Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Anak Usia Dini Lebih Emosional di Era Digital, Apa Ada Hubungannya?

24 Februari 2024   08:05 Diperbarui: 25 Februari 2024   12:46 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kita perlu sadari, anak usia dini terpapar begitu banyak stimulus dari layar gawai mereka, dimana terkadang tanpa pemahaman yang cukup untuk mengelola reaksi emosional mereka terhadapnya. 

Hal ini bisa menjadi salah satu indikator yang bisa menjelaskan mengapa mereka seringkali cenderung mudah terpancing untuk bereaksi dengan marah atau frustasi.

Lantas, orang tua atau pengasuh sebaiknya melakukan apa untuk dapat merespon perilaku yang sudah menjadi tren ini? Nah, salah satu kuncinya adalah dengan pendidikan emosional. Hal ini dapat membantu anak untuk memahami dan mengelola emosi mereka dengan baik. 

Dengan memperkenalkan konsep-konsep seperti pengendalian diri, penyelesaian konflik, empati, dan kita juga pada akhirnya dapat membantu anak untuk membangun keterampilan yang dibutuhkan untuk menjalani kehidupan yang lebih seimbang di tengah arus informasi digital yang terus mengalir.

Berbicara terkait perkembangan era digital dan kaitannya pada anak usia dini, satu hal yang penting untuk disorot adalah terkait dampak atau pengaruh yang ia timbulkan. 

Hal ini tentu saja beragam. Seperti halnya dari mulai perubahan perilaku, penyimpangan dari interaksi sosial langsung, adanya paparan konten yang tidak sesuai dengan usia, hingga tantangan dalam pengelolaan emosi di lingkungan digital. Bagaimana maksudnya? 

Misal kita menyoroti perkara perubahan perilaku. Perubahan perilaku ini mengacu pada perubahan cara anak usia dini berinteraksi dengan lingkungan sekitar mereka, khususnya dalam konteks digital. 

Anak-anak condong untuk lebih tertarik pada perangkat teknologi misalnya gawai atau tablet daripada bermain di luar atau berinteraksi langsung dengan teman sebaya mereka. 

Hal ini dapat berdampak pada menurunnya kemampuan sosial, kurangnya keterampilan komunikasi secara verbal, screen addiction atau ketergantungan pada layar yang berpengaruh pada perkembangan fisik dan kognitif.

Namun, apabila kembali ke pertanyaan utama, apakah ada hubungannya dengan konteks "Anak jadi lebih mudah marah?". Jawabannya adalah, iya. 

Berdasarkan riset yang berjudul "The Association Between Digital Media Use and Later Emotional Problems in Preteens: A Cross-Sectional Study Using the Our Futures Dataset" pada tahun 2020, mengungkapkan bahwa penggunaan media digital pada anak usia dini dapat berhubungan dengan peningkatan risiko masalah emosional di kemudian hari, termasuk kemungkinan anak-anak menjadi lebih mudah marah. Ini menyoroti pentingnya memahami dampak penggunaan teknologi pada perkembangan emosional anak-anak dan mengelola paparan mereka terhadap media digital untuk mendukung kesejahteraan emosional mereka. Oleh karena itu, penting bagi orangtua dan pengasuh untuk membatasi waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar serta memperkenalkan mereka pada aktivitas di luar ruangan dan interaksi sosial yang seimbang. Selain itu, satu hal yang penting untuk diajarkan kepada anak sejak dini, yaitu pendidikan emosional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun