Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Usia Dini Lebih Emosional di Era Digital, Apa Ada Hubungannya?

24 Februari 2024   08:05 Diperbarui: 25 Februari 2024   12:46 969
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Klubwanita.com

"Banyak hal yang bisa dipelajari dari anak-anak. Berapa banyak kesabaran yang Anda miliki, misalnya." - Franklin P. Jones.

Aku memiliki teman yang bekerja di Daycare atau tempat penitipan anak dimana ia tidak memiliki latar belakang pendidikan yang sama sepertiku yaitu Pendidikan Anak Usia Dini sebelumnya. 

Oleh karena itu, seringkali ia mengajakku berdiskusi atau bertanya berbagai hal menarik yang ia temui ketika bekerja. Suatu hari, ia bertanya seperti ini, 

"Puj, kamu nyadar gak sih kalau anak-anak sekarang tuh mudah banget marah? Nah, gimana ya kira-kira cara buat mengatasi hal ini?" 

Well, ketika mendapatkan pertanyaan tadi, aku sadar memang sekarang kita sering dipertemuikan dengan momen dimana anak usia dini sering memuncak dengan cepat. 

Bahkan, kita bisa temui dimanapun dari mulai rumah, sekolah, hingga tempat umum. Apakah ini memang tren? Sebuah pertanyaan yang tentunya menarik untuk dijelajahi. 

Apakah era digital juga mengambil peran dari adanya perubahan pola perilaku manusia bernama anak usia dini ini? 

Dalam artikel ini, kita akan coba membahas mengapa anak usia dini saat ini cenderung memiliki masalah dalam pengendalian emosinya, serta mengapa pendidikan emosional menjadi semakin penting untuk ditanamkan sejak dini. 

Jadi, apabila kamu penasaran, aku sarankan kamu untuk membaca artikel ini hingga selesai agar mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan.

Perlu kita sepakati bersama, era digital memang membawa kemudahan dalam akses informasi, namun di sisi lain juga memunculkan tantangan baru dalam hal pengelolaan emosi. 

Kita perlu sadari, anak usia dini terpapar begitu banyak stimulus dari layar gawai mereka, dimana terkadang tanpa pemahaman yang cukup untuk mengelola reaksi emosional mereka terhadapnya. 

Hal ini bisa menjadi salah satu indikator yang bisa menjelaskan mengapa mereka seringkali cenderung mudah terpancing untuk bereaksi dengan marah atau frustasi.

Lantas, orang tua atau pengasuh sebaiknya melakukan apa untuk dapat merespon perilaku yang sudah menjadi tren ini? Nah, salah satu kuncinya adalah dengan pendidikan emosional. Hal ini dapat membantu anak untuk memahami dan mengelola emosi mereka dengan baik. 

Dengan memperkenalkan konsep-konsep seperti pengendalian diri, penyelesaian konflik, empati, dan kita juga pada akhirnya dapat membantu anak untuk membangun keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang lebih seimbang di tengah arus informasi digital yang terus mengalir.

Berbicara terkait perkembangan era digital dan kaitannya pada anak usia dini, satu hal yang penting untuk disorot adalah terkait dampak atau pengaruh yang ia timbulkan. 

Hal ini tentu saja beragam. Seperti halnya dari mulai perubahan perilaku, penyimpangan dari interaksi sosial langsung, adanya paparan konten yang tidak sesuai dengan usia, hingga tantangan dalam pengelolaan emosi di lingkungan digital. Bagaimana maksudnya? 

Misal kita menyoroti perkara perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini mengacu pada perubahan cara anak usia dini berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka, khususnya dalam konteks digital. 

Anak-anak condong untuk lebih tertarik pada perangkat teknologi misalnya gawai atau tablet daripada bermain di luar atau berinteraksi langsung dengan teman sebaya mereka. 

Hal ini dapat berdampak pada menurunnya kemampuan sosial, kurangnya keterampilan komunikasi secara verbal, screen addiction atau ketergantungan pada layar yang berpengaruh pada perkembangan fisik dan kognitif.

Namun, apabila kembali ke pertanyaan utama, apakah ada hubungannya dengan konteks "Anak jadi lebih mudah marah?". Jawabannya adalah, iya. 

Berdasarkan riset yang berjudul "The Association Between Digital Media Use and Later Emotional Problems in Preteens: A Cross-Sectional Study Using the Our Futures Dataset" pada tahun 2020, mengungkapkan bahwa penggunaan media digital pada anak usia dini dapat berhubungan dengan peningkatan risiko masalah emosional di kemudian hari, termasuk kemungkinan anak-anak menjadi lebih mudah marah. Ini menyoroti pentingnya memahami dampak penggunaan teknologi pada perkembangan emosional anak-anak dan mengelola paparan mereka terhadap media digital untuk mendukung kesejahteraan emosional mereka. Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan pengasuh untuk membatasi waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar serta memperkenalkan mereka pada aktivitas di luar ruangan dan interaksi sosial yang seimbang. Selain itu, satu hal yang penting untuk diajarkan kepada anak sejak dini, yaitu pendidikan emosional.

Pendidikan emosional pada anak usia dini, dapat diajarkan melalui dua ranah utama yaitu keluaga dan sekolah. Hal ini menjadi penting karena rumah memang merupakan tempat pertama dimana orangtua memiliki peran sentral dalam penanamannya. 

Sumber: Klubwanita.com
Sumber: Klubwanita.com

Pada konteks pendidikan emosional di keluarga, tujuan dari dilakukannya hal ini adalah untuk membentuk keseimbangan emosional anak sejak dini.

Adapun ruang lingkupnya meliputi pengenalan dan pemahaman terkait berbagai jenis emosi, seperti senang, marah, sedih, dan takut, serta bagaimana cara mengelola emosi tersebut dengan baik.

Jadi sebenarnya, tidak benar juga bahwa anak hanya berpeluang menjadi lebih mudah marah, namun berpotensi memiliki gangguan emosi yang lain juga. 

Kemudian, pendidikan emosional turut mencakup pembelajaran tentang empati dan pengertian terhadap perasaan orang lain, sehingga anak-anak dapat belajar, memahami, dan menghargai adanya perbedaan yang dapat membangun hubungan yang sehat dengan teman sebayanya. 

Melalui pendidikan emosional ini pula, diharapkan anak-anak dapat tumbuh sebagai individu yang lebih tangguh secara emosional dan mampu mengatasi berbagai tantangan kehidupan dengan lebih baik di masa depan.

Berlanjut pada ranah akademik atau sekolah. Strategi yang paling mungkin efektif untuk dilakukan adalah dengan mengintegrasikan pendidikan emosional dalam kurikulum yang digunakan di sekolah. 

Pentingnya integrasi antara pendidikan emosional pada anak usia dini dengan kurikulum di sekolah tidak dapat dipandang sebelah mata. Anak usia dini merupakan masa yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan emosional. 

Oleh karena itu, pendidikan emosional haruslah menjadi bagian penting dari kurikulum yang diterapkan di sekolah. Ada beberapa alasan mengapa integrasi kurikulum dengan pendidikan emosional pada anak usia dini ini menjadi penting, diantaranya. 

Pertama, hal ini akan memberikan dampak yang signifikan dalam pembentukan ketangguhan emosional pada anak dimana mereka mampu untuk melalui berbagai tantangan, serta memiliki hubungan sosial yang sehat.

Kedua, untuk membantu anak usia dini dalam mengembangkan pemahaman diri dan emosi yang lebih baik. Karena melalui pendidikan emosional, selain anak belajar tentang berbagai jenis emosi, namun juga bagaimana merespon emosi tersebut dengan tepat. 

Ketika anak telah mampu melakukan pengelolaan emosi yang baik, maka kesehatan mental mereka juga akan meningkat dimana pada akhirnya akan turut menciptakan lingkungan belajar yang lebih kondusif di sekolah.

Ketiga, akan membantu anak dalam pembentukan hubungan interpersonal dan keterampilan sosial yang sehat. Anak dilatih untuk dapat memahami perasaan dan perspektif dari orang lain, sehingga akan memunculkan rasa empati ketika mereka membangun hubungan sosial dengan teman sebaya atau orang dewasa di sekitar mereka. 

Keterampilan sosial ini tentu saja sangat penting dalam pembentukan kepribadian anak dan dapat membersiapkan anak untuk sukses dalam kehidupan sosial mereka di masa depan.

Keempat, integrasi pendidikan emosional dalam kurikulum sekolah juga akan membantu dalam mengurangi tingkat perilaku yang tidak diinginkan, seperti perilaku agresif dan intimidatif. 

Anak-anak akan diajarkan untuk mengelola kemarahan dan frustrasi mereka dengan cara yang sehat, sehingga mereka tidak melampiaskannya dengan cara yang merugikan diri sendiri atau orang lain. Hal ini akan menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan nyaman bagi semua siswa, serta membantu menciptakan budaya sekolah yang inklusif dan mendukung. 

Terciptanya budaya sekolah yang lebih ramah dan mendukung, dapat berpengaruh selaras pada hadirnya semua siswa yang merasa diterima dan dihargai.

Selain manfaat langsung yang dapat dirasakan pada jangka pendek, integrasi pendidikan emosional pada kurikulum sekolah ini mampu untuk memberikan dampak yang positif dalam jangka panjang. 

Hal ini disebabkan karena anak-anak yang memiliki pemahaman yang baik terkait emosi dan keterampilan sosial yang kuat cenderung memiliki tingkat kesejahteraan yang lebih baik dari segi mental maupun fisik di masa dewasa.

Mereka juga cenderung lebih sukses dalam hubungan pribadi dan professional, karena memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan efektif dan membangun hubungan yang kuat dengan orang lain.

Dengan demikian, integrasi antara pendidikan emosional pada anak usia dini dengan kurikulum di sekolah merupakan langkah yang sangat penting dalam membentuk generasi yang tangguh secara emosional, memiliki keterampilan sosial yang kuat, dan siap menghadapi berbagai tantangan di masa depan. 

Melalui pendidikan emosional yang terintegrasi dengan baik, sekolah dapat berperan sebagai agen perubahan yang positif dalam membentuk individu yang sehat secara emosional dan masyarakat yang lebih baik secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun