Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Barnum Effect, Alasan Mengapa Manusia Begitu Menyukai Ramalan

22 Mei 2021   19:16 Diperbarui: 22 Mei 2021   19:27 568
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Klikdokter.com

"Terkadang kita suka sekali mencari pembenaran, pengkotak-kotakan akan sesuatu yang alam bawah sadar sebenarnya inginkan"
-Puja Nor Fajariyah

Setelah sekian lama tidak bermain Facebook, kemarin aku mencoba membuka laman Facebook milikku. Coba ku scroll ke atas dan ke bawah pada laman beranda. 

Aku menemukan salah satu unggahan yang berisikan tautan sebuah permainan untuk melihat inisial negara yang akan aku datangi di masa depan. 

Karena tertarik, entah mengapa aku tidak salah memainkan permainan tersebut dan hasilnya adalah negara dengan inisial "N" sebagaimana benar adanya aku ingin sekali ke sebuah negara yang memang berinisial N. 

Dari sini kemudian awalnya aku iseng dan memainkan sekali, kemudian aku kembali memainkan lagi dengan jawaban yang sama persis dengan jawabanku sebelumnya kemudian hasil akhirnya menjadi berbeda.

Nah karena ini kemudian kalau aku sadar bahwa tebak-tebakan atau permainan semacam ini tentu saja hasilnya hanya untuk seru-seruan. Dan tak sepenuhnya dapat dipercaya tentunya. Well, karena ini kemudian aku menjadi teringat akan salah satu istilah dalam dunia psikologi yang dalam fenomenanya sama dengan apa yang baru saja aku alami atau mungkin juga kamu sering alami.

Tentu saja, aku yakin pasti ada dari kamu yang memercayai zodiak, shio, weton, atau ramalan lain yang mana kamu merasa kalau apa yang disampaikan tersebut adalah benar kamu rasakan? Atau nih ya, sama seperti aku yang secara tidak sengaja memainkan permainan berupa kuis singkat dengan hasil jawaban yang familiar? 

Dan kali ini aku akan membahas mengenai mengapa manusia kebanyakan seringkali terjebak percaya atas sesuatu seperti apa yang sudah aku sebutkan barusan. So, kalau kamu penasaran mengenai hal ini, aku sarankan kamu untuk membaca tulisan ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan.

Kalau kamu pernah berada di kondisi seperti apa yang aku sebutkan barusan, maka asal kamu tahu, kamu telah dipermainkan oleh sebuah teori dalam psikologi yang bernama Barnum Effect.

Istilah ini juga dikenal dengan nama Forer Effect yang mana dalam pengertiannya adalah sebuah fenomena yang melanda seorang individu saat ia percaya akan sebuah deskripsi yang ditujukan personal atas dirinya. Padahal, deskripsi tersebut sebenarnya ditujukan untuk orang banyak. 

Hal ini berarti, seseorang akan merasa bahwa informasi yang didapatkan untuk dirinya adalah benar dan khusus. Padahal, sebenarnya informasi ini adalah kebetulan dan sangat umum.

Hal ini bukan tanpa alasan secara ilmiah, mengutip dari laman Encyclopedia Britannica, peramal, ahli nujum, pembuat horoskop atau ramalah bintang menggunakan Barnum Effect ini adalah untuk meyakinkan pembaca. 

Dimana, untuk men-trigger bahwa apa yang pembaca baca adalah ditujukan personal kepadanya dan membuat mereka merasa spesial. Itulah mengapa, ketika kamu membaca sebuah ramalan zodiak,arti nama, atau hal lain seolah kondisi yang kamu baca pas sekali dengan kondisi hati dan dirimu saat itu.

Asal kamu tahu saja, penamaan Barnum Effect ini berasal dari nama seorang penggiat hiburan dari negeri Paman Sam, Amerika Serikat yang bernama Phineas Taylor Barnum yang kemudian disingkat P. T. Barnum. Barnum ini adalah sosok yang menjadi inspirasi dibalik film "The Greatest Showman".

Kalau kamu teliti, biasanya penggunaan frase dalam sebuah ramalan bintang dan lainnya itu terlihat begitu spesifik walau sebenarnya umum bukan? Ini yang kemudian dikenal sebagai Barnum Statements. Coba deh dilihat salah satu foto dibawah ini yang mana berisikan ramalan akan arti nama dari aku sendiri.

Tangkapan layar mengenai arti namaku berasal dari permainan di Facebook
Tangkapan layar mengenai arti namaku berasal dari permainan di Facebook

Kalau bisa dilihat terbaca begitu meyakinkan bukan? Proses yang seperti ini adalah sebuah formula bias  kognitif yang bernama subjective validation atau validasi subjektif. 

Seperti biasanya bias kognitif yang lain, ia akan langsung masuk ke otak dan membuahkan pemikiran bahwa frase itu ditujukan langsung kepadamu. Salah satu resep dari Pak Barnum sendiri dalam membuat acaranya sukses adalah "Selalu memiliki hal personal untuk setiap orang". 

Itulah mengapa teori ini menggunakan namanya. Masih sejalan dengan hal ini, seorang psikolog yaitu Barry Beyerstein menuliskan bahwa harapan serta ketidakpastian membangunkan intuisi psikologis terhadap manusia. Ini kemudian yang banyak dimanfaatkan oleh para pebisnis.

Dalam penelitiannya, Barry menuliskan "Otak anda memiliki kecenderungan untuk mengaitkan hal-hal umum untuk menjadi sesuatu yang personal. Tak hanya itu, otak anda juga secara sadar membuang informasi-informasi yang dirasa tidak cocok."

Itulah mengapa, Barnum Effect ini akan dapat berjalan lebih maksimal apabila menggunakan kalimat-kalimat positif dalam penerapannya. Apabila menggunakan kalimat-kalimat negatif, kemungkinan besar seseorang yang membacanya akan menepis informasi yang ada. 

Hal ini sebab tidak sesuai dengan intensi seseorang mengapa membaca sebuah ramalan. Seperti kebanyakan seseorang yang membaca ramalah, biasanya terjadi pada seseorang yang ingin mendapatkan validasi akan sesuatu atau ia yang sedang membutuhkan penguatan positif akan suatu hal dalam dirinya yang ia ragukan.

Kalau sudah mengetahui mengenai hal ini maka aku hendak memberikan sebuah saran mengenai ketika kamu membaca sebuah ramalan, peruntungan dan lain-lain sebisa mungkin kamu jangan terlalu percaya sebab ketika kamu percaya, itu tandanya kamu membiarkan dirimu terjebak larut dalam Barnum Effect ini sendiri. Segala sesuatu yang ada di dunia ini, tidak ada yang sepenuhnya kita ketahui sebab itu semua adalah kehendak dari Tuhan mengapa suatu hal terjadi. Kita cukup mengimani dan mempercayai yang pasti-pasti.

Memang sih, terkadang kita membuka atau membaca sebuah ramalan hanya karena iseng atau ingin memastikan suatu hal saja, namun kalau dipandang lagi itu tak sepenuhnya ada manfaatnya.

Well, itu dia alasan ilmiah dari sudut pandang psikologi  mengapa seseorang bisa percaya dan suka sekali membaca ramalan atasnya. 

Kalau kamu sudah mengetahui hal ini, semoga kamu bisa sadar bahwa apa yang kamu lakukan atau kamu baca itu tak sepenuhnya benar loh ya, jadi jangan terlalu percaya. Terima kasih sudah mampir membaca, semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun