Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Hindsight Bias, Ketika Firasat Berjalan Tidak Akurat

9 Mei 2021   16:32 Diperbarui: 9 Mei 2021   16:39 962
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kamu percaya firasat gak?"

Bermula dari pertanyaan yang ditujukan oleh salah satu orang terdekatku malam tadi. Entah mengapa, kalau bisa dibilang percaya atau tidak,  ya aku tidak terlalu yakin. Terkadang percaya, terkadang aku pun acuh. Sebab, entah mengapa sesuatu yang sifatnya seperti firasat, ramalan, prediksi dan semacamnya yang tidak bisa direka secara ilmiah ya memang sedikit membingungkan untuk dipercaya atau tidak.

 Dan, berkat pertanyaan dan obrolan malam masih seputar hal ini, aku yang penasaran coba saja mencoba mencari penjelasan ilmiah mengenai hal ini. Aku mulai mencari jurnal-jurnal psikologi dengan bahasan serupa. Namun, karena belum menemukan jawaban yang pas, aku mencoba membuka salah satu buku kuliahku mengenai psikologi kognitif.

 Well, aku menemukan jawaban yang menurutku paling cocok dengan apa yang menjadi bahasan obrolanku malam tadi. Dan aku ingin mencoba berbagi apa yang aku pelajari tadi kepadamu. So, kalau kamu penasaran aku akan membahas mengenai apa, maka aku menyaranmu untuk membaca tulisan ini hingga selesai.

"Lihat kan, aku bilang juga apa? Pasti bakal kaya gini endingnya, kamu sih gak percaya,"

Sering gak sih kamu mendengar kata-kata ini keluar disekitarmu? Mungkin akan keluar dari orangtua ketika kamu tidak menuruti apa yang mereka sarankan dan hasilnya berjalan tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan. Bisa juga dari teman, sahabat, atau bahkan pasangan. Sebenarnya, awalnya kamu bukan tidak mau menuruti atau mendengarkan. Namun, kamu hanya merasa telah mengetahui akan seperti apa akhir sebuah kejadian apabila kamu jalankan.

 Padahal nih ya, kejadiannya aja belum terjadi. Atau, kamu merasa seolah orang tuamu, teman, sahabat, atau pasangannya nampak seperti ahli memprediksi sesuatu? Bisa meramal atau firasatnya selalu berujung benar?
Kalau ternyata hal ini tidak dilakukan oleh orang lain, atau jangan-jangan kamu sendiri yang melakukannya? 

Well, dalam psikologi, hal ini dikenal dengan bias pandang ke belakang, bias kilas balik atau bahasa kerennya adalah hindsight bias. Aku yakin, setiap dari kamu yang membaca tulisanku kali ini pasti pernah merasakan atau melakukan hindsight bias setidaknya satu kali seumur hidupmu. Apakah kamu menyadarinya?

Berbicara mengenai hindsight bias, ini merupakan sebuah kecenderungan seseorang dalam melihat suatu kejadian menjadi lebih dapat diprediksi atau mereka seolah telah mengetahui ending dari kejadian tersebut.

 Ini terjadi setelah mereka mempelajari hasil dari suatu masalah, baik melalui eksperimen maupun mengamati pola kejadian. Padahal, kejadian itu sendiri belum terjadi. Salah satu cirinya juga adalah seseorang tadi cenderung melebih-lebihkan kemampuannya dalam memprediksi sesuatu tadi.

Sebenarnya, mengenai hal ini telah dijelaskan dan dipelajari pertama kali pada tahun 1970-an oleh psikolog yang meneliti mengenai kesalahan dalam pengambilan keputusan dan diberi nama teori "Saya sudah mengetahui selama ini" dan dalam kehidupan sehari-hari kita kenal sebagai hindsight bias.  

Banyak sekali contoh hindsight bias dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya nih ya, kamu hendak melakukan ujian masuk perguruan tinggi. Sebut saja seperti SBM-PTN lah ya. Nah, lalu apa yang akan kamu lakukan? Yap, biasanya kamu akan membaca dan belajar dari soal-soal SBM-PTN pada tahun-tahun sebelumnya. Kamu pun merasa yakin bahwa ada beberapa soal tertentu yang pasti keluar dalam ujian nanti. Dan ya kamu menjadi lebih berfokus untuk belajar materi tertentu tadi. 

Inilah hindsight bias, ketika kamu sudah mulai memprediksi soal-soal apa saja yang akan keluar di ujian nanti berdasarkan pengalaman soal-soal ujian sebelumnya padahal kamu belum tahu akhirnya nanti ketika ujian soal mana yang benar-benar akan lebih banyak keluar.

Bias kilas balik ini akan merasa keukeuh bahwa mereka telah mengetahui soal apa yang akan keluar ketika ujian. Berdasarkan pada asumsi tersebut kemudian, mereka yang terlalu berfokus belajar materi tertentu saja memiliki kemungkinan untuk gagal dalam mempelajadi materi lain secara mumpuni.

Well, ternyata betul nih, pas udah ujian, materi yang keluar sama sekali berbeda dengan apa yang diprediksi diawal atau justru materi yang keluar memang benar sesuai perkiraan. Karena memang fifty-fifty kemungkinannya. Nah, ketika prediksi kamu ternyata berhasil, maka sikap yang tidak lain tidak bisa kamu hindari adalah melebih-lebihkan.

"Kan, apa aku bilang. Soal-soal ini tuh pasti keluar. Untung gaperlu repot-repot belajar banyak materi lain!"

Atau nih ya, kalau ternyata prediksi tidak sesuai dengan perkiraan atau firasat, maka yang terjadi adalah akan merasa menyesal serta menyadarkan bahwa kamu memang tidak mengetahui segalanya.

Alasan mengapa seseorang memiliki kecenderungan hindsight bias adalah dikarenakan ada tiga variabel yang mendorong seseorang tersebut. Yaitu kognisi, metakognisi, serta motivasi. Sedangkan penjelasan mengenai hal ini adalah sebagai berikut.

Pertama, kognisi.
Berdasarkan fakta, manusia memiliki kecenderungan salah mengingat prediksi awal pada suatu peristiwa dan lebih mudah mengingat informasi di masa sekarang, lalu memfiksasi hasilnya. Berdasarkan studi dalam Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory, and Cognition, orang secara otomatis akan memperbarui pengetahuan mereka dengan informasi baru, sehingga membuat informasi asli tidak dapat diakses.

Kedua, metakognisi.
Manusia mudah dalam hal memahami bagaimana atau mengapa sebuah peristiwa terjadi, sehingga karena hal tersebut, sebuah peristiwa menjadi tampak lebih mudah diprediksi.

Ketiga, motivasi.
Manusia memang menyukai dan menganggap bahwa hal-hal yang terjadi di dunia ini mudah untuk diprediksi.
Kalau kita lihat, hindsight bias ini pada akhirnya akan menimbulkan sebuah masalah potensial dalam kehidupan seseorang. Percaya atau tidak, ia akan membuat seorang manusia percaya diri terlalu berlebihan dan biasanya mengakibatkan cara mereka dalam mengambil keputusan adalah melibatkan terlalu banyak risiko yang tidak diperlukan. Selain hal tersebut, hindsight bias juga dapat membuat seseorang tidak belajar dari masa lalu.

Bukan tanpa alasan, ini terjadi sebab hindsight bias mampu menciptakan ilusi pemahaman masa lalu dan membuat orang keliru dalam memahami bahwa seolah mereka memiliki pandangan masa depan atau intuisi yang begitu luar biasa.

Kalau memang hal ini sering kamu alami, masih ada cara yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi bias kilas balik ini, diantaranya pertama, kamu perlu sadar bahwa masa depan tidak dapat diprediksi. 

Kedua, ketika kamu hendak melakukan sebuah pengambilan keputusan, lakukan dengan berdasar pada data, jangan berdasar perkiraan saja. 

Ketiga, luangkan waktu yang kamu miliki untuk berpikir secara eksplisit atau menyeluruh mengenai mengapa sesuatu terjadi tidak sesuai dengan apa yang kamu prediksi. 

Dan yang terakhir, Mengutip dari Verywell Mind, peneliti Roese dan Vohs turut menyarankan kepada manusia untuk selalu melakukan pertimbangan akan hal-hal yang mungkin telah terjadi namun tidak terjadi.

Itu tadi, sedikit ulasanku mengenai hindsight bias yang aku tulis dikarenakan terpacu rasa penasaran atas sebuah topik obrolan malam. Barangkali, kita yang selama ini selalu terjebak dalam ramalan, firasat, atau prediksi-prediksi tanpa data ternyata telah terjebak dalam hindsight bias yang orang lain atau otak kita sendiri ciptakan. Semoga tulisan ini bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun