Indonesia, selalu Jokowi yang disalahkan. Jalan macet, salah Jokowi, ada banjir salah Jokowi. Semua salah Jokowi. Sepertinya, tak ada yang benar pada diri Jokowi.Â
Dan selama ini, saya selalu marah sekaligus melawan tuduhan-tuduhan tak berdasar itu.
Tapi...
Jika nanti usai Pilkada Serentak 2020 terjadi peningkatan kasus Covid-19 akibat munculnya klaster baru, kali ini saya sepakat bahwa ini salah Jokowi. Itu saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H