Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Empat Mata dengan Abu Bakar Al Baghdadi

3 Juli 2016   15:41 Diperbarui: 3 Juli 2016   16:00 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Baiklah, sebaiknya kita mulai saja wawancara ini. Daripada saya harus adu argumentasi, ujung-ujungnya malah saya yang ditempeleng. Tapi, saya langsung ingat pesan Syaikh Slamet Al Maklumi, bahwa segala sesuatu itu harus dimaklumi. Termasuk soal kopi tadi. Padahal bagi saya, hukum minum kopi itu hampir wajib, wong tiap hari saya minum kopi. Kalau beliau mengharamkan, ya sudah. Saya hormati. Eh, saya maklumi.

Setelah selesai berbasa-basi ria, saya langsung mencoba menanyakan beberapa pertanyaan titipan pemimpin redaksi. Sebenarnya hal ini juga menjadi tanda tanya besar buat saya pribadi. Apa benar ISIS bentukan Amerika, dan bagaimana awal mula terbentuknya ISIS itu?

Sore itu, beliau menceritakan semuanya. Pertama-tama, ia membantah bahwa awal terbentuknya ISIS adalah inisiatif dari Amerika Serikat. Keberadaan ISIS, kata beliau, justru dalam rangka balas dendam kepada pemerintah Amerika atas invansi negeri Paman Sam ke Irak belasan tahun silam.

“Ini adalah bentuk balas dendam karena tentara Amerika telah membunuh rakyat tak berdosa, memperkosa wanita-wanita, dan mengambil seluruh sumber daya alam yang kami miliki,” Abu Bakar Al Baghdadi menjelaskan dengan sangat berapi-api. “Saat semuanya terjadi, kami masih anak-anak. Kami benar-benar dendam dengan mereka. Kebetulan saat itu, ada yang mengajak kami untuk membentuk organisasi dalam rangka balas dendam kepada orang-orang Amerika. Disana, kami dilatih bagaimana cara menembak, membunuh, dan bagaimana cara berperang.

Saya menyimak semua yang diucapkan Abu Bakar Al Baghdadi dengan sangat serius. Tak lupa saya mengaktifkan recorder ponsel, agar tidak ada satu kata pun yang tertinggal.

“Sebentar…sebentar,” saya memotong. “Tapi bagaimana dengan isu bahwa ISIS suka membongkar dan menghancurkan makam para nabi dan para wali. Apakah itu benar?”

“Ya benar sekali. Menurut kami, sebagian umat Islam telah melakukan kesyirikan-kesyirikan besar. Mereka menyembah kuburan nabi dan wali-wali itu, lalu mereka meminta-minta disana. Dan perbuatan seperti itu harus diberantas sampai ke akar-akarnya.”

Beliau melanjutkan omelan-omelannya. Sementara saya masih khusyuk mendengarkan.

“Saya juga tidak habis pikir. Kenapa sebagian umat Islam malu-malu mengakui bahwa kami beragama Islam. Soal tingkah laku kami yang dinilai ekstrim atau radikal, itu tidak lain untuk menegakkan tauhid di bumi Allah ini. Dan memang seperti itulah ajaran nenek moyang kami.”

“Kalau saja, belasan tahun silam Amerika Serikat tidak menyerang dan meluluhlantahkan negeri kami, pasti tidak akan terjadi kerusakan di negeri ini. Mereka juga sengaja memunculkan benih-benih perpecahan dengan mengangkat pemimpin dari mazhab yang bukan dari kelompok mayoritas di negara kami. Hal ini tentu membuat konflik tambahan yang membuat rumit persoalan di negeri kami. Akhirnya, situasinya benar-benar menjadi kacau. Kami pun tak bisa berbuat apa-apa karena saat itu, kami masih anak-anak.”

Ah, ternyata seperti itu. Nafas saya agak sesak. Di satu sisi, mereka memang terzalimi. Tapi disisi lain, mereka juga salah karena telah banyak melakukan pembunuhan dan menghancurkan makam para nabi dan para ulama. Lalu bagaimana?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun