Sepertinya menarik juga. Saya kok baru tahu jika ulama-ulama Islam juga banyak yang intelek dan bisa menemukan berbagai pengetahuan modern yang sangat berpengaruh bagi perkembangan ilmu pengetahuan dunia.
"Coba kau baca dahulu. Kalau tidak menarik, bisa kau kembalikan kapan saja," ujarnya, sembari memberikan sebuah buku tokoh-tokoh intelektual Islam, dan kitab yang mereferensikan pemikiran Khalifah Al Makmun dari Dinasti Abbasiyah.
Suatu ketika, ia mengatakan bahwa Al Qur'an adalah makhluk. Saya sih manggut-manggut saja. Bagi saya pelajaran itu masih terlalu tinggi. Tapi saya yakin, suatu saat saya akan memahami apa yang ia katakan. Semakin hari, Islam semakin membuat saya jatuh cinta. Sepertinya saya mulai menemukan jalan yang saya cari selama ini. Akhirnya saya putuskan untuk mengucapkan kalimat sakral itu. "Tiada Tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan Allah."
Sahabat saya langsung memeluk saya. Ia berkata, "Engkau telah menemukan jalanmu. Dan sekarang, kita bisa berjalan beriringan sambil berdiksusi tentang betapa hebatnya orang-orang Islam itu."
Sampai suatu hari, dunia telah mengetahui keislaman saya. Saya yakin, mereka akan menyambut dengan suka cita. Tapi dugaan ini ternyata salah. Saya justru dicela sebagai orang sesat, bahkan sebagian orang menyebut saya kafir. Mereka berkata, saya telah masuk Islam ke aliran yang salah yang telah difatwa sesat ratusan tahun yang lalu.
Saya amat terkejut dengan tuduhan-tuduhan itu. Nafas saya sesak. Tak terasa mata saya menggerimis ditengah hujatan-hujatan mereka kepada saya. Lalu, apa yang harus saya lakukan? Padahal, keislaman saya berangkat dari niat untuk mencari ketenangan dan kedamaian hidup. Tapi mengapa mereka justru mencela, mencaci maki, mengolok-olok, dan menyesatkan saya? Padahal sebelumnya saya tidak pernah mengagumi agama yang dibawa Nabi Muhammad sebelum sahabat saya menjelaskan tentang Islam.
Mereka justru mengklaim sebagai kelompok yang paling benar dan sejalan dengan isi kandungan  Al Qur'an dan As Sunnah. Mereka mengajak saya masuk ke dalam kelompoknya. "Segera engkau tinggalkan ajaran-ajaran itu. Ikutlah bersama kami. Sebab ajaran-ajaran Islam selain yang kami ajarkan sudah terkontaminasi  oleh tradisi dan ritualitas budaya masyarakat. Islam mereka tidak semurni Islam kami. Mereka semua sesat!."
Adapula yang mengatakan bahwa belajar Islam tidak bisa dilakukan secara otodidak dan parsial. Belajar Islam harus melalui ulama-ulama yang mu'tabar yang sanadnya bersambung kepada Rasulullah SAW. Sementara kelompok lainnya juga mengatakan bahwa kelompoknya adalah wujud ajaran Islam yang kaffah, Islam yang sesuai ajaran Nabi Muhammad.
Sambil meneteskan air mata, saya terus berdo'a kepada Tuhan. "Ya Allah, tunjukkanlah hamba jalan yang lurus. Jalan yang benar-benar engkau ridhoi."Â
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI