Mohon tunggu...
Puja Nor Fajariyah
Puja Nor Fajariyah Mohon Tunggu... Penulis - Lecturer Assistant, Early Childhood Enthusiast

Kia Ora! Find me on ig @puja.nf

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Orangtua Nyinyir, Bakat Anak Terusir

11 September 2020   07:02 Diperbarui: 12 September 2020   03:02 824
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dahsyat banget bukan dampak dari sebuah nyinyiran yang tak semestinya anak kecil dapatkan? 

Mengapa aku menggunakan konotasi bakat anak terusir, bukankah seharusnya terkubur? Sebab, menurutku antara terusir dan terkubur memiliki beda pemaknaan. 

Sebuah bakat terkubur itu karena tidak diasah sejak kecil. Makanya, bakat itu kemudian terkubur namun masih ada kemungkinan untuk kembali muncul apabila digali.

Misalkan nih ya, temanku yang suka bernyanyi tadi, ia memiliki bakat dalam dunia tarik suara, tapi karena ia enggan bernyanyi dan tak pernah melatih kemampuan nyanyinya, maka bakatnya akan terkubur atau tenggelam. 

Kalau kamu membaca tulisanku yang sebelumnya yang berjudul "Sama yang Berbeda: Otak, Pikir, dan Anak", di sana aku menekankan bahwa setiap anak itu memiliki yang namanya bakat lahiriah. Sebab faktor keturunan dan dipengaruhi juga oleh lingkungan.

Nah, bakat yang terkubur tadi dapat digali dan kembali muncul apabila lingkungan mendukungnya. Seperti, orangtua temanku sadar, bahwa anaknya memiliki bakat dalam bernyanyi, kemudian keduanya mendaftarkan temanku ke tempat les privat musik. Seiring berjalannya waktu, akhirnya bakat temanku bahkan menjadi lebih terasah dan luar biasa.

Lain halnya dengan sebuah bakat yang terusir. Terusir di sini, sebab bakat itu sudah tidak lagi dianggap hal yang istimewa. 

Ketika sebuah bakat terusir, untuk dapat kembali, diasah, serta dilatih menjadi sangat sulit. Bayangkan saja, kamu memiliki sebuah kalung yang paling kamu sukai, kemudian ada orang yang mengatakan,"Ih, cuma kalung kaya gitu doang, banyak kok kalung yang lebih bagus. Ngapain juga menyayangi kalung kaya gitu".

Kira-kira apa yang akan kamu lakukan pada kalung yang kamu miliki setelah mendengar kata yang seperti itu? 

Ada banyak kemungkinan. Kemungkinan pertama, kamu akan melepas kalung itu. Kedua, menyembunyikannya. Kemungkinan ketiga atau bahkan yang paling buruk adalah membuangnya. Sama halnya kalung tadi dengan sebuah bakat. 

Suatu kelebihan yang dimiliki oleh seorang anak usia dini, yang sepatutnya wajar apabila ia membanggakan dan berlanjut mengasahanya, bukan justru hilang dengan disengaja karena nilai berharganya telah dipatahkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun