Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Suicidal Thoughts, Palestina, dan Betapa Berharga Sebuah Nyawa

17 Mei 2021   17:03 Diperbarui: 17 Mei 2021   17:13 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ketika di sebuah belahan bumi ada manusia yang kehilangan nyawa bukan karena kemauannya, di belahan bumi lainnya justru ada manusia yang hendak kehilangan nyawanya tanpa dipaksa"
-Puja Nor Fajariyah

Kita tahu bahwa berita yang tengah marak akhir-akhir ini adalah mengenai Palestina dan Israel. Jujur saja setiap kali aku membaca berita, melihat foto, atau menonton video yang beredar dan tersebar di dunia maya, ngilu rasanya. Betapa tidak, betapa banyaknya anak-anak yang kehilangan orang tuanya, orang tua kehilangan anaknya, suami kehilangan istrinya, ataupun sebaliknya. Dari peristiwa yang terjadi tadi, seolah nyawa tidak ada harganya. Orang meninggal bergelimpangan, kekejaman dimana-mana. 

Sempat aku terpikir mengenai bagaimana rasanya perasaan anak-anak usia dini disana yang kehilangan masa kecilnya. Masa yang seharusnya dipenuhi tawa dan bahagia, justru terenggut terganti riuh gemuruh bom, roket, dan genjatan senjata dimana-mana. Sungguh, kalau ditanya lebih kuat mana mentalku dengan anak-anak kecil jalur Gaza, mungkin aku tak ada apa-apanya.

Di satu sisi, tentu saja secara tidak sengaja aku membaca sebuah artikel yang mana isinya seperti ini,

 "Setidaknya satu orang setiap 40 detik meninggal dunia akibat bunuh diri. Dalam setahun, angkanya bisa mencapai 800.000 orang." 

Dan ya, aku terpikir mengenai adanya ketimpangan yang nyata. Bagaimana bisa ketika ada manusia yang nyawanya terenggut dan berjuang mati-matian untuk hidup, namun ada manusia lainnya yang justru ingin kehilangan nyawa. Seolah nyawa yang ia punya tidak lagi berharga sehingga ia memilih untuk mengakhiri hidupnya. Meskipun aku tahu, permasalahan hidup masing-masing manusia itu berbeda, namun aku kira tak jauh lebih berat dari beban hidup manusia yang hidup di wilayah perang. Dimana, pada keadaan antara hidup atau mati mereka masih berjuang mati-matian untuk mempertahankan nyawanya sendiri, keluarga, bahkan kedaulatan negaranya seperti laiknya Palestina.

Dari sini kemudian aku ingin membahas lebih dalam mengenai mengapa seseorang bisa memiliki pemikiran untuk bunuh diri namun dari sudut pandang psikologi. Well, kalau kamu penasaran mengenai hal ini, maka aku sarankan kamu untuk membaca tulisan ini hingga selesai agar kamu mendapatkan insight atas apa yang aku bagikan.

Kalau aku tanya, kapan kira-kira manusia akan memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidupnya atau bunuh diri? Dan ya, biasanya hal ini terjadi ketika ia dilanda masalah yang menurutnya begitu berat dan tak ada cara penyelesaian lagi kecuali mengakhiri hidupnya. Atau kamu sendiri pernah berada di posisi yang seperti ini? Dalam dunia psikologi, hal ini dikenal dengan istilah suicidal thoughts. 

Suicidal thoughts atau pemikiran tentang bunuh diri ini tidak dapat disepelekan dan dalam dunia psikis sendiri, ini sudah termasuk dalam kondisi darurat.

Memang sih, mustahil rasanya kita untuk dapat mengetahui isi hati manusia, termasuk untuk mendiagnosa apakah ia memiliki pemikiran untuk bunuh diri dalam pikirannya. Namun, tentu saja bukan tidak mungkin hal ini ditunjukkan melalui tindakan yang tidak biasa dilakukan oleh seseorang dan berbeda dari biasanya. Nah, dengan adanya perbedaan ini kemudian bisa dijadikan sebagai alarm oleh orang di sekitarnya. Kalau hal ini terjadi pada orang terdekatmu, maka jangan sama sekali kamu untuk abai atau menyepelekan. 

Adapun gejala yang biasanya dapat dijadikan sebagai peringatan munculnya suicidal thoughts dalam pemikiran seseorang, seperti

Pertama, sering berbicara mengenai rasa kesepian dan merasa tak lagi berguna.

Kedua, mengaku bahwa ia tak lagi memiliki alasan untuk hidup.

Ketiga, membuat surat wasiat.

Keempat, mencari cara untuk membeli sesuatu yang berbahaya.

Kelima, tidur terlalu sedikit atau terlalu banyak.

Keenam, makan tidak teratur hingga berat badan turun drastis.

Ketujuh, melakukan perilaku yang deskruktif seperti meminum alkohol berlebih atau mengonsumsi obat terlarang.

Terakhir, menghindari interaksi sosial, merasa cemas terus menerus, mengalami perubahan mood dramatis hingga berbicara tentang bunuh diri sebagai jalan keluar.

Lantas, bagaimana caranya untuk dapat menghadapi suicidal thoughts ini? Well, salah satu prinsip yang harusnya kamu pegang adalah "Setiap masalah apapun dalam hidup pasti ada jalan keluarnya. Namun, tidak dengan bunuh diri" .Ingatlah selalu bahwa bunuh diri ini sama sekali tidak menyelesaikan masalah. Justru, ia akan menambah masalahmu pada akhirnya, nyawamu akan hilang secara sia-sia belum lagi bayangkan bagaimana perasaan keluarga atau orang terdekat yang menyayangimu kalau tahu kamu kehilangan nyawa dengan cara yang sungguh tidak berguna.

Kalau memang kamu atau seseorang kerap mengalami suicidal thoughts, maka cara yang bisa kamu lakukan adalah dengan menghilangkan akses agar kamu melakukan bunuh diri seperti sebisa mungkin menjauhi obat berbahaya pisau, atau senjata lainnya, mengonsumsi obat yang diberikan oleh dokter untuk meringankan efek depresi yang biasanya memicu suicidal thoughts. 

Kemudian yang terakhir adalah cobalah berbicara dan berbagi masalahmu dengan orang lain. Karena, jangan merasa kamu bisa mengelola suicidal thoughts sendirian, bicaralah dengan oran lain. Selain dari profesional, dukungan dari orang terdekat dapat membantu mengatasi tantangan ketika merasa ingin bunuh diri. Dukungan dari kelompok bisa bisa membantu menemukan jalan keluar.
Selain itu semua, kamu juga bisa melakukan pengobatan medis seperti terapi bicara dan terapi peilaku kognitif bisa membantu meredakan suicidal thoughts jika pemicunya masalah mental seperti depresi atau kepribadian ganda. Tidak ada satu hal yang pasti yang memicu seseorang bunuh diri. 

Suicidal thoughts biasanya terjadi sebagai akumulasi kejadian demi kejadian yang terjadi pada seseorang. Beberapa faktor resiko yang dapat berpengaruh meliputi riwayat keluarga pernah bunuh diri, tidak puas dengan pekerjaan, merasa terkungkung, konsumsi alkohol atau obat terlarang berlebihan, pernah mengalami kekerasan, kerap menyaksikan kekerasan, terdiagnosis menderita penyakit serius, menjadi korban perundungan atau bully-ing.

Memang, tidaklah mudah untuk dapat merespon dengan tepat mengenai apakah orang terdekat terpikirkan melakukan suicidal thoughts. Cara yang paling mudah untuk mengetahui hal tersebut adalah dengan bertanya langsung kepadanya. Jangan takut, langsung tanyakan, apakah mereka terpikirkan untuk bunuh diri? 

Namun tentu saja ada beberapa hal yang perlu untuk kamu ingat ketika melakukan percakapan seperti tetap tenang, berbicara dengan nada yakin, validasi emosi lawan bicara, tawarkan dukungan, katakan bahwa pertolongan tersedia untuk membuatnya merasa lebih baik. Jangan sampai yang dikatakan justru kalimat positif namun berarti meremehkan apa yang dirasakan. Cara terbaik untuk menoloh adalah dengan mendengarkan serta menunjukkan dukungan.

Berdasarkan data dari WHO, tercatat bahwa seseorang yang telah melakukan bunuh diri, sebelumnya mereka telah mencoba untuk melakukan upaya bunuh diri setidaknya sebanyak dua puluh kali.

Caranya tentu saja beragam dan tidak diketahui oleh orang sekitar. Itulah mengapa kemudian melakukan pengawasan dan kepedulian terhadap orang di sekitar kita agar upaya bunuh diri ini tidak terjadi. Sebisa mungkin, buat lingkungan yang hangat dan tidak memberi akses untuk percobaan bunuh diri.
Apabila salah satu pemicu bunuh diri karena seseorang merasa sendiri dan terkucil karena pilihan hidupnya, coba cari jalan tengah bersama-sama. 

Jangan sampai masalah semacam itu membuat seseorang merasa tidak berguna dan memutuskan mengakhiri hidupnya. Bahkan setelah masa-masa krisis ini berakhir pun, tetaplah peduli dengan menanyakan kabar mereka. Cara ini bisa dilakukan untuk memastikan suicidal thoughts tidak terulang kembali.

Kalau hal seperti ini sudah teratasi maka tentu saja angka bunuh diri yang tercatat dan aku mention di awal akan tertekan. Semakin banyak orang yang memiliki pikiran positif dan mental yang sehat, maka juga akan menekan angka  orang terpikirkan untuk suicidal thoughts. Aku hanya ingin berpesan, kalau ingin membandingkan mengenai kehidupan hidup, maka bandingkanlah dengan mereka yang ada di bawah kita. Hal ini akan memicu kita untuk bersyukur. Jangan bandingkan dengan kehidupan mereka yang menurut kita hidupnya lebih indah dan bahagia.

 Percayalah bahwa yang namanya hidup selayaknya roda sepeda. Ada masanya di atas, dan ada masanya di bawah. Ketika roda sepeda kita dibawah, kita hanya perlu terus berjalan agar ia naik keatas, bukan lantas mengerem dan mencopot roda tadi dari badan sepedanya. Sama halnya dengan nyawa, ketika kamu merasa hidup yang kamu jalani terasa sulit, teruslah berusaha agar ia membaik. Cari cara agar kamu bisa keluar dari masalah yang kamu hadapi, tapi tidak dengan cara bunuh diri. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun