Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Bukan Tanda Kegilaan atau Depresi, Ini Penjelasan Mengenai "Call of The Void" yang Perlu Kamu Ketahui

22 Februari 2021   10:59 Diperbarui: 22 Februari 2021   23:17 10389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Biasanya perasaan atau pemikiran yang muncul tadi berasal dari alam bawah sadar yang hanya berkutat pada pemikiran di otak dan secara tidak sadar memunculkan refleks yang kamu sendiri tidak menyadarinya secara penuh mengapa kamu melakukannya. 

Ilustrasi (Sumber: weheartit.com)
Ilustrasi (Sumber: weheartit.com)
Call of the void ini erat kaitannya dengan contoh yang aku ungkap di awal tadi, seperti keinginan untuk melompat dari ketinggian atau melakukan tindakan membahayakan lainnya.

Berbicara mengenai melompat dari ketinggian, ini dikenal dengan istilah "High Place Phenomena (HPP)", di mana ada seorang Associate Professor dari The Faculty of Psychology University of Miami bernama April Smith yang berpendapat bahwasanya HPP ini sebenarnya menunjukkan keinginan seseorang untuk hidup

"Lah kok bisa? Bukannya kalau mau terjun kita justru sebaliknya?

Hasil penelitian Smith mengenai HPP menunjukkan fakta mengejutkan bahwa dari total 50 persen responden mengatakan bahwa mereka pernah mengalaminya. 

Smith meyakini bahwa HPP ini adalah hasil dari miskomunikasi yang terjadi pada otak manusia. Balik lagi ke contoh pertama tadi dan memang aku alami. 

Ketika aku pertama kali berada di samping jembatan dan memiliki keinginan untuk melompat, justru otak memberikan alarm kepadaku untuk melakukan hal sebaliknya yaitu "mundur!" dan secara tidak sadar, aku pun mundur. Nah setelah mundur aku kembali sadar dan terpikir, "Lah kok aku mundur? Kan aku juga gak mau lompat ke bawah" seperti itu.

Selanjutnya, HPP ini juga sering kali disangkut pautkan dengan tindakan bunuh diri. Padahal, tidak seperti itu. 

Kembali, Smith memaparkan bahwa jika pikiran individu terhadap HPP itu sebenarnya dua hal yang berbeda. Terlebih, apabila individu tersebut tengah mengalami depresi dan berpikir untuk mengakhiri hidupnya. 

Kesalahan persepsi yang seringkali terjadi adalah mengaggap bahwa ketika seseorang memiliki pemikiran untuk melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh sesuatu itu merupakan impulsif. Padahal, tidak!

Smith mengungkapkan bahwa HPP tersebut hanya sebagian kecil dari pikiran impulsif. Ketika dilanda HPP, seseorang yang memiliki pemikiran yang sehat akan menganggapi hal tersebut sebagai sinyal bahaya. Dan pada orang yang berada pada kondisi sebaliknya, ketika pemikirannya sedang kurang sehat maka akan menanggapinya sebagai sebuah dorongan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun