Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Didatangi Hanya Ketika Ada Maunya? Jangan Mau Jadi People Pleaser Dong

23 Mei 2021   17:07 Diperbarui: 23 Mei 2021   17:07 519
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
People Pleaser Illustration (Sumber: Psychology Today)

"Berterus-terang atas suatu hal yang tak sanggup kamu lakukan tak lantas akan membuat dirimu tak memiliki teman."
-Puja Nor Fajariyah

Ada banyak sekali tipe manusia dalam berteman. Ada yang begitu langgeng dan saling membantu ketika membutuhkan. Namun, ada juga yang hanya datang ketika membutuhkan. Aku memiliki seorang teman yang aku kira dia adalah tipe dari manusia yang suka sekali menyusahkan diri sendiri dengan tak bisa mengatakan 'tidak' kepadanya yang meminta pertolongan. Sebenarnya tak ada masalah dengan hal ini, justru bagus bukan bisa membantu orang lain? Tentu saja bagus, namun yang menjadi masalah adalah ketika temanku ini diam-diam mengeluh atas permintaan tolong orang-orang yang begitu beragam kepadanya. Belum lagi, tentu saja ia juga memiliki banyak hal atau tugas lain yang perlu dilakukan.

Benar saja, temanku ini adalah tipe dari people pleaser. Well, kali ini aku ingin membahas mengenai hal ini lebih dalam dan aku harap kamu membaca tulisan ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan. Kita sadari bahwa bisa jadi kamu adalah termasuk dalam tipe people pleaser ini atau orang terdekatmu seperti ini. Kamu perlu mengetahuinya agar tidak terjebak menjadi sosok ini dalam kehidupan sehari-hari.

Berdasarkan pengertian yang dikutip dari Merriam Webster dan Susan Newman, dalam psikologi People-pleaser ini merupakan sebutan yang ditujukan atas seseorang yang selalu berusaha melakukan atau mengatakan hal yang menyenangkan terhadap orang lain walaupun bertentangan dengan apa yang sebenarnya kamu pikir dan rasakan. Hal ini kamu lakukan sema-mata agar orang lain tidak merasa kecewa atas dirimu.

Kita dapat mengetahui people pleaser ini dari ciri-ciri yang biasa melekat terhadapnya. Salah satunya adalah dengan kecenderungan untuk menaruh kepentingan orang lain atas kepentingan diri sendiri dengan tujuan agar dapat disukai orang lain. Seorang people pleaser akan membentuk dirinya sesuai dengan apa yang orang lain harapkan. Biasanya sih ya, ketika dimintai tolong, ia akan merespon mengiyakan dengan senyuman, namun isi hatinya sebenarnya mengeluarkan bantahan. Kalau hal ini dipendam, maka akan memuncak menjadi amarah bahkan kebencian.

Mengapa hal ini dilakukan oleh para people pleaser? Tidak lain alasannya adalah karena seorang people pleaser memiliki kebutuhan tinggi untuk diterima oleh orang lain. Oleh karena itu, ia akan cenderung setuju dengan apa yang orang lain minta tanpa memperhatikan perasaannya sendiri. Biasanya juga ia terjebak dengan pemikiran bahwa ia akan terlibat akan konflik, dikucilkan atau tidak diterima apabila ia menolak apa yang diharapkan atasnya. Endingnya, seorang people pleaser bukan tidak mungkin terkesan sebagai seseorang yang tidak memiliki pendirian.

Aku sering kali menuliskan dalam beberapa tulisanku sebelumnya akan pentingnya mengenal dan mencintai diri sendiri. Hal ini dilakukan salah satunya adalah agar kamu tidak menjadi people pleaser ini. Sebab, seorang people pleaser biasanya tak sepenuhnya mengenal dirinya sendiri. Ia begitu sulit untuk dapat mengenali apa yang ia rasa atau inginkan sebab terlalu sibuk untuk memperhatikan apa yang orang lain rasakan serta untuk mendahulukan keinginan orang lain. Bahkan, meskipun ia tidak bersalah, ia akan meminta maaf atas orang lain karena menganggap ia memiliki tanggung jawab atas hal itu.

Aku pernah menulis mengenai self-worth mengenai pentingnya kita untuk merasa tinggi atas harga diri kita. Nah, si people pleaser ini adalah kondisi sebaliknya. Ia biasanya memiliki harga diri alias self-worth yang rendah. Bahkan, pujian atau pengakuan orang lain seringkali dijadikan sebagai patokan akan bagaimana ia diterima di masyarakat. Tentu saja ini berbahaya sebab apabila ia berada dalam sebuah hubungan yang toxic, maka ia akan menjadi sosok yang mudah sekali mentolerir diri sendiri dan memaafkan perbuatan toxic yang dilakukan oleh pasangannya.

Benar sih, bahwa menyenangkan hati orang lain juga dapat membuat kita bahagia. Toh kita juga dapat menjalin hubungan yang lebih baik juga apabila kita mempertimbangkan perasaan mereka ketika kita bertindak. Namun, itu dapat terjadi apabila kadarnya masih normal. Kalau sudah berlebihan, justru hal ini dapat menjadi masalah bagi si people pleaser itu atau orang lain disekitarnya. Sebab, karena terlalu berusaha menyenangkan orang lain, sehingga ia menjadi mudah sekali untuk dimanfaatkan oleh orang lain.

 Karena kendali atau pikiran dan perasaan yang minim, hidup seorang people pleaser bisa dibilang cenderung membosankan dan terasa kurang memuaskan.

Tentu saja, tak ada bara kalau tak ada api. Seseorang tak akan menjadi seorang people pleaser kalau tak ada pemicunya. Sebagaimana dengan gangguan perilaku yang lain, pada people pleaser dapat dilihat dari bagaimana masa lalu orang tersebut. Kalau dilihat, bisa jadi seorang people pleaser pada masa lalunya ia dibesarkan oleh sosok atau figur yang tidak dapat menerima perlawanan-perlawanan kecil yang sebenarnya alami. Bisa saja ayah atau ibu yang sering marah besar hanya karena  ia ingin makan sesuatu yang berbeda dari apa yang sudah disiapkan. 

Bisa juga karena ia dibesarkan oleh figur yang rapuh, sehingga ia terbiasa menyembunyikan perkara yang kurang mengenakkan hanya karena menjaga perasaan ayah atau ibunya yang tak pernah memiliki ruang untuk mengungkapkan apapun yang tidak sesuai dengan keinginan figur si pengasuh.

Tentu saja kalau melihat dalam adegan film, kita akan gemas sendiri dan merasa bahwa si people pleaser ini begitu bodoh mau-mau saja dimanfaatkan oleh orang lain. Padahal, kalau melihat dari sisi si people pleaser ini, itu adalah cara yang ia lakukan untuk dapat diterima oleh lingkungan dan mempertahankan eksistensinya. Ia memandang bahwa perbedaan opini merupakan pemicu atas terjadinya sebuah perselisihan dan dapat menyebabkan posisinya menjadi terancam. Sehingga ketika seorang people pleaser dewasa, pola pikir yang terbentuk adalah untuk dapat bertahan hidup dengan selalu menjadi sosok yang diharapkan oleh orang lain.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk dapat keluar dan berhentu menjadi seorang people pleaser adalah dengan menggunakan komunikasi asertif. Maksudnya, kita berterus terang atas apa yang kita rasakan. Kita mengatakan tidak apabila memang sedang tidak bisa membantu,  dan memberikan orang lain kesempatan untuk memahami kita apabila memang kita sanggup untuk membantu dia.

Dengan menggunakan komunikasi asertif ini pula, kamu tidak akan menjadi terbebani dan orang lain juga akan memberikan ruang untuk menghargaimu. Tidak lagi memanfaatkanmu.

Yang perlu digarisbawahi adalah, berkomunikasi asertif ini bukan lantas kamu menjadi kasar atau menolak dengan diksi yang kurang baik atas orang lain yang meminta bantuan. Namun, kamu tetap menggunakan bahasa yang sopan, ramah, menolak dengan senyuman disertai alasan mengapa kamu tidak bisa membantu mereka. 

Kalau benar kamu mengetahui cara lain selain orang yang tengah meminta tolong padamu itu untuk kamu bantu, kamu bisa menyarankan opsi bantuan atau solusi atau orang lain lakukan tadi selain meminta tolong padamu untuk dapat menyelesaikan masalahnya.
Ingat, jangan menyusahkan diri sendiri kalau alam bawah sadarmu tidak menerima kondisi yang seperti itu. Terima kasih sudah mampir membaca dan semoga tulisan ini bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun