Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Compulsive Buying Disorder, Peluang Gangguan Kesehatan Mental dari Kebiasaan Belanja

16 November 2020   15:43 Diperbarui: 16 November 2020   19:30 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi belanja (Sumber: pexels.com)

Setelah itu, ya barangkali merasa nyesel dan stres karena banyak hutang atau bermasalah sama orang yang ngasih uang. Bisa orangtua, pasangan, atau bisa siapa pun.

Masalahnya, ingat kan tadi, orang ini belanja gara-gara ia tertekan. Nah, coba deh kamu bayangkan, dia gara-gara belanja terus uangnya habis terus tertekan lagi. Bahkan dorongan buat belanja itu muncul lagi padahal uangnya gak ada, susah kan? 

Jadi, di ranah psikologi klinis, compulsive buying disorder ini termasuk dalam diagnosis klinis karena dia itu serupa dengan fenomena adiksi atau kecanduan. Kecanduan itu apa?

Nah, adiksi ini adalah gangguan di mana seseorang memiliki dorongan untuk melakukan suatu hal yang membuatnya merasa senang dan terhindar dari perasaan gak enak, meskipun dia tahu kalau hal tersebut berdampak negatif. 

Kayak contoh misalkan nih ya, kamu tau ada orang yang kecanduan apa gitu, kecanduan merokok atau alkohol, kalau kamu tanyakan kenapa sih mereka suka? Karena hal-hal tersebut bisa membuat mereka bahagia sesaat, padahal mereka tahu kalau itu semua efeknya gak baik dalam jangka panjang. Nah, kecanduan itu seperti itu.

Pada compulsive buying disorder, seseorang yang memiliki gangguan tersebut, bisa jadi sama tuh seperti itu. Ia punya kebiasaan untuk terus menerus belanja, untuk menghilangkan stres atau perasaan negatif lainnya. 

Mereka terus terdorong untuk melakukan hal ini meskipun mereka merasakan perasaan negatif seperti perasaan menyesal, stres karena tidak bisa bayar tagihan kartu kredit, atau kena masalah dengan orang lain. 

Jadi, kalau kamu merasa kamu sering belanja kalau lagi bete, susah buat berhenti walaupun kamu sudah menghamburkan banyak duit dan menyesal karena itu, dan kartu kredit kamu hampir selalu penuh limitnya setiap saat, ada kemungkinan kamu memiliki masalah ini sih. 

Tapi ya, aku juga tidak bisa berbicara secara pasti juga, karena aku juga tidak mengetahui kisah detail seperti apa yang kamu rasa dan alami. 

Nah, untuk mengetahui secara detail, apabila kamu sudah memiliki ciri-ciri tadi, pastikan dengan pergi ke psikolog atau psikiater.

Tapi paling enggak, aku bisa memberi kamu beberapa tips yang bisa kamu coba terapkan kalau kamu mau meminimalisir masalah compulsive buying disorder yang mungkin kamu punya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun