Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Compulsive Buying Disorder, Peluang Gangguan Kesehatan Mental dari Kebiasaan Belanja

16 November 2020   15:43 Diperbarui: 16 November 2020   19:30 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja (Sumber: pexels.com)

Nah, misalkan nih ya, aku selalu stres setiap kali pekerjaan aku menuju deadline, terus habis itu gak kelar-kelar gitu. Nah, aku stres tuh, nah jadi yaudah bagaimana caranya agar aku tidak stres. Yang bisa aku lakukan ya bagaimana caranya agar pekerjaan aku selesai sebelum deadline atau misalnya kamu selalu stres kalau misalkan kamu ngobrol dengan pasangan kamu, nah jadi yang bisa kamu lakukan adalah, yaudah putusin aja. Karena kalau cuma bawa stres doang, ya ngapain hubungan kamu dilanjutin ya kan? 

Dan ada juga sebenarnya cara-cara kecil yang mungkin bisa lebih efektif kaya misalnya kamu coba menonton film yang kamu suka, dengerin lagu favorit kamu, olahraga atau apapun kegiatan positif yang bisa membuat kamu merasa lebih baik daripada sebelumnya. Dan stresmu terhalangi, dan kamu gak jadi belanja. 

Nah, tapi kalau kamu merasa kesulitan menggunakan tips-tips atau cara-cara yang aku katakan tadi, mungkin ada baiknya kamu untuk konseling dengan psikolog deh, soalnya permasalah compulsive buying ini kemungkinan muncul karena adanya masalah salam aspek psikologis kamu. 

Hal yang bisa membuat kamu kesulitan untuk mengurangi atau mengatasi permasalahan itu sendiri. Dengan melakukan konseling kamu bisa benar-benar dibantu untuk mengetahui masalah yang kamu alami dan bagaimana menghadapinya. Karena, para psikolog udah terlatih untuk mengatasi hal semacam ini.

Nah, itu dia penjelasan mengenai compulsive buying disorder ini, semoga kamu bisa mulai mengidentifikasi apakah ciri-cirinya ada dalam diri kamu, kalau iya kamu bisa mulai pergi ke profesional untuk memastikannya. Ingat, say no to self diagnose ya!

Yuk terus peduli dan menjaga kesehatan mental kita, karena mental yang sehat menciptakan diri yang sehat pula. 

Semoga tulisan ini bermanfaat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun