Adapun yang kedua, adalah pola pikir divergen yang mana seperti pada anak pertama dosen saya. Pola pikir divergen biasanya cenderung baru dan tidak biasa. Solusi yang dimunculkan sifatnya unik dalam menghadapi permasalahan yang ada.
 Sederhananya, adalah beda antara berpikir ilmiah dengan berpikir kreatif.Â
Tidak ada yang salah dari keduanya, yang membedakan hanya proses dalam mereka menghadapi permasalahan yang ada. Saya ingatkan kembali, Otak akan berpikir, ketika dihadapkan pada sebuah permasalahan. Perihal beda cara berpikirnnya, tidak ada yang salah disana.
Apakah pola berpikir seperti ini hanya terjadi pada anak-anak? jelas tidak. Hal ini akan berlanjut hingga anak-anak tersebut menjadi orang dewasa. Mengapa perbedaan dalam berpikir ini mulai dapat dilihat sejak masa anak usia dini? Sebab, ketika anak tersebut masih bayi, mereka belum dapat memahami dan menggunakan fungsi otak mereka. Mereka mulai menggunakan otak mereka untuk menyelesaikan masalah yang mereka hadapi adalah ketika mereka mulai bisa berpikir secara mandiri.
Apakah pola berpikir seseorang dapat berubah? Tentu saja. Banyak hal yang mempengaruhi itu semua, dan yang paling mempengaruhi adalah seberapa sering dan biasa kita menggunakan otak kita untuk berpikir khususnya secara kritis dan kreatif.
Terakhir, tak apa menjadi berbeda. Semua hal tak selalu harus berujung sama. Menyenangkan juga menjadi pribadi yang berbeda. Menyenangkan juga memiliki cara berpikir yang berbeda. Sekian dulu sedikit pembahasan mengenai otak, pikir dan anak dari aku. Semoga sampai di ujung sini, kebingunganmu di awal dapat terjawab. Kalau belum, berikan saran agar aku dapat terus berkembang.
Semangat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H