Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

"Saya Murtad Saja"

20 Mei 2016   20:55 Diperbarui: 20 Mei 2016   21:39 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Ya Allah, hamba benar-benar bingung dan tidak tahu apa yang harus dilakukan." Apakah hamba harus keluar dari kelompok ini dan masuk ke salah satu kelompok Islam lainnya dengan resiko akan kembali disesatkan dan dikafirkan. Atau saya murtad saja, agar tidak terikat dengan aturan-aturan agama?" ***
Saya risau. Bukan karena soal isu tentang aparat penegak hukum yang sudah bisa dibeli para konglomerat, bukan pula tentang semakin banyaknya suami yang meninggalkan istrinya untuk berkencan dengan wanita-wanita penghibur kelas atas di hotel bintang tujuh.

Problematika yang sedang saya hadapi jauh lebih urgen daripada itu. Bahkan, jauh lebih penting daripada membicarakan potensi sumber daya alam di negeri ini yang semakin hari semakin tidak menarik untuk didiskusikan.

Karena kegalauan yang sudah sangat memuncak, saya putuskan untuk menjauh dari segala kegaduhan yang terjadi di semua komunitas sosial masyarakat di negeri ini. Tak cuma di tingkat elit, kegaduhan-kegaduhan itu juga terjadi di kalangan rakyat jelata.

Sudah tak pernah melindungi rakyatnya, masyarakat kecil justru ditindas, digusur, dikejar-kejar, dan dipukuli sampai babak belur oleh prajurit negara. Saya sendiri juga tidak memiliki kemampuan apa-apa untuk menghilangkan ketidakadilan di negeri ini. Lebih baik saya mengundurkan diri saja dari percaturan kehidupan yang semakin, entah saya juga tak tahu.

Sejujurnya, saya ingin sekali bertemu Tuhan. Saya ingin curhat dengan segala yang terjadi di kehidupan saya. Tapi bagaimana bisa ngobrol-ngobrol santai sembari menikmati intip goreng plus kopi hitam dengan Tuhan, sementara saya tak punya media untuk mempertemukan saya dengan sang pencipta. Sepintas memang terdengar lancang. Apalagi semua orang tahu, bahwa sejak lahir saya memang tak punya agama.

Bapak ibu saya atheis. Mereka menganggap agama sumber perpecahan dan peperangan diantara manusia. Keyakinan kedua orang tua saya tentu menurun ke anak-anaknya, termasuk saya. Terus terang, saya memang tidak pernah tertarik dengan mahluk bernama agama.

Tapi hari ini, saya benar-benar ingin bertemu Tuhan. Saya ingin curhat dan menumpahkan air mancur keluh kesah saya selama ini. Hanya inilah satu-satunya cara agar kehidupan saya menjadi tenang dan damai. Saya mbatin, mungkin ini seperti orang yang ini menyeberangi samudera, namun ia tak punya kapal, atau bahkan perahu.

Seorang sahabat mengajak saya untuk berkenalan dengan Islam. Ia mengatakan bahwa Islam adalah agama yang paling rasional dibandingkan agama-agama lain yang ada di muka bumi. Sebenarnya saya tak terlalu tertarik dengan Islam. Bagi saya, Islam adalah agama yang terlalu kaku dan kurang bisa mengikuti perkembangan zaman. Belum lagi ditambah dengan citra Islam yang selalu dikaitkan dengan isu-isu terorisme dan aksi kekerasan.

Tetapi penjelasan yang saya terima dari sahabat saya justru bertolak belakang dari yang saya pahami. Menurutnya, Islam bukanlah agama yang terlalu kaku dengan teks-teks keagamaan. Islam juga merupakan agama yang amat rasional, bahkan Islam merupakan agama yang paling masuk akal dibandingkan dengan agama-agama lain.

Misalnya, ia mencontohkan, ulama-ulama Islam banyak sekali yang memberikan sumbangsih untuk ilmu pengetahuan modern seperti ilmu kedokteran, sastra, ilmu perbintangan, matematika, sains, dan masih banyak lagi. Ia menyebutkan satu persatu, nama ulama yang berpengaruh di bidangnya.

Karena itu, Islam tidak mengajarkan pengikutnya menjadi orang jumud, tekstualis, atau menjadi seorang muslim yang puritan. Islam merupakan agama bagi orang-orang cerdas dan memiliki intelektualitas di atas rata-rata. "Jadi sayang, kalau orang sepandai saya tidak masuk Islam," begitu katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun