Mohon tunggu...
Puja Mandela
Puja Mandela Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis di apahabar.com

Pria biasa, lulusan pesantren kilat, penggemar singkong goreng, tempe goreng, bakso,fans garis miring The Beatles, Iwan Fals, Queen, musik rock 60s, 70s.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

"House Music" di Pesisir Tenggara Kalimantan

2 April 2016   12:51 Diperbarui: 2 April 2016   19:07 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Begitulah budaya anak muda masa kini yang semakin hari, semakin diminati masyarakat pesisir tenggara Pulau Kalimantan. Mereka lebih menggemari budaya dugem yang bagi orang tua seperti saya hampir tidak ada manfaatnya.

Belum lagi ditambah dengan peredaran obat-obatan terlarang yang nyaris tak bisa diberantas oleh aparat kepolisian. Ya bagaimana mau memberantas, wong oknum polisinya juga sering nongkrong di diskotek dan tak pernah absen hadir di acara party anak muda.  

Di sisi lain, tradisi dan budaya leluhur di Pulau Kalimantan semakin ditinggalkan. Miris ketika pergelaran seni dan budaya daerah tak seramai diskotek atau acara dugem yang telah membudaya di masyarakat Bumi Borneo. 

****

DJ Slamet masih asyik menggosok-gosok piringan hitamnya. Semakin malam, penonton semakin banyak yang merapat. Sebagian besar dari mereka sudah mabuk dan terus berjoget sesuai irama lagu. Sementara pak haji mulai merasa gerah. Ia melepaskan peci putih dan sarungnya. Kemudian jebolan Pesantren Al Glundungi itu bergegas menuju parkiran untuk menyimpan kopiah dan sarungnya di bawah jok sepeda motor.

Dari kejauhan, empat wanita sudah mulai menanggalkan busananya. Para pentonton semakin histeris dan terus memberi semangat kepada empat dancer seksi itu. Pak haji yang hanya mengenakan kolor dan kaos oblong mencoba merengsek masuk ke bagian depan. Ia berupaya sekuat tenaga menembus barikade ratusan penonton yang sebagian besar sudah teler. Setelah berhasil menembus barisan penonton, pak haji meletakkan sandalnya di tanah. Ia duduk, dan menikmati pertunjukan itu sampai selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun