Yuk coba deh dipikirkan lagi, kalau kamu yang membaca tulisan ini adalah orangtua, pemberi kalung yang begitu disayangi oleh anak tadi. Lalu tahu kalungnya telah dibuang dan hilang. Apa yang kira-kira kamu rasakan? Sedih bukan? Atau malah marah kepada anak kenapa kalung tersebut dibuang?Â
Ya aku hanya bisa menduga-duga. Tapi, semoga saja kamu tidak menjadi salah satu dari alasan anak untuk membung kalung yang ia miliki tadi. Kamu tidak menjadi salah satu dari alasan anak untuk mengusir bakat yang ia miliki tadi.
Terakhir, aku memiliki pesan. Benar kata pepatah yang mengatakan, hati-hati menjaga lisan, menjaga omongan. Sebab, ia mampu mematahkan, dan memotong satu hal yang terkadang tidak nampak di kenyataan.Â
Jangan sampai, kamu menjadi salah seorang dari mereka yang sukanya nyinyir, ketika melihat sesuatu. Sudah sepatutnya, kamu lebih bijak dalam membaca keadaan.
Ketika melihat ada anak usia dini yang memiliki kalung dalam makna "bakat" itu tadi, janganlah nyinyir. Hati-hati bakat anak terusir. Jadilah pemberi semangat serta alasan bagi anak untuk lebih lagi menyanyangi kalung yang ia miliki. Ketika ia menyayangi kalung tersebut, sudah pasti ia akan menjaganya dengan sebaik mungkin.
Bagaimana, mau menjadi salah satu alasan untuk anak dapat menyayangi, atau malah alasan anak membuang kalung kesayangannya?
Semoga tulisan ini bermanfaat....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H