Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Ajak Anak Bereksperimen, Ajar Anak Berkompeten

5 November 2020   04:48 Diperbarui: 5 November 2020   04:50 200
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Pada level anak usia dini, tentu saja eksperimen perlu diajar dan dibiasakan dimana goalsnya sendiri adalah untuk mengasah kompetensi yang dimiliki oleh anak.

Berbicara mengenai eksperimen, ingat tidak dengan penemuan-penemuan yang dilakukan oleh para ilmuwan? Iya, semua hal tadi berawal dari eksperimen-eksperimen yang gagal kemudian terus saja dicoba hingga berhasil dan pada akhirnya menghasilkan sebuah penemuan. Pada anak usia dini tentu saja sama, secara hiperbola, anak yang melakukan eksperimen dan ia berhasil, ia telah membuat sebuah penemuan baru dalam level dirinya sendiri.

Aku ingat, ketika aku masih berusia dini, aku pernah membuat sebuah penemuan dengan mencoba membuat mahkota dari daun-daun kering dan daun-daun yang masih segar. 

Hal ini terjadi sebab aku yang memang suka sekali memanjat pohon, aku lupa awal mulanya, yang aku ingat hanya saat aku terpikirkan untuk membuat mahkota dari daun. Maklum, sepertinya saat itu aku sedang mengkhayal menjadi Princess tapi terlalu takut minta uang ke bapak dan ibu untuk membeli mahkota yang sebenarnya. Istilah keren yang mungkin aku kenal sekarang yaitu,

 "The Power of Kepepet" . 

Ya, aku iseng saja merangkai daun-daun yang jatuh dan masih berada di ranting dan aku satukan dengan streples. Aku ingat sekali betap girangnya aku ketika mengetahui perbedaan dari dua mahkota yang aku buat. 

Dimana, ternyata mahkota dari daun yang sudah kering lebih awet daripada mahkota dari daun yang masih segar. Dan dari sana, aku dengan bangganya memperlihatkan mahkota buatanku ke teman-teman dimana berujung aku dengan sangat percaya diri mengajari teman-temanku yang lain bagaimana cara membuat mahkota dari daun seperti yang sudah aku buat.

Dari sana aku juga lebih meyakini bahwa eksperimen juga bisa meningkatkan rasa percaya diri anak. Dimana, ketika hal tersebut sudah terjadi, anak menjadi lebih terpacu lagi untuk mencoba hal-hal baru lainnya, untuk membuat 'penemuan-penemuan' baru lainnya. 

Aku yakini, hal ini juga tidak semata-mata langsung terjadi. Kebiasaan ini ada, karena aku melihat apa yang bapakku lakukan. Bapak, seorang pekerja meubel. Ia, bapak bisa membuat berbagai macam barang dari kayu, mulai dari lemari, kursi, meja, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dan, bapak sering menanamkan nilai pada anak-anaknya bahwa selain meniru, kita perlu untuk mencoba melakukan sebuah hal yang baru dengan cara kita sendiri. Sebab, kalau hanya meniru apa yang sudah ada, maka keahlian kita tidak akan berkembang. Tapi, ketika kita mencoba suatu hal baru dan gagal, itu jauh lebih baik.

 Dimana, dari kegagalan tadi sudah sepatutnya memacu rasa penasaran kita untuk membandingkan dan terus mencoba kembali bagaimana caranya agar bisa berhasil. Kalau mengutip dari kata-kata Jeff Bezos pendiri Amazon yang aku tuliskan di awal tadi, 

bukan termasuk eksperimen namanya ketika kita sudah  tahu hasilnya akan berhasil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun