"Tresno Jalaran Soko Kulino,"
Dua hari yang lalu, aku melakukan perjalanan dari Kota Pasuruan ke Surabaya menggunakan Bus. Dan, seperti biasanya bus ekonomi, tak pernah sepi dengan adanya pengamen.Â
Biasanya genre yang akrab dipilih oleh pengamen Jawa Timur-an adalah lagu dangdut atau koplo kontemporer ala Didi Kempot yang menggunakan bahasa Jawa, tapi sore itu pengamennya memilih menyanyikan sebuah lagu pop lawas yang populer tahun 90-an yang meskipun aku di tahun itu belum lahir, namun cukup familiar. Liriknya begini,
"Aku bisa membuatmu, jatuh cinta kepadaku, meski kau tak cinta, kepadaku..."
Lagu ini aku ketahui sebenarnya pertama kali saat aku baru mengenal yang namanya istilah cinta monyet. Iya, meskipun itu lagu lama, tapi aku memang sudah mengenalnya sejak di fase usia sekolah menengah.Â
Buat aku yang dulu belum mengetahui mengenai romance dan cinta, tapi masa-masa tadi sudah sewajarnya yang aku ingat adalah masa-masanya sering banget galau, sakit hati karena memendam perasaan.
Nah dengan mendengar lagu itu aku seolah mendapatkan sebuah insight atau pandangan baru aja gitu mengenai cinta dan romansa. Aku jadi terpikir, apakah bisa membuat orang yang tidak cinta menjadi muncul perasaan cinta hanya dengan membuat ia terbiasa?
Dan yaudah aja gitu, sering ngobrol, chatting, pulang bareng, atau sekedar bertemu atau keluar bareng, dan aktivitas lain yang juga dilakukan barengan. Aku pun jadi ingat sebuah pepatah Jawa yang aku kutip di awal tulisan ini,
"Tresno jalaran soko kulino,"
 artinya, "Cinta ada dari terbiasa,"