Perasaanku membaik ketika melihat respon Si Anak yang begitu hangat menanggapi interaksi yang aku lakukan di mana puncaknya ia dapat kembali tertawa bahkan sama sekali lupa kalau alasan mereka menangis di awal adalah karena gawainya diambil paksa. Setelah beberapa saat, Si Anak akhirnya tertidur, mungkin karena memang sudah kelelahan.
Ketika hal itu terjadi, aku mencoba untuk mengajak Si Ibu mengobrol dan sedikit berbagi tentang apa yang aku ketahui tentang bagaimana seharusnya dilakukan ketika anak menangis. Memang, aku belum memiliki pengalaman menerapkan pada anak sendiri karena memang belum berkeluarga.Â
Namun, aku merasa memiliki untuk mengedukasi atau memberi tahu dari sedikit yang aku ketahui tadi. Hal lain yang cukup aku syukuri adalah, Si ibu tidak memberikan respon defensif justru menerima apa yang aku sampaikan. Karena memang, aku berusaha sebisa mungkin untuk bersikap atau berkata seolah tanpa menggurui.
Terakhir, aku hanya ingin berpesan terutama kepada para orangtua yang baru memiliki anak atau kamu yang masih sama sepertiku belum berkeluarga atau memiliki anak, perlu untuk mengetahui hal ini. Metode "Cry it Out" atau membiarkan anak menangis jangan pernah sekali-kali kamu gunakan.
Daripada membiarkan, akan lebih baik kalau orangtua memberikan respon perhatian kalau tidak bisa secara verbal setidaknya non-verbal sehingga anak merasa kalau ada orangtua atau seseorang yang peduli dengan kondisi mereka. Melakukan hal ini bukan kemudian memanjakan anak. Melatih kemandirian pada anak agar tidak bergantung kepada orangtua ada waktunya sendiri dan kurang cocok dilakukan kepada anak yang masih berusaha kurang dari 3 tahun. Â Semoga tulisan ini bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H