Apakah pertengkaran sehari-hari antar saudara adalah pertanda kedekatan? Atau pertengkaran itu merupakan efek dari persaingan abadi antarsaudara untuk memperebutkan perhatian orangtua?
Menjadi keinginan setiap orangtua memiliki anak-anak yang hidup rukun, akrab serta hubungan yang hangat. Namun, tidak sedikit malah sebaliknya. Anak-anak mereka selalu bertengkar setiap harinya.Â
Respon orangtua terhadap hal ini pun beragam, ada yang merasakan kekhawatiran, ada pula yang menganggapnya sebagai sebuah hal yang wajar dan memang sebuah bentuk penjalinan kedekatan antar keduanya. Namun, apakah kemudian pertengkaran yang terjadi seperti ini benar-benar dapat dimaklumi?
Mengenal lebih dekat
Adakah dari anda yang pernah menonton film "The Boss Baby"? Â Film ini menceritakan tentang betapa hangat dan harmonisnya keluarga Tim. Tim merupakan anak tunggal mendapatkan curahan perhatian yang begitu banyak dari keluarganya. Namun, hal ini tidak berlangsung lama dirasakan oleh Tim.Â
Kehidupannya berupa 180 derajat sejak kedatangan seorang bayi di keluarga mereka. Karena hal ini Tim merasa perhatian dari kedua orangtuanya menjadi berkurang kepadanya dan berganti kepada si bayi.. Tim pun melakukan berbagai cara untuk kembali mendapatkan perhatian dari orangtuanya, tak terkecuali adalah bertengkar dengan bayi tadi.Â
Meski hanya fiksi, hal ini jelas sekali menjadi sebuah gambaran bagaimana perasaan seorang anak disaat dimana ia masih merasa membutuhkan perhatian yang begitu banyak terhadap dirinya, kemudian datang seorang anggota keluarga baru yang mengambil separuh bahkan lebih perhatian dari orangtua, menimbulkan kecemburuan dan rasa tidak rela dalam diri anak.
Atau anda barangkali akrab dengan Film "Toy Story"? Hal ini juga terjadi pada Woody saat mengetahui Andy (anak yang selalu bermain dengannya) memiliki mainan baru.Â
Ia merasa posisinya sebagai teman main Andy terancam dengan adanya mainan baru tadi. Ia merasa perhatian Andy sudah tidak semuanya tertuju padanya. Barangkali perasaan yang dimiliki oleh Woody ini sama seperti apa yang anak rasakan ketika perhatian orangtua mereka tak lagi sepenuhnya ada bagi mereka apabila ia memiliki saudara. Â
Berkenalan lebih dekat dengan apa itu sibling rivalry, sibling dimaknai sebagai saudara atau anak yang lahir dari orangtua yang sama, menurut Kamus Kedokteran Dorland (Suherni: 2008).  Â
Sedangkan rivalry sendiri merupakan persaingan atau kompetisi. Sibling rivalry adalah kompetesi atau persaingan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih saudara untuk memperebutkan perhatian dari satu atau kedua orangtua, dan bisa juga karena memang ingin mendapatkan sebuah pengakuan yang lebih terhadap mereka.Â
Sibling rivalry biasanya dipicu oleh rasa kecemburuan yang kemudian memunculkan pertengkaran atau persaingan antar saudara.Â
Umumnya, sibling rivalry terjadi dan dialami oleh anak yang berusia 5-11 tahun namun tidak menutup kemungkinan sibling rivalry juga terjadi ketika anak masih berusia kurang dari umur lima tahun. Ahli Psikologi menyebutkan, hubungan ini disebut sebagai hubungan yang ambivalent atau love hate relationship.
Batas Wajar
Mustahil rasanya memang tidak adanya pertengkaran yang terjadi antarsaudara khususnya pada anak usia dini. Anak usia dini memang memiliki sifat egosentrisme dimana perhatian semua berpusat pada dirinya sendiri. Karena hal ini pula, pertengkaran diantara anak-anak memang seringkali terjadi.Â
Namun, bagaimana kemudian dapat membedakan antara pertengkaran biasa dengan sibling rivalry ini sendiri? Tentu, jika kita ingin mengetahui sebuah reaksi kita harus melihat aksi sebelumnya. Ada beberapa kondisi yang memicu terjadinya sibling rivalry ini sendiri, diantaranya,
Pertama, anak merasa hubungan dia dan orangtuanya terancam dengan datangnya seorang anggota keluarga baru. Contohnya terjadi pada anak usia dini yang usianya kurang dari 5 tahun dan memiliki adik. Anak yang berusia kurang dari 5 tahun masih sangat membutuhkan perhatian yang penuh dari orangtua, dimana ketika ia memiliki adik dan ada dikondisi dia belum memahami keadaan yang seharusnya dan bagaimana seharusnya menjadi seorang kakak. Alih-alih menyayangi adiknya, ia akan memberikan respon ketidaksukaan terhadap saudaranya.
Kedua, Masing-masing anak yang memang bersaing untuk menunjukkan pribadi mereka yang sebenarnya, dalam hal ini mereka mencoba mempraktekkannya kepada saudara. Contohnya sendiri biasanya seorang kakak yang akan bertindak mengintimidasi adiknya karena dianggap lebih lemah dari dia. Atau adik yang akan mengadukan tindakan kakak yang mengusilinya kepada orangtua untuk menandakan bahwa ia lebih disayang oleh orangtua.
Ketiga, anak yang merasa kurang mendapatkan perhatian. Ketika perhatian orangtua terbagi, maka setiap salah satu dari saudara itu mendapatkan perhatian yang lebih maka akan memicu kecemburuan yang lainnya. Puncaknya maka akan terjadi pertengkaran yang terjadi antar mereka.
Keempat, faktor perkembangan kognitif dan sosial emosional anak. Ketika anak sedang berada pada proses pendewasaan, ia akan terdorong melakukan berbagai hal untuk mencari perhatian satu sama lain.
Selain empat hal ini, banyak juga hal dari faktor orangtua yang justru menjadi pemicu terjadinya sibling rivalry, seperti orangtua yang tidak memberikan perhatian secara bijak, orangtua yang merasa stress karena keadaan sehingga tidak mampu untuk membagi perhatian yang sama terhadap anak mereka, atau bahkan pemikiran orangtua tentang agresi serta pertengkaran yang terjadi pada anak adalah sebuah hal yang normal.
Orangtua harus mengambil peran sebagai fasilitator bagi kebutuhan anak. Orangtua harus peka bahwa pertengkaran yang terjadi pada anak tidak selamanya normal. Yang harus orangtua lakukan ketika anak bertengkar adalah menjadi penengah yang bijak.
Dalam video diatas adalah bentuk cara yang dilakukan oleh Lee Hwi-Jae dan Istrinya untuk mengeratkan kembali hubungan anak mereka Lee Soeoen dan Lee Seojun yang seringkali bertengkar terutama saat bermain bersama.Â
Pertengkaran antara Soeoen dan Soejun terjadi karena dipicu rasa marah dan cemburu atas perhatian yang diberikan oleh orangtua mereka kepada salah satu diantara mereka.Â
Melihat kondisi anak mereka yang selalu bertengkar saat bermain bersama, diam-diam Lee Hwijae dan istrinya membuat sebuah skenario kepada keduanya bahwa mereka akan tinggal terpisah agar mereka tidak bertengkar antarsatu sama lain lagi.Â
Pada awalnya, Soeoen  dan Seojun merasakan senang, namun hal itu tidak bertahan lama.  Sebagai seorang saudara momen dimana mereka menghabiskan waktu bermain bersama dan melakukan hal dengan bersama-sama  terekam oleh keduanya dan hal ini merupakan tanda kedekatan yang terbangun antar anak.Â
Rasa cemburu dan marah yang ada pada mereka hilang perlahan diganti oleh perasaan saling membutuhkan dan melengkapi satu sama lain sebagai seorang saudara.
Pernahkah anda merasakan benci dan kesal pada saudara anda saat ia bertingkah menyebalkan namun merasa kehilangan saat ia tidak ada?Â
Nah, seperti itulah juga yang dirasakan anak yang dihadapkan pada kondisi serupa. Batas wajar dari sibling rivalvy ini dapat terjadi ketika orangtua mampu menempatkan diri pada posisi yang sebaik-baiknya saat hal tersebut terjadi pada anak mereka.Â
Beberapa cara lain yang dapat dilakukan oleh orangtua dalam mengatasi sibling rivalvy sendiri bisa dengan tidak membanding-bandingkan antara anak yang satu dengan lainnya, memberikan ruang bagi anak untuk menjadi pribadi mereka sendiri, tidak langsung ikut campur tangan pada permasalahan anak kecuali terdapat tanda-tanda kekerasan fisik, mampu membuat anak bekerjasama daripada bersaing antar satu sama lain, menanamkan pola pikir serta kebiasaan positif dalam diri anak dan masih banyak lagi hal lainnya.
Kabar gembira
Akan ada pelangi setelah hujan, akan selalu ada hal baik yang dapat dipetik dari sesuatu yang buruk. Sibling rivalvy pun memiliki  segi positif meskipun secara pengertian, hal ini merupakan sebuah hal yang negatif. Segi positif dari sibling rivalvy ini sendiri diantaranya,
Pertama, sebagai tanda perkembangan kognitif anak berkembang. Ketika terjadi sebuah pertengkaran, otak anak secara tidak langsung akan berproses melakukan hal bagaimana caranya agar ia menjadi sosok yang lebih superior. Hal ini juga menjadi salah satu pendorong anak mampu berpikir kritis, pengambilan keputusan serta mengolah resiko atas apa yang yang menjadi pilihannya.
Kedua, sebagai momen dimana anak mulai mencoba mengenal dirinya dan mengasah keterampilan yang ada pada dirinya. Hal ini karenakan anak ingin menunjukkan jati dirinya serta pengakuan dari saudaranya maka ia akan melakukan hal apa saja yang menjadi keahliannya.  Hal ini sebagai momen yang secara tidak sadar anak sedang mengasah keterampilan yang dimiliki oleh mereka.
Ketiga, sebagai momen untuk lebih mendekatkan emosi dan kelekatan pada anak. seperti yang ada pada Lee Soeoen dan Lee Soejun. Saat keduanya dipisahkan selama setengah hari lalu dipertemukan kembali, keduanya pun bertekad untuk tidak bertengkar lagi dan berjanji untuk lebih menyanyangi antar satu sama lain. Hal ini dikarenakan hubungan batin yang terdapat pada antarsaudara memang sejatinya tidak akan rela ketika keduanya dipisahkan atau kehilangan.
Dibalik sibling rivalvy
Sejatinya, bisa saja sibling rivalvy sebagai tanda kedekatan pada anak atau malah sebaliknya yaitu tanda persaingan abadi yang terjadi pada anak. Yang menentukan makna akhir dari setiap pertengkaran yang terjadi pada anak adalah setiap orangtua atau keluarga itu sendiri. Oleh karena itu, sudah seharusnya orangtua memikirkan berbagai pertimbangan saat berniat untuk memiliki anak. Tentu, parenting skill serta parenting knowledge menjadi kebutuhan wajib yang harus orangtua asup untuk meminimalisir resiko negatif yang terjadi pada pola pengasuhan orangtua terhadap anak dalam sebuah keluarga.
Semoga tulisan ini bermanfaat!
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI